Pertemuan pertama

114 18 2
                                    

Flashback on

Stasiun Bandung

Hari ini gua harus pergi ke Jakarta buat nyusul ayah sama bunda gua yang lagi dirumah kaka ayah gua yaitu di Jakarta. Gua naik kereta dari Bandung ke Jakarta sendirian dan saat itu gua lagi dikejar keberangkatan kereta akhirnya gua lari biar gak ketinggalan.

Bruk

Gua nabrak orang saat lari.

"Eh ma-maaf kak, gak sengaja," ok gua gak berani liat mukanya dan yang jelas dia lebih tinggi dari pada gua jadinya gua manggilnya kak.

"Hmm,"

Anjir ngeselin banget cuman jawab gitu, karna kesel gua memberanikan diri buat ngeliat muka cowok itu.

"Jadinya gua di ma-" Oke gua terpukau sama kegantengan tu cowok.

"Maa-?" Tanya kelanjutan cowok itu.

"Di maafin gak sih?" Ucap gua dengan turun satu oktaf dan kecepatan ngomong 0,75x alias ngomong gua slowmotion.

"Apa? Gak denger," oke dia bikin emosi lagi.

"Jadinya gua dimaafin gak sih?! Ih sebel," sambil merengek.

"Ululu, dimaafin kok jangan ngambek kayak anak kecil dong kan gemes," Ucapnya sembari mengusap kepalaku.

Deg

Aduh jantung gue kenapa sih, batin Alya.

Kereta Bandung-Jakarta akan segera tiba.

untungnya ada pengumuman jadinya Alya bisa  terbangun dari lamunannya.

"Emm kak itu udah dipanggil, gua duluan,"

"Hati hati dijalan, jangan begadang di kereta,"

"I-iya kak, makasih."

Flashback off

Anjir dia first love gue, batin Alya.

***

"Oke, sekarang semua berdiri dari bangkunya ya, kita bakal ganti pasangan sebangku kalian, kita bakal pake sistem absen," Ucap guru wali kelas kami sembari melihat daftar absen.

Tung-tunggu berarti aku bakalan sebangku sama dia? Batin Alya.

"Absen 1 dengan absen 2, Aldi dan Alya duduk di pojok depan kiri sana, Absen 3 dengan absen 4 di sebelah kanan Aldi dan Alya," Ucap walikelas kami hingga absen 32.

***

Hening, hanya hening diantara gua sama Aldi, guru kami pergi keluar kelas agar murid muridnya bisa terbiasanya dengan sebangkunya dan disaat murid yang lain sudah asik mengobrol dengan teman sebangkunya, gua dan Aldi kebalikkan dari itu.

Ya ampun dari tadi gak ada yang mulai obrolan, batin Alya.

"H-hai gua Alya," Akhirnya gua memulai obrolan.

"Iya udah kenal,"

Salah gua ngajak ngobrol duluan, batin Alya.

"Ck, lo sama aja ya kayak dulu," Sembari mendengus kesal.

"Dulu??"

"Iya dulu, yang awalnya nyebelin terus tiba tiba care, terus gua pikir lo kaka kelas njir soalnya tinggi banget,"

"Pfttt hahaha lagian kamu pendek banget sih dulu haha tapi sekarang kamu udah tinggian sih tapi inget ya masih tinggian aku,"

"Tuh kan nyebelinnya sama aja dari dulu huftt," Ujar ku sambil cemberut dan menyilangkan tangan di bawah dada.

"Dan kamu ngambek ala anak kecilnya sama aja kayak dulu haha," Ujarnya sambil tertawa lebar dan mengusap kepalaku lembut.

Deg

Ya lord gua cuman berharap satu doang untuk saat ini yaitu jangan bikin wajah gua merah, batin Alya.

"Ih Aldi, ngapain ngusap ngusap kepala dia sih," ujar salah satu cewek yang berada di belakang bangku kami gua bisa dipastikan dia adalah salah satu fans Aldi, dan Aldi tak bereaksi apa apa.

"Aldi, aku tuh cemburu tau gak," dan lagi lagi Aldi tak bereaksi apa apa, "Heh lu ngapain sih genit genit sama Aldi gue," dan bisa gua lihat tangan Aldi mengepal keras hingga uratnya seperti akan keluar dari kulit yang menyelimutinya, "GUA BUKAN SIAPA SIAPA LO!!" Oke gua takut disini karna muka Aldi udah merah padam karna marah.

Gua memojokkan diri ke tembok karna gua takut sama Aldi. Lalu Aldi nengok ke arah gua yang udah gemeteran kayak anak kucing yang di buang. Seketika muka Aldi yang awalnya merah kembali normal dan bel berbunyi.

Kring kring

Semua murid keluar kelas untuk menuju kantin tetapi tidak denganku dan Aldi.

"H-hei aku gak bermaksud bikin kamu takut okey," Ucapnya sambil memegang bahu gua.  Gua nangis disitu karna saking takutnya. Aldi yang bingung pun langsung menghapus air mata gua, "Don't cry, I'm sorry," Aldi pun langsung memeluk gua dan membiarkan tangisan gua pecah di dada bidangnya.

"Kalau kamu ada masalah bisa cerita kok ke aku tapi, kamu nangis aja dulu mumpung gak ada siapa siapa," Aldi mengelus ngelus punggung gua dan pelukannya ngebuat gua nyaman sekaligus rindu dengan pelukan seperti ini.

"G-gua, tr-trauma sama kemarahan yang kayak gitu hiks ayah gua pernah kayak gitu ke bunda gua sama gua hiks hiks," Gua langsung jatuhin lagi kepala gua ke dada bidang dia dan nangis lagi. "Maaf, aku gak tau kalau hal kayak gitu bikin kamu takut Alya," Ucap Aldi penuh penyesalan.

***

Flashback on

Sehari setelah balik dari Jakarta gua merasa ada yang aneh dari ayah sama bunda.

"Ayah, bunda, kalian kenapa?"

"Gak papa kok sayang, sekarang kamu tidur ya, udah malem besok sekolah," Ucap bunda sembari mengecup dahi gua.

"Iya Bun,"

***

Udah 30 menit gua nutup mata tapi belum juga tidur, rasanya gua gelisah minta ampun dan akhirnya gua mau jalan ke dapur buat ngambil susu dingin.

Saat gua berada di tangga, gua ngedenger suara barang pecah dari kamar ayah sama bunda dan akhirnya gua langsung lari ke kamar itu. Pas gua udah nyampe dan masuk,  gua lihat tangan bunda gua banyak darah ngalir dan ayah gua mukanya merah banget dengan tangan yang juga berdarah karna mengepal tangan terlalu kencang. Gua lari ke arah bunda gua, "Sayang, kamu belum tidur?" Ucap bunda gua sambil nahan tangisan.

"Bunda, bunda kenapa? Ayah juga kenapa keliatannya marah banget?" Ucap gua menahan tangis. "Bunda gak kenapa napa sayang, ayah kamu cuman lagi banyak pikiran aja, sekarang kamu ke tidur ya di kamar,"

"Gak mau bun, Alya gak mau ninggalin bunda sama ayah, Alya gak mau bunda sama ayah kayak gini,"

"Maafin bunda sayang," gua meluk bunda dan nangis di sana, pelukan bunda gua penuh dengan perlindungan, kasih sayang juga menenangkan. Ayah gua terlihat mengambil vas bunga kecil dan mencengkamnya kuat hingga pecah, lalu ayah mengambil vas bunga lagi.

"DASAR CEWEK GAK TAU DIRI, SELINGKUH SAMA COWOK LAIN!!" Ucap ayah sambil melempar vas bunga ke arah bunda dan gua menghalanginya dan vas itu mengenai kepala gua dan saat itu juga gua gak sadarkan diri dan semuanya hitam.

Bip bip bip

Gua mendengar suara alat medis, gua membuka mata dan gua ngerasa asing sama tempat itu.

"Non Alya udah bangun?"

"Bi, ayah sama bunda dimana?" Ucap gua lirih sambil berkaca kaca.

Kira kira gimana ya nasib ayah bunda Alya?
Semua ada di next part besok, jadi tunggu aja ya, see you next.

Salam Hangat

Fitri.





Alya & AldiWhere stories live. Discover now