Tiga Puluh

22K 1.8K 943
                                    

Menuju part di mana authornya di hujat 😗


Maap kalau ada typo OKAY💋






































Happy Reading.

Rasanya semua ingatan seperti berputar cepat di pikirin Kirana,rasa sesak di dadanya semakin menjadi.Pikiran hal-hal buruk lainnya saling bertumpang tindih.

Pandangannya kosong, dirinya hanya mengikuti tuntunan sang kakak yang sejak tadi memeluk dirinya.Jiwanya seolah ikut hilang saat berita mengerikan itu sampai ke telinganya.

Tarikan pada wajahnya membuat Kirana hanya mampu menoleh dengan lingling menatap wajah Abang pertamanya yang berdiri di hadapannya.

"Semua akan baik-baik aja,jangan mikirin apapun syang,kakak mohon."Afkar berucap khawatir, dirinya sangat takut trauma adiknya kambuh,bahkan sejak tadi Kirana hanya diam tidak bersuara sinar di mata itu juga hilang entah kemana.

Afkar memeluk adiknya, matanya berkaca-kaca mengecupi puncak kepalanya sayang.Berbisik menenangkan.Sambil merengkuh tubuh rapuh itu Afkar dan keempat adiknya kembali berjalan melewati lorong rumah sakit serba putih.

Vanya yang juga ikut di belakang mereka sudah memberi tahu letak ruangan pasien kecelakaan hari ini dan ternyata tidak hanya mobil Papi mereka yang kecelakaan,tetapi ada dua mobil lainnya yang ikut terkena dampak kecelakaan di karenakan hujan deras malam ini.

Sesampainya di sebuah ruangan yang Vanya bilang terdapat Papi-nya di dalam sana,tetapi saat pintu di buka oleh Evan pemandangan yang mereka lihat mampu membuat detak jantung mereka terasa berhenti berdetak.

Di ruangan itu seorang suster sedang menutupi wajah Papi-nya dengan kain putih,dan suara mesin pemacu detak jantung terasa menulikan pendengaran mereka semua.

"K-ka-k k-kenapa me-reka nutupin muka Papi,na-nti Papi Nana ga-k bisa na-fas."nada lirih terbata-bata itu membuat kelima kakaknya terasa di renggut jantungnya dengan paksa.

"Papi..."panggil Kirana sambil melangkah masuk, mereka para suster dan seorang dokter menyingkir untuk memberikan ruang bagi gadis muda yang nampak terguncang itu.

Sesampainya dia di samping ranjang yang terdapat tubuh tertutup kain putih itu,tangan Kirana yang bergetar dan dingin perlahan menarik turun kain itu hingga memperlihatkan wajah tampan pria kesayangannya.

"Kok Papi tidur,sih."decaknya sebal tapi nadanya bergetar."Hayuk pulang, Nana gak suka rumah sakit."rengeknya manja.

Tangannya mengelus pipi pucat sang ayah."Kita jalan-jalan yuk, katanya Papi nanti kita mau pergi jenguk Mami, ayok Pi jenguk Mami,kita bawain bunga kesukaan Mami.Papi bangun dong, Nana ngambek nih kalau Papi gak bangun."Dan satu tetes air mata melangir melewati pipi mulus Kirana.

"Papi!"nada Kirana meninggi dengan isak tangis tertahan."Abang,suruh Papi bangun.Papi jahat gak mau bangun."

Kirana menggenggam dan menggoyang tangan kakaknya yang diam dengan pandangan mata memerah.

"Bang Olan,Papi harus di marahin,masa tidur mulu."Kirana mengerucutkan bibirnya yang bergetar.

Menatap satu persatu wajah kakaknya yang sudah memerah serta air mata yang menghiasi wajah kelimanya.

Kirana menepuk dadanya dengan tangan mungilnya,rasanya dadanya sungguh sesak liar biasa.Seperti ada batu besar yang menimpa di sana.

Kakinya bahkan tidak kuat menopang tubuhnya hingga dirinya jatuh terduduk,yang langsung di tangkap Adnan dalam pelukan erat.

[FA#1] Five Abang [Terbit]Where stories live. Discover now