Bab. 6

8.9K 1.5K 282
                                    

Bau anyir dan suara dorongan brankar, mengusik rasa tenang yang selama ini hadir dalam hidupnya. Kejadian beberapa menit lalu membuat semuanya hancur.

Kehilangan, menjadi momok menakutkan bagi semua orang. Khususnya untuk Ryshaka Bagus Nawyan, senyuman itu, tawa bahagia itu, mendadak lenyap dalam hitungan detik.

Dia seakan lupa akan semuanya, yang tercetak jelas dalam ingatan hanyalah sebuah jeritan dan darah.

Cowok itu duduk di atas lantai, bersandar pada dinding ruang IGD , tangisnya masih belum redah, baju yang dia kenakan juga mencetak jelas noda darah di sana.

“Pembunuh!” seorang gadis berhijab putih itu mendatangi Bagus dengan emosi tersulut.

“Bangun kamu!” dia menarik kerah baju Bagus, menatap tajam Bagus dan… Plak!

Satu tamparan keras harus di terima oleh Bagus. Cowok itu diam seribu bahasa, membiarkan gadis itu menyiksanya sesuka hati.

“Sampah! Harusnya kamu mati!!!” teriak gadis itu sembari mendorong kasar tubuh Bagus hingga cowok itu jatuh.

Pihak kekuarga gadis itu melerai, menjauhnya dari Bagus. Sudah cukup akan duka mendalam saat ini, sudah cukup air mata yang keluar saat ini, semua juga tidak akan mengubah keadaan.

Bagus mendongak, menatap sosok yang baru saja menghampirinya. Dia berjongkok di hadapan Bagus, tersenyum tipis sembari menepuk bahu kanan Bagus.

“Selamat menikmati siksa dunia ini,  Ryshaka.”

“Apa kabar Ryshaka?” Bagus bangkit, ekspresinya begitu dingin saat ini. Membuat Qilla dan Randi sama-sama heran.

Laki-laki dengan stelan pakain formal itu melirik Qilla dan Randi sejenak. Kemudian kembali tersenyum pada  Bagus.

"Sudah lama ya, sejak kejadian itu," ucapnya enteng tanpa beban. Bagus masih mencoba untuk tenang dan tak menanggapi semuanya.

"Apa kamu masih menunggu dia , Shaka?" tanyanya. Tangan Bagus mengepal erat, ingin rasanya meninju laki-laki yang ada di hadapannya itu.

Qilla menyimak setiap ucapan yang terlontar dari mulut laki-laki yang tidak dia kenal.

"Orang yang sudah mati tidak mungkin kembali, gak ada yang namanya reinkarnasi. Jikalau memang ada, kamu dan dia tidak akan pernah bersatu," lanjutnya.

Randi melotot, rasanya tidak terima saat Bagus harus di rendahkan. Dia memang tidak tahu arah pembicaraan laki-laki itu, bagaimana mau tahu, Dia saja tidak mengenalnya.

Randi membuka mulut …

"Anda siapa?!" cowok itu mengurungkan niatnya. Dia mengerjap menatap Qilla yang sudah maju beberapa langkah. Randi kalah cepat.

"Kalaupun teman lama Bagus, harusnya bicara yang sopan!" tegas Qilla. Randi maju dan berdiri di samping Qilla.

"Iya! Jangan asal ngomong. Punya mulut itu di jaga, apalagi situ laki-laki!" imbuh Randi. Laki-laki yang ada di hadapan Bagus itu tersenyum kecut pada Qilla dan Randi.

"Seru juga ya Shaka, saya jadi penasaran tentang kelanjutan kisah kamu."

"Iya, hidup saya memang seperti ini." Bagus angkat suara. "Tidak ada hal unik dalam hidup saya, jadi berhenti untuk mencari tahu!" lanjut Bagus.

"Gue gak paham!!!" Randi geleng-geleng kepala. Cowok itu memasang wajah frustasi, membuat Qilla, Bagus, dan laki-laki itu menatapnya.

"Lu siapanya Bagus?!" tanya Randi pada laki-laki itu.

About Time [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now