15- Siapa?

507 27 0
                                    

"Maksud, Lo? Laki-laki lain yang udah hamilin Fisya?" tanya Afif menggebu-gebu. Ia sangat membenci Cerita Itu. Fisya juga sudah tak tahan mendengarnya. Ternyata Bukan Karel ayah dari Bayinya, lalu siapa?

"Iya! Gue nge-jual Fisya! Gue butuh uang!" jujur Karel.

"Mulai sekarang Lo jangan lagi ganggu gue, Sya! Anak di rahim Lo Itu bukan anak gue!"

Karel mengajak Fanya pergi. Afif tak terima kemudian menghajar Karel habis-habisan.

"B**ngsek, Lo!"

"Ba**ngan!"

"Gak ADA otak!"

"Mati Lo! Mati!!"

Emosi Afif memuncak. Fisya nampak terduduk, Ia sangat kecewa dengan semua kenyataan pahit ini.

Beberapa orang datang melerai mereka berdua. Orang-orang histeris melihat perkelahian Itu.

Mereka berhasil di pisahkan.

"Siapa yang udah ngelakuin Itu, Hah!" tanya Afif.

Karel nampak tersenyum.

"Gue nggak bisa ngasih tau, Lo!"

"B**ngsek Lo!"

Mereka Sudah membawa Afif Menjauh, kemudian Karel pergi bersama dengan Fanya. Sedangkan Fisya, Ia masih sangat shock.

***

"Sya?"

Fisya masih saja menangis. Ia benar-benar kecewa dan tak percaya dengan semua ini. Pria yang Ia cintai ternyata hanya menjadikan Fisya pelampiasan bahkan menjual Fisya.

Afif tak tega melihat Fisya seperti ini. Ia benar-benar kasihan melihatnya.

"Sya? Jangan gini terus. Kasihan Bayi, Lo!"

Fisya tak merespon.

"Kenapa Fisya harus ngalamin ini semua?"

"Kenapa hidup Fisya harus serba Penuh dengan Kesedihan?"

"Apa nggak ada kebahagiann sedikitpun? Apakah nggak Ada yang bisa bikin Fisya senyum lagi?" racaunya. Afif segera menatap Fisya dalam.

Wajah Penuh penderitaan Itu membuat Afif semakin kasihan padanya.

"Gue yang Akan membawa kebahagiann di Hidup, Lo"

Fisya nampak mendongak. Afif menangkupkan wajah Fisya.

"Gue akan ngelakuin apapun, demi buat Lo selalu senyum" ucap Afif sambil menarik dua ujung bibir Fisya agar tersenyum. Tidak ada niat khusus baginya, Ia mengatakan hal itu untuk menenangkan Fisya. Ia peduli dengan Wanita di depannya ini.

Fisya merasa bahagia. Ia akui, kalau Ia mulai mencintai Afif. Lelaki baik hati yang telah menyelamatkan nyawanya empat bulan yang lalu. Sekarang lelaki itu juga telah banyak membantunya.

Ia memegang perutnya yang sudah buncit Itu. Ia terharu dengan Ucapan Afif. Di saat ada orang lain menghancurkannya justru Afif datang untuk memberi semangat baru di kehidupan Fisya.

"Makasih Afif. Fisya seneng bisa kenal sama Afif" cicit Fisya menatap Afif dalam. Ia tersenyum ke arahnya. Ia ingin sekali menyatakan rasa, namun Ia tau diri. Ia hanya perempuan biasa yang tak punya keistimewaan apapun yang bisa membuat Afif suka padanya.

For You Smile ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang