20 | Pulang

2.3K 320 109
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Karena biasanya sesuatu yang semula tak berharga akan terlihat sempurna jika sudah tiada."

Sesuai kesepakatan bersama akhirnya Naresh memulangkanku pada Umi dan Abi, mereka shock hingga mencerca banyak pertanyaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai kesepakatan bersama akhirnya Naresh memulangkanku pada Umi dan Abi, mereka shock hingga mencerca banyak pertanyaan. Sedangkan aku dan Naresh hanya bisa diam dan mengukir senyum tipis saja. Melihat air muka tak santai yang kedua orang tuaku perlihatkan berhasil mengocok perut, namun sebisa mungkin aku tak meledakan tawa di sana.

"Aduh, Nak Naresh maafin putri Umi gak bisa jadi istri yang baik buat kamu. Tapi jangan sampai kalian memilih jalan pisah," tutur Umi dengan mata yang sudah mulai berembun.

"Kalau ada masalah bisa kalian selesaikan secara baik-baik, rumah tangga kalian baru akan memasuki bulan kedua. Masa iya sudah karam dan memilih jalur pengadilan," imbuh Abi tak kalah cemas dan heboh.

Aku dan Naresh saling berpandangan sampai akhirnya dia lebih dulu buka suara, "Kami baik-baik saja, tapi Teh Rina mau tinggal di sini untuk sementara waktu," ujarnya yang langsung dihadiahi raut kebingungan.

"Kalian sudah menikah, mana ada ceritanya pisah rumah," sanggah Abi tak terima.

"Satu bulan doang kok, Bi tinggal di sininya," kataku yang langsung direspons dengan gelengan tegas serta pelototan tajam.

"Kalau ada masalah itu diselesaikan, bukan malah kabur-kaburan." Umi kembali ikut angkat bicara.

Aku menghela napas berat dan berucap, "Kita gak ada masalah, Mi, Bi."

Umi mendelik penuh selidik. "Umi gak pernah ajarin kamu bohong yah, Na. Jujur sama Umi sebenarnya di antara kalian ada masalah apa?"

Aku menggeleng cepat dan menjawab, "Gak ada." Namun kalimat yang kuucapkan itu hanya dianggap angin lalu saja. Mereka masih enggan untuk percaya, dan bersikukuh mempertahankan asumsinya.

Dengan tanpa aba-aba Naresh membawa tanganku dalam genggaman. "Umi sama Abi jangan khawatir, ini hanya sementara. Satu bulan, nanti kalau udah waktunya aku akan jemput Teh Rina buat pulang."

Abi menggeleng beberapa kali. Aku tahu beliau pasti tak mengerti dengan jalan pikiran kami, dan aku pun paham betul kecemasan yang tengah kedua orang tuaku rasakan.

Coba saja kalian bayangkan. Pagi-pagi buta sudah kedatangan tamu, dan itu berstatus sebagai anak dan menantu, parahnya mereka membawa tas berukuran sedang berisi pakaian.

Yang ada di dalam pikiran Umi dan Abi pasti kami tengah terlibat pertengkaran hebat, dan memilih jalur perpisahan sebagai jalan keluar. Padahal kenyataannya tidak seperti itu, aku dan Naresh ingin sedikit menepi untuk menelaah isi hati.

"Aku sama Teh Rina bukan mau berpisah, tapi kita berdua hanya ingin sedikit memberi jarak, untuk mengetahui perasaan kita masing-masing. Apakah pada saat berjauhan ada perasaan kehilangan?" terang Naresh dengan diiringi sunggingan.

Penghujung Cintaku | Cinta Tapi Diam Series 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang