3 | Keusilan Naresh

3.2K 362 53
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Ada sedikit kecemasan dalam diri, aku takut akan mendapatkan pengalaman buruk lagi."

Aku terkesiap saat mendapati suara Naresh yang berhasil menghentikan gerak tanganku yang akan membuka pintu mobil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku terkesiap saat mendapati suara Naresh yang berhasil menghentikan gerak tanganku yang akan membuka pintu mobil. Lelaki itu sangat banyak tingkah, dan seringkali berulah. Aku hanya menatapnya sekilas dengan pandangan tak santai, aku masih sebal karena kejadian beberapa detik lalu. Sungguh sangat amat memalukan, aku terlalu percaya diri dan hal itu membuatku lupa diri.

"Teteh tunggu di sini biar aku yang bukain," katanya yang membuat keningku terlipat bingung. Tumben sekali tuh orang bersikap semanis madu, pasti ada maunya.

Baru saja tadi aku memprotes agar dia tak lagi memanggilku dengan sebutan itu, tapi sekarang dengan ringan tanpa beban lelaki itu malah kembali berulah. Bodo ah. Aku tak peduli. Terserah dia saja.

"Aku masih punya tangan, jangan sok manis kaya di film-film deh," sahutku yang malah dia balas dengan kekehan, lantas dalam hitungan detik dia sudah keluar mobil serta bergerak cepat untuk membukakan pintu.

Aku mencium bau-bau mencurigakan. Apa yang tengah lelaki itu rencanakan. Tadi saja pada saat di rumah Umi dan Abi, dia tak memperlakukanku manis bak tuan putri. Awas kalau sampai dia mengerjaiku lagi.

Saat kakiku baru saja turun dan mendapatkan pijakan, aku dikagetkan dengan kehadiran seseorang yang tengah menatap tak suka ke arahku dan juga Naresh. Dengan segera kutundukkan pandangan dan menginjak kaki Naresh dengan sangat kencang, dia mengaduh kesakitan, tapi tak kuhiraukan. Dasar suami kurang kerjaan.

"Kamu yah usil banget jadi orang!" murkaku saat setelah seseorang itu hilang dari pandangan. Bukannya merasa bersalah, dia malah terkekeh masa bodo.

"Hiburan pagi hari, seru tahu liat muka masam Pak Tua," ujarnya dengan diiringi siulan.

Aku menatap sinis ke arah Naresh. Sungguh sangat kekanak-kanakkan sekali lelaki itu, dia berlaku manis dan romantis hanya untuk sekadar memanas-manasi Pak Bagas? Dasar bocah.

"Malu tuh sama jas, udah jadi direktur utama kok masih aja kaya bocah SMA. Gak inget status apa? Masa kepala rumah tangga kek gitu!" cibirku yang berhasil membuatnya bungkam tanpa kata.

"Becanda doang atuh, Teh, jangan sensi gitu. Judes banget sama suami sendiri," ocehnya yang kuhadiahi putaran bola mata malas.

"Teteh belum bisa move on yah?" tanyanya sendu, sangat berbeda sekali dengan Naresh yang sebelumnya.

Aku menggeleng tak mengerti akan pola pikir pemuda itu. Bisa-bisanya dia berpikiran hal demikian, sudah jelas aku berstatus sebagai istrinya. Ya mana ada hak untukku menaruh rasa cemburu pada pria lain.

"Udah ah berangkat ke kantor sana," kataku tanpa mau repot-repot menjawab pertanyaan unfaedah yang Naresh berikan.

"Jawab dulu atuh, Teh," pintanya seperti anak kecil yang tengah merajuk minta untuk dibelikan mainan.

Penghujung Cintaku | Cinta Tapi Diam Series 2 [END]Where stories live. Discover now