2 | Nama Panggilan

3.8K 449 94
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Suami adalah prioritas utama, sebab surga kami berada padanya."

Tak pernah terbersit sedikit pun dalam benakku bahwa imam yang selama ini ditunggu-tunggu ternyata seorang pemuda yang usianya lebih muda dariku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak pernah terbersit sedikit pun dalam benakku bahwa imam yang selama ini ditunggu-tunggu ternyata seorang pemuda yang usianya lebih muda dariku. Walau hanya terpaut dua tahun saja, tapi rasanya sangat janggal. Seharusnya dia menjadi adikku, bukan malah suamiku. Tapi aku tak memiliki kuasa lebih untuk menentang ataupun menolak keras akan ketetapan-Nya. Untuk saat ini aku hanya ingin mencoba serta menjalani saja.

Naresh memang petakilan, menyebalkan dan juga sering menebar gombalan. Tapi aku bisa merasakan ketulusannya, mungkin itu memang cara dia dalam mengungkapkan perasaan terhadap seseorang yang memang dia kasihi dan cintai. Hal itu bisa membuatku sedikit yakin untuk menjalani mahligai rumah tangga ini.

Aku melirik sekilas ke arah Naresh yang tengah fokus menatap jalanan, gapura perkampungan tempat Umi dan Abi tinggal sudah berada di depan mata. Wajah lelaki itu terlihat serius, tak seperti biasanya yang sering kali menebar aura penuh keisengan. Aku heran, kenapa bisa pemuda seperti Naresh bersedia untuk menjadi pendampingku?

Padahal jika ditilik lebih dalam lagi, dia lumayan tampan, dan sedikit memiliki wibawa jika sudah berpakaian formal. Dan kurasa perempuan-perempuan kelas atas di luar sana sudah mengantre agar segera dihalalkan. Tapi anehnya kenapa malah aku?

Mobil yang Naresh kemudikan berhenti tepat di pelataran rumah Abi dan Umi, dengan cepat aku segera turun dan memasuki rumah tanpa menunggu lelaki itu terlebih dahulu. Tungkaiku bergerak semakin cepat kala melihat Umi dan Abi yang tengah menikmati sarapan pagi, hanya berdua saja. Biasanya aku ada di sana, bersama mereka.

"Assalamualaikum, Mi, Bi," kataku yang langsung disambut suka cita oleh Umi, beliau menghampiri dan memelukku dengan sangat erat. Aku merindukannya.

Setelah acara pernikahan usai dilaksanakan, aku langsung diboyong Naresh ke kediamannya, rumah minimalis bergaya modern yang terletak di salah satu komplek perumahan elite, cukup jauh dari tempat tinggal kedua orang tuaku.

Tadinya aku ingin meminta dia untuk membeli sebidang tanah kosong yang berseberangan dengan hunian kedua orang tuaku, tapi rencana itu gagal total karena dia sudah kadung mempersiapkan rumah untuk kami tinggali.

"Wa'alaikumusalam," jawab keduanya dengan serempak. Umi melepaskan rengkuhannya dan memintaku untuk segera menempati kursi kosong yang berada di samping beliau.

"Suami kamu di mana? Kok sendirian," selorohnya dengan tangan mengusap lembut punggung tanganku.

Baru saja aku akan menjawab, tapi terurungkan karena suara Naresh yang tengah mengucapkan salam lebih dulu mendominasi. Dengan gaya cengengesan dia menyalami Umi dan Abi secara bergantian dan mendaratkan bokong di sisi Abi.

Penghujung Cintaku | Cinta Tapi Diam Series 2 [END]Where stories live. Discover now