part 11

17 6 0
                                    

Dengan semangat yang membara,Vivi segera pergi ke parkiran berfikiran mungkin Ari sudah menunggunya disana. Namun saat Vivi sampai diparkirkiran, ia sama seklai tidak melihat keberadaan Ari. Keadaan parkiran masih ramai oleh anak-anak yang mengambil motor mereka, jadi mungkin saja Ari menunggu parkiran hingga sepi.

Vivi berniat menelfon Ari namun ia kubur niatnya itu, takut mengganggu Ari. Karena mungkin saja kelas Ari belum keluar.

Lama Vivi menunggu, Ari tidak datang juga. Kalian tau?Vivi sudah menunggu begitu lama sampai keadaan sekolah sepi. Vivi masih berfikir positif, mungkin Ari memang sedang ada urusan dan pasti akan datang padanya.

"Pulang bareng gue aja, dia nggak bakalan nemuin lo,"

Vivi melirik sekilas kearah Leo, kenapa harus Leo sih yang datang bukan Ari?batin Vivi kesal.

"Gue nggak mau," jawab Vivi sewot.

"Beneran nggak mau?" Leo memastikan.

Vivi mencoba sabar menghadapi Leo, "iya," jawabnya singkat.

"Coba aja tunggu, dia nggak bakal nemuin lo," ucap Leo mengejek. Hanya ada keheningan diantara keduanya.

"Leo!!" teriak seseorang dari arah gerbang.

Sontak keduanya menoleh kearah sumber suara, melihat siapa yang memanggil Leo. Beni, ternyata dia yang memanggil Leo.

"Cepetan, anak-anak udah nunggu!" teriak Beni lagi menjawab.

Kini Vivi dan Leo saling berhadapan.

"Cepetan, lo mau balik sama gue nggak?" tanya Leo sekali lagi.

"Nggak," jawab Vivi masih dengan pendiriannya.

Motor Leo kembali nyala, "oke, kalau nanti lo mau balik sama gue, wa aja nanti gue kesini lagi," ucap Leo sambil menjalankan motornya, pergi dari hadapan Vivi.

"Parkiran udah nggak ada motor, Vi! Lo nggak usah nunggu lagi!" teriak Leo sebelum keluar dari gerbang.

Vivi hanya menghembuskan nafas lega, setelah kepergian Leo. Kini ia menatap parkiran dan....

Benar kata Leo, sudah tidak ada kendaraan sama sekali di parkiran, terus motor Ari dimana? Apa Ari udah pulang dari tadi? Kok nggak bilang, katanya mau ketemu Vivi? pertanyaan itu berkecambuk di pikiran Vivi.

Dengan perasaan lemas Vivi mengahadap kesekeliling, sepi, sunyi dan menyedihkan. Dirinya memang menyedihkan terlalu berharap dengan apa yang sama sekali bukan takdirnya.

Vivi keluar dari sekolah dengan perasaan tidak percaya, apakah Ari benar-benar lupa dengan janjinya. Vivi akhirnya meninggalkan sekolah menuju halte bus.

"Bodoh banget sih gue, masih ngarepin Ari. Bodoh, bodoh, bodoh!" gerutu Vivi sambil mengacak rambutnya kesal.

"Mbak nya kenapa?"

Vivi terpaku ditempat, dirinya malu ternyata ada orang disampingnya.

"Kenapa apa dek?" tanya Vivi kikuk, melihat ada bocah seumuran smp disampingnya.

"Kok dateng terus marah-marah nggak jelas," jawab bocak itu polos.

Vivi menatap bocah itu heran. "Bukan urusan lo!" balas Vivi sewot.

"Saya cuma takut mbak, saya kira kesurupan tadi," ucap Bicah itu lagi.

"Siapa yang kesurupan!?" tanya Vivi galak tidak terima dikira sedang kesurupan.

"Galak banget, nanti susah cari pacar,"

Vivi melongo mendengar ucapan bicah dihadapannya. Bisa banget bocah ini menasehatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angel FellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang