Part 2 || Truth or Dare

44 8 23
                                    

(jadilah pembaca yang bijak 🌟)

Pagi ini Visha tengah berjalan di koridor lantai dua, menuju ke kelasnya yang berada di lantai tiga. Saat ia tengah berjalan sendiri, tiba-tiba jantungnya berdetak dengan sangat kencang saat ia melewati satu kelas dimana tanpa sengaja matanya bertatapan dengan manik mata teduh seseorang yang sejak semalam berhasil membuat dirinya sulit untuk memejamkan matanya dan tertidur.

“Hai Kak,” sapa Visha  dengan senyum malu-malu saat ia akan melewati kelas orang itu.

“Hai juga Dek, mau ke kelas?” jawab Varo yang berhasil membuat Visha ingin bersorak bahagia pagi ini.
Demi apa, dia baru saja bertegur sapa dengan Varo, kakak kelas yang ia sukai itu. Tolong, kadar kebaperan Visha semakin meningkat sekarang.

“I-iya Kak,” ujar Visha dengan menahan diri agar tidak berteriak histeris dan berlaku berlebihan di depan Kakak kelasnya ini.
Bisa utuh image dia nanti.

“Ya udah, semangat ya belajarnya,” ujar Varo dengan senyuman manis yang mengembang di bibirnya.

Tolong siapapun, bawa Visha pergi sekarang. Rasanya sekarang gadis itu ingin menangis saking bahagianya.

“Iya, Kakak juga ya,” ujarnya dengan pipi sedikit bersemu yang diangguki oleh Varo. Dengan langkah cepat, ia pun segera pergi menuju kelasnya dilantai tiga.

“Hua, mama demi apa Visha baper!” Visha berteriak tak kala ia sampai di kelas yang membuat beberapa pasang mata menatapnya aneh. Pagi-pagi tapi semangatnya sudah Exaggerated.

Beberapa saat kemudian, Daniza dan Sila pun datang dan berjalan menuju bangku mereka masing-masing. Dan betapa bingungnya mereka saat melihat tingkah aneh temannya yang sudah duduk di bangkunya itu.

Bagaimana tidak aneh, kepala yang di tenggelamkan diantara lipatan tangan dengan kaki yang terus menendang-nendang tidak jelas, belum lagi dengan gumaman serta pekikkan  yang keluar dari mulut temannya itu.

“Pagi Visha,” sapa Sila saat sudah duduk di bangku depan Visha dan Daniza.

“Sha, Lo kenapa dah? Kayak orang kesetanan di pagi hari tau nggak?” ujar Daniza yang membuat Visha mengangkat kepalanya menatap teman-temannya itu dengan muka yang masih bersemu merah.

“Pagi Sila ku yang polos,” ujar Visha dengan gembira, lalu ia menatap ke arah Daniza.

“Enak aja Lo kalo ngomong. Kesetanan pala Lo bengkong!” ujar Visha dengan menonyor kepala Daniza.

“Ck, sakit tahu Sha! Kemarin Lo katain kepala gue oleng terus Lo jitak, sekarang Lo katain kepala gue bengkong terus Lo tonyor. Nanti kalo gue gagar otak gimana? Kan kasihan kak Gibran!” dengus Daniza panjang lebar yang membuat Visha memutar bola matanya jengah.

“Halu!” serunya di depan wajah Daniza.

No problem, because halu is my life,” ujar Daniza berbangga diri.
“Eh, btw, gimana semalem?” tanya Daniza menggoda Visha dengan menaik turunkan kedua alisnya dan hal itu berhasil membuat kedua pipi Visha kembali memerah mengingat kejadian semalam dan pagi ini.

“Visha kenapa kok pipinya merah gitu, Visha sakit?” tanya Sila tidak paham dan menatap Visha khawatir.

Sedangkan kini, Visha malah menangkup pipinya dengan kedua tangannya lalu menutupi wajahnya.

“Aaaa, mama!” ucapnya terpekik senang.

“Visha sakit ya Niza?” tanya Sila pada Daniza karena tidak ada jawaban dari orangnya langsung.

“Iya, dia lagi mabuk gara-gara bucin kakak kelas,” ujar Daniza kepada Sila yang membuat Sila terkejut. Lantas hal itu membuat Daniza memukul pelan dahinya karena ia tahu apa yang sekarang ada di pikiran Sila- temannya yang super polos itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 30, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AkasiaWhere stories live. Discover now