Vivi membawa Leo kelapangan. Ternyata ditengah lapangan sudah ada beberapa siswa lain yang kena hukuman. Kebanyakan mereka dari kelas 1 dan 2.

"Berdiri disini, Lo hormat sama tiang bendera sampai jam pertama selesai!" suruh Vivi pada Leo.

"Jangan hukum Lili, tadi itu jalanan macet makannya Lili jadi kesiangan sampai sekolah,"

Suara murid lain membuat Vivi atau Leo menoleh kesumber suara. Ternyata Lili yang dibawa paksa oleh Salsa kelapangan.

"Jangan hukum Lili ya, pliss?" Lili memohon pada Salsa.

"Lo kelas berapa?" tanya Vivi saat mereka sudah sampai didepan tiang bendera.

"Sebelas IPA 2, Kak," jawab Lili gemetar.

"Lo nggak usah panggil gue kak, kita seangkatan," balas Vivi dingin. Lili mengangguk mengerti.

"Lo taukan hukuman apa buat siswa yang telat?" tanya Vivi masih dengan gaya wibawanya.

"Tau," balas Lili, entah mengapa berhadapan langsung dengan sang ketua osis membuat Lili sedikit gemetaran.

"Cepet lakuin!" suruh Vivi tegas.

Lili masih diam tanpa melakukan apa yang diminta Vivi.

"Lili nggak mau," jawab Lili berani.

"Sebenernya gue nggak tega, tapi ini udah tanggung jawab gue, jadi terserah lo mau lakuin apa nggak, tapi jangan salahkan gue kalau sampai pak Johan tau dan lo bakalan dikasih hukuman yang lebih berat dari ini," ancam Vivi. Tapi bukan Lili namanya kalau takut dengan ancaman Vivi.

"Lili nggak takut," jawabnya santai, membuat semua yang ada disana melongo takjub.

"nggak adil buat yang lain, mereka dihukum masak lo nggak?"

"Biar adil lepasin mereka aja," jawab Lili santai.

Vivi memutar tubuhnya melihat siswa yang kini tengah berdiri sambil hormat bendera. Namun pandangan Vivi ada yang aneh.

"Leo mana?" tanya Vivi bingung.

"Udah pergi kaak!" jawab mereka kompak.

Sial! Susah memang menghadapi teman seperti Leo.

"Yaudah, kalian balik kelas semua!" suruh Vivi akhirnya pasrah. Semua siswa terlambat pun kembali ke dalam kelas mereka masing-masing.

"Lo ikut gue?" Vivi meminta Lili ikut dengannya.

Vivi membawa Lili ke ruang osis yang kini tampak kosong, hanya ada mereka berdua disini.

"Ngapain bawa Lili kesini?" tanya Lili bingung, kenapa Vivi membawanya ke ruang osis.

"Lo yang namanya Librani kan?" Vivi balik bertanya.

"Iya, Clarisa Librani,"

"Gue udah tau, Lo yang suka ikut tari balet itu kan?" tanya Vivi lagi.

"Iya," jawab Lili kikuk.

"Lo satu kelas sama A-aries kan?" tanya Vivi pelan.

Lili melirikan matanya melihat Vivi. Oh, jadi ketua osis membawanya hanya untuk menanyakan soal Ari. Lili sendiri tau Virgo atau Vivi sang ketua osis yang suka dengan teman sebangkunya Ari. Awalnya Lili tidak mengenal Vivi hanya sekedar tau kalau dia ketua osis.

"Satu bangku lebih tepatnya," jawab Lili berniat pamer.

Wajah Vivi terlihat kaget mendengar Ari duduk dengan cewek, yang sekarang sedang ada didepannya.

"Lo-lo satu bangku sama Ari?" Vivi memastikan.

Lili tersenyum picik, ada ide yang tiba-tiba terlintas dikepalanya.

"Iya, Ari kan udah jadi pacar Lili, jadi kita nggak mau jauh-jauh, sekalian Lili jagain takut diambil orang!" jawab Lili berbohong. Lili senang melihat ekspresi Vivi yang berubah derastis. Siapa suruh tadi berani mau hukum Lili. Kini dalam hatinya Lili tertawa terbahak-bahak.

Dalam pikiran Vivi sebenarnya belun terlalu percaya sepenuhnya, kalau Ari sudah berpacaran dengan Lili. Namun mendengar Lili satu bangku dengan Ari tidak menutup kemungkinan mereka memang ada hubungan.

"Lo pacarnya Ari?" Vivi pura-pura bertanya, untuk memastikan.

"Kenapa? Cemburu? Maaf ya udah keduluan sama Lili," ucap Lili spontan, berniat mengejek Vivi.

Hati Vivi terasa panas mendengar ucapan Lili. Vivi tidak langsung percaya begitu saja kalau belum mendengar sendiri dari mulut Ari.

"Ng-nggak, gue nggak cemburu, masih banyak kok cowok yang ganteng selain Ari, Gue bisa cari yang lain," ucap Vivi berbohong, ia tidak mau terlihat lemah didepan Lili.

"Kalau kamu mau ambil Ari juga boleh kok, Lili nggak nglarang, tapi asal kamu bisa aja," ucap Lili pura-pura menantang.

Vivi diam tidak menjawab. Dirinya menyesal sudah membawa Lili kesini. Kini Vivi hanya punya pilihan percaya dengan Lili dan menyerah atau cari kebenaran untuk terus maju.

"Udah ah, Lili mau balik kelas, takut pacar nyariin," pamit Lili. Sedangkan dalam hatinya Lili tertawa puas melihat Vivi terpaku ditempat.

****

Lili masuk dalam kelasnya dengan santai, keberuntungan baginya guru masih belum masuk karena rapat, jadi Lili tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk mencari alasan.

Sebenarnya Lili masih kesal dengan Ari. Ia benar-benar tidak dibolehkan nyontek tugas milik Ari. Sampai akhirnya Lili sendiri yang mengerjakan tugas setelah mendapat kiriman materi dari Ari.

"Udah ngerjain?" tanya Ari tiba-tiba.

"Nggak usah nanya-nanya!" jawab Lili ketus.

"Yaudah," balas Ari tak kalah ketusnya.

"Masih mending lho ini, Lili masih ngijinin Ari duduk disebelah Lili, karena Ari duluan yang dateng, besok kalau Lili duluan yang dateng, Ari dilarang duduk disitu," ancam Lili.

Ari tersenyum sengkat mendengar ancaman Lili. Sampai naik kelas pun Lili tidak akan pernah berangkat lebih awal dari Ari. Dari dulu pun Lili selalu berangkat siang kesekolah.

Tidak ada perbincangan lagi diantara mereka berdua. Sampai akhirnya Lili kembali membuka suara.

"Tadi Lili ketemu ketua osis," ucap Lili.

"Lo dihukum sama dia, karena lo telat kan?" Ari balik bertanya tanpa Lili duga. Membuat Lili tertawa kikuk.

"Iya. Dia najak ngobrol Lili tadi," ucapnya lagi.

"Bukan urusan gue," jawab Ari ketus.

"Dia nanya-nanya soal Ari tadi," Lili masih berusaha membuat Ari tertarik dengan ceritanya.

"Nggak usah lo jawab,"

Lili tertawa melihat ekspresi Ari yang salah tingkah. "Udah terlanjur Lili jawab," jawab Lili santai.

"Dia nanya Lili satu kelas sama Ari, terus Lili jawab aja, malah satu bangku. Terus dia nggak percaya, Lili bilang aja Ari itu pacar Lili makannya kita duduk sebangku," Lili mengatakan dengan lancar dan ekspresi santai, membuat Ari melongo dengan tingkahnya.

"Ngapain lo jawab gitu?" tanya Ari sedikit kesal.

"Lili cuma sebel aja, tadi dia mau hukum Lili makannya Lili kerjain aja," jawab Lili enteng. Ari hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah teman sebangkunya yang sulit Ari tebak.

"Tapi sebenernya Lili seneng bilang Ari pacar Lili,"

Semoga masih suka sama ceritanya ya......

Lanjut part selanjutnya ya

Angel FellaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz