part 3

2K 70 0
                                    

Saat ini prilly baru saja selesai memandikan putranya iapun memakaikan baju kepada Digo lalu mencium anaknya muach... "Harum banget cih anak mama" ucap prilly sambil terus mencium anaknya sehingga membuat sikecil tertawa. Senyuman sang anak membuat ia teringat kepada Ali, anaknya ini benar-benar fotocopy an Ali. "Seandainya ali liat wajah kamu, dia pasti nyesal udah gak percaya sama kita" gumam prilly. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Prilly, ia berjalan menuju pintu "itu pasti Kevin" gumam prilly. Ceklek..., Dugaan prilly memang benar akan tetapi bukan hanya Kevin yang datang   tetapi juga ada kedua mertuanya dan kedua iparnya, mamah resi, papa Rian, Arnol saudara angkat Ali serta Thea saudari Ali.
"Si..silahkan masuk" titah Ali dengan suara gugup dan bergetar.
"Aku keluar aja ya, sepertinya kalian butuh privasi" ucap kevin sambil keluar dari apartemen.
Mereka duduk di sofa, "aku ambilkan minum dulu" ucap prilly ketika hendak beranjak, suara Agatha menghentikannya. "Biar aku aja kak, kalian bicara aja" ucapnya dan langsung beranjak dari sana.
Sejujurnya prilly takut, apakah mereka akan menghina dan mencacinya lagi, atau mereka akan menyuruhnya untuk membunuh anaknya sama seperti apa yang dipunya Ali. Tidak.., prilly akan berjuang demi anaknya.
"Dimana putramu" tanya resi. Rasa takut prilly semakin besar ketika resi menanyakan anaknya.
"Apakah kami tidak bisa melihat cucu kami" sambung Rian.
"Apa..cucu??" Batin prilly.
"Pril, apa kami tidak bisa melihat cuc kami" tanya Rian lagi.
Dengan langkah yang gemetar prilly berjalan ke kamar dan menggendong anaknya. Melihat prilly yang sedang menggendong bayi itu, resi langsung beranjak kearah prilly ia terkejut melihat bayi itu
"Aduhh, tampan sekali cucuku" ucap resi kegirangan sambil mengambil alih Digo dari Prilly lalu berjalan kearah suaminya.
"Liat pah, cucu kita sangat tampan dia
dari matanya, hidung dan bibirnya semua duplikat Ali" ucapnya antusias.
"Ohh, cucuku betapa tampannya dirimu" ucap Rian sambil ingin mengambil Digo dari gendongan resi, akan tetapi terhenti karena pukulan dari resi "apaan sih mah, aku mau gendong cucu aku" ringis Rian.
"Aku dulu pah" repot banget sih
Thea yang baru datang terkejut melihat bayi yang digendong mamahnya "OMG!!!, Apa dia keponakanku.. tampan sekali" teriak Thea tanpa sadar.
"Ini bukan hutan Thea" tegur Arnol.
"Namanya siapa prill" tanya Arnol
"Digo Alfrando Syarief, panggilannya Digo" jawab Prilly. Ia tidak menyangka bahwa orangtua Ali dan iparnya menerima kehadiran anaknya. Arnol tersenyum kecut mendengar nama belakang bayi itu. "Disaat Ali udah buang kamu kayak sampah, kamu masih buat marga Ali dibelakang nama anak kamu"gumam Arnol yang ternyata masih mampu didengar oleh semua orang.
"Sejahatnya Ali, semua gak bisa menyangkal kalau Digo itu darah daging Ali" jawab prilly.
Suasana menjadi hening, kemudian resi menghampiri prilly, "kamu masih punya mamah, papah, Arnol, Thea dan Kevin yang akan selalu menyayangi kamu. Kami semua percaya sama kamu sayang.
Prilly langsung memeluk resi dengan airmata yang mulai bercucuran, thea juga mendekat lalu memeluk kedua wanita itu "kita akan selalu bantuin kamu kak" ucap Thea.
  Rian melihat itu seketika emosi, kenapa anak sulungnya itu berbuat hal seperti ini, sepertinya ia harus memberikan pelajaran pada Ali.
"Arnol, kita ke rumah Ali sekarang" ucapnya tegas.

    Sedangkan ditempat lain, seorang pria selalu merasa emosi "ahk!!!, Kevin, prilly kalian pengkhianat!!!, Bram!!! Ia membalikkan meja kerjanya.
Sebuah tangan melingkar diperutnya, "jangan sakiti diri kamu sendiri Li.."
"Renata" gumam Ali.
"Aku ada disini buat kamu Li, jangan hanya memikirkan orang yang sudah mengkhianati kamu" ucap Renata.
Renata membalikkan tubuh ali agar berhadapan dengannya "lihat aku Li.., disini aku masih mencintai kamu" lirihnya. Kemudian Renata memeluk Ali, tidak ada penolakan maupun balasan dari Ali "dari dulu sampai sekarang aku selalu mencintai kamu" ucapnya.
Melihat Ali yang hanya terdiam, membuat hatinya agak kesal.
  Prok...prok...prok...
Suara tepukan tangan menghentikan mereka. "Drama yang sangat bagus" ucap orang itu.
"Papa" gumam Ali.
Rian dan Arnol kini berdiri didepan Ali. "Jadi ini wanita yang menghasut putraku" ucap Rian sambil memandang Renata dari atas sampai bawah. "Tidak beda jauh dari seorang jalang" lanjut Rian.
"Jangan asal ngomong lah, dia itu perempuan baik, tolong jangan menghinanya" ucap Ali tegas.
Rian menatap Ali dengan tajam "suruh dia keluar dari sini, jika tidak aku sendiri yang akan mengeluarkannya tanpa nyawa" titah Rian dengan nada yang menyeramkan.
Sejenak ali memejamkan matanya "pulanglah ren" perintah Ali
"Tapi aku mau disini sama kamu" rengek Renata. "Pulanglah jika kamu masih ingin hidup" tegas Ali. Dengan berat hati Renata keluar , saat melewati Arnol ia membalas tatapan Arnol dengan tajam.
"Jika hanya ingin membalas wanita itu, lebih baik papa keluar, karena aku tidak ingin mendengarnya lagi" ucap Ali to the point.
Rian tersenyum sangat tipis sepertinya anaknya ini memang sudah terhasut terlalu dalam oleh wanita tadi.
"Sejujurnya papa kecewa sama kamu ali, tapi karena ini sudah menjadi pilihanmu papa akan terima. Perlu kamu tahu bahwa pada mama serta saudaramu kami berpihak pada prilly.
Ali tersenyum sinis pada papanya "sepertinya jalang itu sudah menghasut kalian"ucap Ali.
"Jaga ucapanmu kak" ucap Arnol yang mulai emosi.
"Kau tak usah ikut campur, sadar dirilah siapa dirimu" ucap Ali
"Hanya seorang anak angkat" gumam Ali yang ternyata masih bisa didengar Arnol.
" Tidak usah bertengkar, langsung saja papa kesini cuman mau taruhan sama kamu Li, papa ingin tau seberapa hebat kamu" ucap Rian.
Ali menatap papanya "taruhan apa".
" Berikan waktu 1 bulan untuk kami membuktika bahwa prilly tidak bersalah, jika kami tidak bisa menemukan bukti, maka aku ayahmu sendiri akan membunuh anak yang dilahirkan prilly dan sahabatmu sikevin itu, akan tetapi jika kami bisa menemukan bukti bahwa prilly tidak bersalah, maka kau harus.." sejenak Rian menghentikan ucapannya.
"Harus apa" tanya Ali.
"Kau harus melepaskan semua kekuasaan Syarief pada Arnol"
Arnol yang mendengar namanya, terkejut...
Ali menatap Arnol dengan tatapan tajam. "Semua harus kamu lepaskan, mulai perusahaan, hotel, restauran, rumah sakit dan yang lainnya" lanjut Rian.
"Apakah kau memang berniat mengambil semua dariku" tanya Ali pada Arnol, sedangkan yang ditanya hanya diam. Sejujurnya ia tidak menginginkan semua itu.
"Tidak usah menyalahkan Arnol, aku hanya tidak ingin orang yang meneruskan perusahaanku tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah, bagaimana setuju atau tidak" tanya Rian.
"Baiklah" ucap Ali dengan tegas, meskipun sebenarnya ada keraguan didalam hatinya.
"Baiklah, kami pergi" pamit Rian
"Kau akan menyesal nak" batin Rian menatap putra sulungnya itu.

KEMBALILAH PADAKU (END)Where stories live. Discover now