Chapter 11

1.4K 181 3
                                    


Winwin hanya bisa duduk diam saat Eva menginterogasinya. Sementara Eva berdiri sambil melipat tangan di depan dada menunggu Winwin menjawab pertanyaannya.




“kami pacaran.” Jawab Winwin setelah beberapa waktu.




Winwin dan Ilya memang memutuskan untuk bersama setelah hari itu. Tapi keduanya sepakat untuk tidak mengumbar atau mengatakan apapun soal hubungan mereka kepada siapapun. Kalau orang lain tahu, biarkan karena mereka tahu sendiri karena memang tujuan awal mereka pacaran untuk menyelamatkan Ilya.



“kok bisa?” tanya Eva. “maksud gue, gue tahu lu sama Ilya emang kelihatannya dekat. Tapi kok bisa? Dan kenapa lu gak ngasih tahu? Ilya juga? Lu gak lagi bercandakan Win?”



Kalau bukan karena Winwin yang tidak sengaja keceplosan menanyai Eva soal Ten mungkin sekarang Winwin tidak harus berhadap dengan gadis itu. Tapi sayangnya Winwin tidak berpikir panjang saat menanyai Eva tentang perasaan gadis itu. Dan Eva terlalu pintar untuk tidak menyadari kalau Winwin memiliki hubungan dengan Ilya yang merupakan satu-satunya orang yang tahu tentang perasaan Eva pada Ten, tadinya.



“bisalah. Lu aja bisa naksir Bang Tapon.” Jawab Winwin.



Eva membuka mulutnya untuk menyahuti Winwin tapi kemudian membatalkan niatnya dan mendudukkan dirinya di depan Winwin. “sejak kapan? Jangan bilang waktu Ilya ngamuk ke Aurora itu kalian sudah pacaran?!”



“belum. Tapi bisa dibilang pemicu.” Jawab Winwin asal. Ia tidak bisa mengatakan pada Eva alasan yang sebenarnya. Ia tidak yakin.



Eva mengerutkan dahinya. “lu gak main-mainkan Win sama Ilya? Dia temen gue Win.”




Winwin sendiri tidak yakin. Dia jelas tidak berminat pada Ilya awalnya, dan hubungan mereka juga didasari oleh kepentingan untuk menyelamatkan Ilya tapi Winwin sama sekali tidak yakin apakah dirinya dan Ilya benar serius tentang hubungan mereka.




“lu suka Ilya?” tanya Eva.



Winwin mengangguk pelan.



“lu cinta sama dia?” tanya Eva lagi.



Winwin dan Ilya pernah membahas ini sebelumnya. Meski mereka pacaran untuk urusan bisnis, keduanya menolak untuk membuat perjanjian atau hal semacam itu. Winwin beralasan karena hal seperti itu terlalu merepotkan dan Ilya beralasan dia tidak mau kebingungan kal ternyata nantinya salah satu dari mereka ada yang jatuh cinta. Karena alasan masing-masing, Ilya dan Winwin memutuskan untuk menjalaninya saja. Toh tidak ada yang berubah meskipun mereka sudah pacaran. Winwin tetap mengurusi urusannya sendiri dan Ilya dengan hidupnya sendiri.



“gak tahu Va.” Jawab Winwin jujur.



“lu pernah pacaran sebelumnya?” Winwin menggeleng pelan.



Eva menghela napas berat. “ceritakan soal Ilya. Dari sudut pandang lu.”



Winwin diam mencoba mengingat sosok Ilya. “Dia keras kepala dan semaunya. Gue gak masalah tapi Ilya kayanya gak sadar kalau sifat dia itu bisa bikin dia dalam bahaya.” Winwin mengingat bagaimana gadis itu mendatangi club malam hanya untuk mencari Yugyeom dengan pakaian terbuka bahkan tanpa perlindungan diri.



“lu gak mau dia kenapa-kenapa? Dia merepotkan dan nyebelin gitu?”



Winwin menggeleng pelan. “ya karena gur kenal dia, jadi kalau tahu dia kenapa-kenapa rasanya gak enak. Aku gak ngerasa dia nyebelin Va.” Eva mengangkat sebelah alisnya mendengar jawaban Winwin. “oke mungkin kadang dia nyebelin.” Lanjut Winwin, “tapi gue gak keberatan soalnya dia gak semenyebalkan itu Va.”




“lu sayang Ilya ya Win.” Dibanding dengan pernyataan, perkataan Eva barusan lebih terdengan seperti pertanyaan untuk meyakinkan sesuatu.



“hah?”



“lu kenal gue Win lebih lama dari Ilya tapi lu gak sampe ngerasa gak enak kalo gue celaka. Lu mungkin sedih tapi gak pernah sampai gak enak. Dan lu juga gak nerima sisi dia yang nyebelin.”



“gak mungkin Va, gue gak ngerasa.”




Eva mengangkat bahunya pelan. “ya bisa aja lu gak sadar sama perasaan lu sendiri. Dengar ya Win...” terang Eva. “Love is like a red colour. Some people can’t see the color, that doesn’t mean it isn’t there.”



Winwin terdiam, mencerna perkataan Eva. “mending lu pikirin dulu deh. Kalo udah yakin jangan lupa jujur ke Ilya. Jangan boongin diri lu sendiri Win.” Kata Eva kemudian.













Kalau bukan karena Eva mengetuk pintu rumahnya dan menodongnya dengan pertanyaan tentang hubungannya dengan Winwin, Ilya mungkin tidak akan berada di atas ranjangnya sambil duduk berhadapan dengan Eva.



Ilya menceritakan semuanya pada Eva termasuk bagian ayahnya Yugyeom, tapi ia memutuskan tidak mengatakan apapun tentang hubungan Winwin dan Yugyeom yang sebenarnya. Ilya berbohong pada Eva dengan mengatakan kalau Yugyeom yang mengatakan pada Winwin soal rencana ayahnya dan meminta bantuan Winwin. Ilya tidak sepenuhnya, ia hanya meninggalkan beberapa bagian dari ceritanya.



Ilya juga bercerita bagaimana awalnya dia kenal dengan Yugyeom di bar dan menjadi teman bercerita dan mereka tidak memiliki hubungan apa-apa selain teman.



“lu suka sama Winwin?” tanya Eva.



Ilya sudah memikirkan ini sebelumnya, bahkan alasan kenapa dia menolak membuat perjanjian yang memberatkan dengan Winwin karena hal ini. Ilya mengangguk pelan, “dia baik Va. Gue suka perhatian Winwin. Dia beda, sama dia gue gak takut buat terkekang. Dia ngerti gue, dia juga bukan tipe yang bakal bersikap manis setiap saat. Tapi perhatian dia sama hal-hal simpel kadang malah bikin gue jatuh hati. Gue gak butuh perhatian berlebihan, cukup biasa aja secukupnya. Dan Winwin ngasih itu Va.”



“dia mungkin gak sadar ini tapi kadang tindakan Winwin macem naikin tali tas gue yang jatuh, bukain minum kalo lagi ngobrol atau naro tisu dekat gue waktu gue lagi makan itu bikin gue suka dia. Rasanya beda kalo sama Winwin.”




“Winwin-nya suka juga sama lu?”



Ilya menggeleng pelan tanpa mau repot-repot berpikir. “dia cuman mau ngelindungin gue dari bokapnya Yugyeom. Dia gak punya alasan buat suka sama gue.”



“ya bisa aja Winwin gak perlu alasan buat suka sama lu. Its called love.”



“Itu yang bikin gue takut Va.” Kata Ilya. “Terkadang yang mencintai tanpa alasan bisa ninggalin tanpa penjelasan.”


“Gak mungkin Winwin gitu Ly, kan dia mau jagain elu dari bokapnya Yugyeom. Dan bisa aja itu alasan dia suka sama elu, sifat protektif cowok gitu.”



“Sejujurnya pacaran sama Winwin sekarang bikin gue parnoan, gua takut dia ninggalin gue.”



Eva menatap Ilya lama kemudian menghela napas. “Tapi kita manusia Ly. Manusia paling jago nyari alasan. Kalo kalian kehilangan satu alasan untuk bersama, kalian bisa cari alasan lainnya. Toh bukannya udah jadi sifat manusia, suka cari-cari alasan. Kenapa tidak gunakan sifat itu buat terus berhubungan untuk waktu yang lama?”




“masalahnya ini Winwin Va.”



Eva merotasikan matanya. “bukan masalahnya kalian gak mau jujur.”



“susah Va.”



Eva menatap Ilya yang kini sedang menekuk bibirnya ke bawah. Dia mengerti perasaan Ilya karena itu dia mendekat pada Ilya dan memeluk gadis itu. “gue bakal dukung elu terus kok Ly.”















TBC...

Red | WINWIN WayV ✔Where stories live. Discover now