Chapter 8

1.5K 210 6
                                    


Pergi ke klub malam rasanya sudah jadi rutinitas Ilya dua minggu terakhir. Bukan berarti sebelumnya ia tidak mengunjungi tempat seperti ini. Ia cukup sering pergi ke tempat serupa untuk menemani Yugyeom menyelesaikan urusan bisnis laki-laki itu.



Ilya juga bukan orang yang suka minum dan mabuk, hanya saja gadis itu merasa tidak ada hal yang menyenangkan untuk dilakukan kecuali pergi ke tempat seperti klub malam. Pada dasarnya ia hanya mengusir bosan dan mengisi waktu luang.



Gadis itu tersenyum saat sang bartender menyodorkan gelas penuh berisikan minuman beralkohol ringan di depannya.



“Ilya?”




Gadis itu memutar kursinya dan menatap Winwin yang kini hanya berjarak tidak sampai lima meter darinya. Laki-laki itu mengenakan kaus putih yang dia masukkan ke dalam celana jeans hitamnya kemudian menggunakan kemeja biru yang tidak ia kancing di luar.



Ilya mengerutkan dahinya bingung. Dari semua tempat kenapa ia harus bertemu dengan Winwin di sini. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali bertemu laki-laki itu mungkin hampir sebulan yang lalu mungkin juga lebih. Tapi yang Ilya tahu, Winwin bukan orang yang suka datang ke tempat seperti ini. Jadi aneh rasanya mendapati laki-laki itu di sini.



“Winwin? Ngapain lu di sini?”




Laki-laki itu menggaruk bagian belakang kepalanya kemudian dengan gugup mengambil posisi duduk di samping Ilya. “membantu seorang teman... menyelesaikan masalah.”



“ahh... dia mabuk trus lu harus bayarin tagihan dia trus nganter dia pulang?” tebak Ilya, “trus di mana temen lu?”



“udah pulang sama ceweknya.”




“lah terus kenapa lu gak pulang juga?”




Winwin sendiri bingung kenapa ia lebih memilih mengobrol dengan gadis itu terlebih dahulu bukannya membereskan urusannya. “aku liat kamu.”



Ilya terkekeh pelan, Winwin yang melihat itu tidak bisa menahan senyumnya saat melihat Ilya tertawa. “gak baik Win lu di sini. Bukan tempat lu di klub begini.”



“kamu juga gak baik ada di sini Ly.”




Ilya menggeleng pelan sambil mengangkat sudut bibirnya. “gue bukan cewek lo. Gak usah ngurusin idup gue!” sahutnya diikuti kekehan pelan.




“yaudah ayo pacaran biar aku bisa ngurusin kamu.” Sambar Winwin cepat.



Ilya tersedak minumannya, sementara Winwin dengan cepat menepuk pelan punggung gadis itu.



“balik lo sana ke China. Dasar sinting!” jawab Ilya sambil mencoba tertawa.



Tawa Ilya otomatis berhenti saat ia melihat ekspresi Winwin tidak berubah. Laki-laki itu bahkan tidak tersenyum. “gak usah bercanda yang aneh-aneh Win!” tambahnya.



“lagian kamu ngapain di sini sendirian Ly?”



“gak ngapa-ngapain. Ngisi waktu luang aja, nyari hiburan.”



“pengangguran banget kamu ya.”



Ilya mengangguk pelan sebagai jawaban.



“yaudah kalau gitu besok temenin aku.”



“kemana?”



“adalah pokoknya. Kan kamu gak ada kerjaan juga. Hitung-hitung balas jasa karena udah bikin aku dan Yugyeom berantem.”



“ya udah deh iya.”



“besok kamu selesai kuliah jam berapa?”



“jam dua kalau dosennya gak ngaret.”



“besok aku jemput di kelas kamu.”



“emang tahu kelas aku di mana?”



“satu sama Eva kan?”














Winwin masih waras, hanya entah kenapa dia tidak bisa bersikap masuk akal. Laki-laki itu tidak bertanya dua kali untuk bergegas pergi saat ia menerima pesan dari Yugyeom yang mengatakan Ilya ada di salah satu klub milik ayahnya.



Sebulan yang lalu ia beruntung bisa membawa lari Ilya dari orang-orang suruhan ayahnya Yugyeom karena ada Ten yang langsung mengajak mereka pergi waktu itu. Tapi kalau gadis itu ada di klub malam milik ayah Yugyeom, jelas akan sangat susah membawa Ilya lari dari tempat yang penuh dengan orang-orang tuan Kim.



Sesampainya di klub yang dimaksud Yugyeom. Winwin tidak tahu harus merasa bersyukur atau marah. Ia bersyukur gadis itu masih ada di sana, duduk di meja bar tanpa terluka. Tapi ia sama sekali tidak bersyukur dengan punggung terbuka dan rok pendek gadis itu. Winwin mungkin tidak akan memikirkan apapun tapi pengunjung lain di tempat ini pasti melakukannya.



Winwin kemudian menghampiri gadis itu menatap selama beberapa saat sebelum memanggilnya. Winwin tidak sepenuhnya berbohong saat ia bilang datang untuk membantu temannya. Ia memang membantu temannya, yaitu Yugyeom.



Laki-laki itu tanpa sadar tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Ilya saat gadis itu bercanda dan menegur Winwin untuk tidak mengurusinya. Dan entah datang dari mana, Winwin secara spontan mulut Winwin mengucapkan ajakan yang sesungguhnya tidak pernah ia pikirkan selama ini.



Untungnya obrolan tentang hal itu tidak dilanjut. Winwin dengan cepat mengalihkan topik pembicaraan mereka yang membuatnya berada di sini sekarang. Di depan salah satu kelas lantai dua gedung teknik.



Ia menumpu kedua sikunya pada pagar beton dan bersandar di sana menghadap ke arah tangga turun. Kelas Ilya ada tepat di samping tangga itu. Tapi Winwin masih tahu sopan santun dengan tidak menunggu tepat di depan kelas gadis itu.



Winwin kemudian menarik keluar handphonenya untuk melihat jam, mengabaikan suara bisik-bisik yang baru saja terdengar. Laki-laki itu menghela napas, harusnya Ilya sudah keluar sekarang



“ngapain lu di sini?”



Winwin mengangkat wajahnya dan mendapati Jaehyun dan Eva yang kini berdiri di depannya. Winwin hampir lupa selain Eva, Ilya juga satu kelas dengan Jaehyun. “nungguin Ilya.”



Siulan menggoda ditiupkan Jaehyun pada Winwin, sementara Winwin hanya mengabaikannya.




“Winwin!” panggil Ilya dari depan pintu kelasnya.



Winwin tidak mengatakan apapun, dia hanya tersenyum dan membiarkan Ilya mendekat ke aeah mereka.



“lu berdua mau kemana?” tanya Eva.




“kencan.” Jawab Winwin tanpa berpikir kemudian menggenggam tangan Ilya. “Duluan ya Jae, Va.”








Mereka tidak benar-benar pergi berkencan. Winwin hanya mengajak Ilya ke komunitas peduli hewan terlantar. Laki-laki itu cukup sering datang ke sini bersama beberapa temannya termasuk Ten dan Hendery. Dan sekarang ia mengajak Ilya.




Ilya tengah duduk di sampingnya sambil mengusap pelan kepala anak anjing yang bermain dipangkuan gadis itu. Mereka sedang berada di halaman belakang yayasan sekarang. Hanya berdua, dokter yang bertugas sedang memeriksa anjing lain dan beberapa petugas di sini dengan bermain di sisi lain bangunan ini.



Sambil menatap Ilya, Winwin memikirkan kembali permintaan Yugyeom. Permintaan temannya itu aneh. Tapi masuk akal. Belum lagi pagi ini ia menerima kabar dari Ten kalau orang suruhan ayahnya Yugyeom masih mengikuti Ilya. Perasaan protektif entah kenapa selalu muncul dalam dirinya saat menyangkut tentang Ilya.



“Ly. Ayo pacaran!”




Dibandingkan dengan terkejut, Ilya malah melemparkan tatapan bingung pada Winwin. “lu mabuk ya?” tanyanya.



Winwin menggeleng pelan.



“lu suka gue?” tanya Ilya lagi.



Winwin tidak langsung menjawab. Ia tidak pernah keberatan dengan keberadaan gadis itu, walau terkadang Ilya bisa sangat berisik.



“sebagai cewek?” tanya Ilya setelah melihat Winwin mengangguk.



“gak tahu.”



Ilya menghela napas. “lu gak bisa nembak cewek gitu aja Win. At least lu harus pdkt dulu sama dia.”




“yaudah ayo pdkt.”




“Ya gak gitu Win.” Ilya menggelengkan kepala kecil, “ya kali pdkt gitu doang. Tanya temen-temen lu deh soal itu.”



“udah ah. Gue masuk aja. Lu makin gak jelas.” Lanjut Ilya kemudian bangkit berdiri dan berbalik meninggalkan Winwin.







TBC

Red | WINWIN WayV ✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu