Chapter 9

1.4K 206 1
                                    


Ilya menatap bunga mawar yang didapatinya pagi ini di depan pagar rumahnya. Tidak ada surat atau memo yang ia temukan bersama seikat mawar merah bertangkai pendek dan dililiti tali rami itu. Ini bukan pertama kalinya ia menerima bunga secara misterius seperti ini. Sudah seminggu terakhir ia menerima seikat bunga merah seperti ini, pernah sekali ia memerima seikat bunga carnation, kemudian tulip, lalu dilain hari ia menerima Ranunculus. Dan hari ini ia menerima mawar. Dan semua bunga yang ia terima adalah bunga dengan warna merah. Hanya seikat bunga tanpa pengirim atau apapun lainnya.

“bawa apaan lu?”

Ilya mengangkat wajahnya, mendapati Eva tengah menatapnya sambil melirik bunga di tangannya Ilya. “mawar.” Jawab Ilya seadanya.

“lu ditembak?” tanya Eva sambil menyamakan langkahnya dengan Ilya dan berjalan beriringan dengan gadis itu.

Ilya menggeleng pelan, “ada yang naro depan rumah. Udah semingguan kayanya, gak tahu deh dari siapa.”

“wow. Lu punya penggemar rahasia.” Kata Eva dengan semangat sambil berhenti di depan Ilya dengan menghadap pada gadis itu.

Ilya mengabaikan perkataan Eva. Bukan berarti ia bermaksud begitu, tapi ia baru saja melihat Winwin berlari beberapa meter di depannya dari balik punggung Eva. Laki-laki itu mengenakan kemeja biru bergaris yang bagian depannya sengaja ia masukan dan bagian belakangnya keluar.

“dia siapa?” tanya Ilya tanpa berpikir saat melihat Winwin berhenti di depan seorang gadis berambut hitam panjang.

Eva berbalik mengikuti arah pandang Ilya yang terfokus pada Winwin dan gadis itu. “ohh... Aurora.”

“pacar Winwin?” Ilya mengabaikan tatapan yang diberikan Eva padanya.

“mereka sekelas. Kata orang-orang sih mereka dekat, tapi Winwin gak pernah ngomong apa-apa. Yahh bukan berarti Winwin suka cerita ke gue soal hubungan dia. Intinya gue gak yakin dan gak tahu aja.” Jawab Eva. “kenapa? Cemburu?”

Ilya membiarkan Eva melihat dirinya merotasikan matanya sebagai respons dari pertanyaan gadis itu. Bukan bagaimana, hanya saja tidak sampai dua minggu yang lalu Winwin mengajaknya pacaran dan itu tidak sekali. Jadi aneh saja rasanya untuk Ilya jika secara tiba-tiba Winwin sudah punya pacar tapi bukan berarti tidak mungkin. Meskipun Ilya yakin Winwin hanya bercanda padanya hari itu, tapi tetap saja rasanya aneh. Dan Ilya yakin Winwin bukanlah tipe laki-laki yang akan main-main soal seserius sebuah hubungan.

“cuman nanya Va.”

Eva tertawa kemudian merangkul lengan Ilya, “kantin yuk. Sebelum masuk, masih ada waktu nih.”

Ilya mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya bersama Eva. Keduanya berhenti sebentar untuk menyapa Winwin dan Aurora. Sebenarnya hanya Eva yang menyapa gadis itu. Ilya tidak merasa dirinya harus menyapa Aurora juga apalagi mereka tidak kenal satu sama lain. Akhirnya Ilya hanya mengalihkan pandangannya pada Winwin. Tapi kemudian ia menyadari Winwin menatap seingat bunga yang ia bawa. Ilya mengangkat sebelah alisnya, Winwin yang menyadari hal itu kemudian tersenyum sambil menggeleng pelan.





Ilya menatap lurus ke depan mengabaikan beberapa mahasiswa yang menatapnya penasaran. Ini memang bukan bagian dari jurusannya. Tapi gadis itu harus bertemu seseorang sekarang dan dari info yang Ilya terima, ia bisa bertemu orang tersebut di sini. Ia harus menemui laki-laki itu sekarang. Dia sudah keterlaluan pada Ilya. Setidaknya itulah yang Ilya pikirkan.

Ilya ada test hari ini, karena itu dia bergadang sampai jam tiga kemarin. Kemudian Ilya ingat tentang seikat bunga merah yang ia terima hampir tiap hari. Jujur saja Ilya sangat penasaran siapa yang mau repot-repot mengiriminya bunga, karena itu Ilya memutuskan untuk tidak tidur dan bersandar di pinggir jendela kamarnya yang memang terletak di lantai dua. Mengawasi bagian pagar depan rumahnya yang selalu jadi tempat ia menerima bunga-bunga itu.

Red | WINWIN WayV ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora