Chapter 6

1.8K 228 5
                                    




Ilya menatap bingung pada Winwin yang kini berjalan mondar-mandir di depannya. Setelah menariknya dengan paksa dari kantin beberapa menit yang lalu dan membawanya ke studio tari milik jurusan tari kontemporer yang memang jurusan Winwin, laki-laki itu hanya mendiamkannya dan berjalan bolak balik di depannya seperti mobil mainan.


"berhenti mondar-mandir Win! Lu bikin gue pusing!" kata Ilya yang dibalas dengan helaan napas kasar oleh Winwin.


Winwin berhenti di depan Ilya dan menatap gadis itu dengan pandangan yang sulit di definisikan. Ilya sendiri tidak yakin apakah Winwin sedang marah atau bingung sekarang.


"harusnya aku yang bilang begitu. Kau membuatku pusing sekarang! Apa kamu gak sadar sama omonganmu tadi?" tanya Winwin. Dari awal Winwin sudah memutuskan tidak ingin mencampuri urusan Ilya dan Yugyeom tapi gadis di depannya ini tidak mengerti.


"gue sengaja. Gue tahu Yugi gak suka dibandingin. Makanya gue ngomong gitu."


"ya tapi jangan sama aku juga Ly."


"kenapa? Kan elu bukan temannya Yugi. Lu sendiri yang bilang."



Winwin mengusap wajahnya kasar sambil mendengus. Dirinya memang tidak berteman dengan Yugyeom. Tapi bukan berarti lantas dia ingin bermusuhan dengan laki-laki itu.


"bukan teman tapi gak harus jadi musuh juga." Sahut Winwin.


"biarin aja kenapa sih? Udah kejadian juga!" sahut Ilya.


"gak segampang itu Ilya Mori!" sahut Winwin tanpa sadar meninggikan suaranya.


Ilya tersentak mendengar Winwin yang baru saja meninggikan suaranya. Gadis itu memerhatikan Winwin yang kini memunggunginya dengan napas pendek yang terdengar berat. Menyadari Winwin benar-benar marah membuat Ilya merasa bersalah. "sorry." Katanya pelan.


Winwin menoleh pada Ilya yang kini sedang menunduk sambil memainkan kuku tangannya. Laki-laki itu menghela napas berat menyadari apa yang tadi ditakutkannya benar terjadi. Tangan Ilya terluka karena mengepal terlalu kuat dengan kuku yang panjang. Winwin kemudian berbalik dan berjalan ke arah pintu masuk studio.


Ilya melirik dari posisinya sebentar saat mendengar helaan napas berat dari Winwin. Menyadari Winwin yang berniat meninggalkannya di sini, Ilya merasa tidak enak hati. Winwin sudah sangat baik menolongnya beberapa hari yang lalu di klub tapi yang ia lakukan malah membawa laki-laki itu dalam masalah. Seharusnya Ilya sadar, saat Winwin bilang dia tidak berteman dengan Yugyeom tapi masih bersedia mengambil paketan itu, pasti ada sesuatu yang lebih rumit dan bersifat pribadi dalam hubungan mereka.


Ilya tersadar dari lamunannya saat Winwin ikut duduk di depannya dan mengambil tangan gadis itu. Di samping Winwin sudah ada kotak bening berisikan beberapa benda yang tidak Ilya kenali.


"lain kali tidak perlu menggunakan kuku sepanjang ini. Potong saja." Kata Winwin sambil mengusap tangan Ilya dengan sesuatu yang basah.


Ilya meringis pelan saat menyadari Winwin mengusapkan alkohol swab di atas telapak tangannya yang terluka karena kukunya. Winwin kemudian menempelkan beberapa plester luka di telapak tangan Ilya dan menepuknya pelan beberapa kali. "Makasih..." katanya, "sorry."


Winwin mengangguk pelan, "trus setelah ini kamu mau ngapain?"


Ilya mengangkat bahunya pelan, "ya gak ngapa-ngapain."


"anak kamu gimana?"


"anak?" tanya Ilya sambil mengerutkan dahinya. Kemudian gadis itu tertawa. Ilya memang tidak mengatakan apapun saat Winwin bertanya apakah dirinya hamil atau tidak. Tapi Ilya sama sekali tidak menyangka kalau Winwin akan benar-benar beranggapan kalau dirinya tengah mengandung anak Yugyeom. "gue gak hamil Win."


Red | WINWIN WayV ✔Where stories live. Discover now