Chapter 3

2.7K 261 5
                                    





Winwin bergidik dingin saat turun dari taksi di depan sebuah rumah besar. Sambil menggertakkan giginya ia membayar tagihan taksinya dengan cepat. Rumah besar di depannya berpagar tinggi dan gelap. Laki-laki itu mencek sekali lagi handphone-nya memastikan kalau ia ada di rumah yang tepat. Pesan dari Jaehyun mengatakan kalau ia harus berjalan melewati gang kecil di samping rumah ini.


Dua bayangan yang keluar dari gang yang dimaksud Jaehyun membuat Winwin mengambil langkah mundur. Meskipun Jaehyun bilang tempat ini aman, tapi Winwin merasa dirinya tetap harus waspada. Ini bukan tempat yang rutin ia kunjungi.


“eoh... Winwin?!”


Winwin menyipitkan matanya mencoba mengenali sosok tinggi yang baru saja memanggil namanya. Winwin menghela napas lega kemudian berjalan mendekat kearah laki-laki itu. “Yugyeom.” Katanya.


Yugyeom itu membalut tubuhnya dengan jaket denim berwarna biru muda di bagian luar dan kaus hitam polos sebagai dalamannya. Disisi laki-laki itu seorang perempuan berambut pendek dengan make up mata mengerikan untuk Winwin yang masih dapat terlihat meskipun tidak begitu banyak cahaya di tempat mereka berdiri. Winwin tidak mau mengambil pusing soal siapa perempuan itu.


“ngapain lu kesini? Gak biasanya.” Tanya Yugyeom jelas sangat penasaran kenapa Winwin bisa ada di sini. Reputasinya sebagai mahasiswa baik-baik tentu membuat Yugyeom penasaran.


“jemput Jaehyun.”  Jaehyun mengatakan dia sudah setengah mabuk setengah jam yang lalu dan tidak bisa menyetir sendiri jadi dia menelepon Winwin dan meminta laki-laki itu menjemputnya. Mengingat bagaimana Jaehyun yang cukup dekat dengannya, Winwin setuju untuk menjemput laki-laki itu. Jaehyun tidak akan menghubungi Winwin dan memintanya datang ke klub malam seperti ini jika memang tidak mendesak.


Yugyeom mengangguk pelan. “Dia di dalam sama Johnny dan Taeyong. Di lantai atas.” Terang Yugyeom.


“Thanks Gyeom.” Winwin kemudian berjalan melewati dua orang itu. Tidak sampai semeter jaraknya dengan Yugyeom, Winwin teringat sesuatu. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik. “Gyeom!”


Yugyeom menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Winwin dengan sebelah alisnya terangkat.


“Ilya kemarin menemuiku.” menyadari air muka Yugyeom yang berubah, Winwin menghentikan ucapannya. Winwin dengan cepat dapat menduga kalau ada yang salah antara Yugyeom dan Ilya. Ditambah lagi Yugyeom yang menyuruh perempuan yang tadi berada di sisinya meninggalkan mereka.


Winwin mengabaikan tatapan penuh selidik yang perempuan itu lemparkan padanya. Winwin tidak mau ambil pusing apalagi dengan perempuan bermake up mengerikan yang sama sekali tidak ia kenal.


“Ilya mencarimu. Dan mengatakan kalau kau menghilang dan tidak bisa dihubungi. Dia terlihat frustasi.” Lanjut Winwin setelah perempuan itu benar-benar menghilang dari pandangan mereka.


Winwin menatap datar Yugyeom saat laki-laki memberikan tatapan mengejek sambil bersiul, “seseorang bilang gak mau kenal sama teman main gue. Tapi sekarang kelihatannya malah main.”


Winwin mendengus kasar. “Dia yang menghubungi dan menemuiku Gyeom. Dia hanya bertanya tentang keberadaanmu. Gak ada yang lain.” Sejujurnya Winwin bukan orang yang mau repot-repot mengurusi urusan orang lain. Tapi ia ingat tatapan terakhir yang diberikan Ilya padanya. Gadis itu benar-benar frustrasi tidak bisa menghubungi Yugyeom. “Hubungi dia Gyeom. Aku sudah pernah bilang ini sebelumnya di apartementmu. Ilya sepertinya hamil.”


Winwin kemudian berbalik tanpa menunggu Yugyeom mengatakan apa pun. Dia tahu Yugyeom adalah laki-laki brengsek. Tapi tidak pernah menduga sebrengsek ini. Teman-temannya banyak yang brengsek dan Winwin masih bisa mentolerin itu semua. Hanya saja ia tidak bisa mentolerin kalau kebrengsekan itu malah menyakiti dan menghancurkan perempuan. Ibunya selalu mengajarkannya untuk menghormati perempuan. Dan ayahnya mendidiknya untuk memukul siapa saja yang menyakiti perempuan. Jadi sebelum dia benar-benar mengangkat tangannya pada Yugyeom, ia memilih pergi dan membiarkan Yugyeom sadar dengan sendirinya. Itu pun kalau Yugyeom bisa sadar.
























Winwin sibuk dengan handphone-nya sambil duduk di samping Eva di sudut ruangan. Winwin bersyukur karena Eva langsung datang saat ia menghubungi gadis itu. Saat Winwin berhasil menemukan di mana Jaehyun, ia berharap bisa langsung mengantar laki-laki itu pulang. Tapi nyatanya Jaehyun sadar dan sama sekali tidak mabuk. Winwin tertawa miris saat menyadari dia baru saja dibodohi oleh Jaehyun. Seharusnya ia sadar bagaimana bisa seseorang yang mabuk mengirimkan alamat yang begitu rinci melalui pesan padanya.


Jaehyun meminta maaf tentu saja padanya. Dan mengatakan hal ini benar-benar darurat. Jaehyun kehilangan kunci mobilnya. Sementara Johnny dan Taeyong menghilang entah ke mana. Jaehyun sendiri akhirnya meminta Winwin menunggu di sini sementara ia mencari Taeyong dan Johnny yang mungkin sekarang sudah mabuk atau masuk entah ke kamar siapa.


Sejam menunggu, Jaehyun tidak juga kembali. Winwin curiga kalau jangan-jangan temannya itu ikut-ikutan mabuk dan menyewa kamar juga. Ia akhirnya memutuskan menghubungi Eva, satu-satunya perempuan yang bisa mengontrol kegilaan Johnny dan Jaehyun.


“jadi di mana mereka” tanya Eva setelah beberapa saat. Sama seperti dirinya, jelas Eva tidak begitu nyaman berada di sini. Dan sekarang Winwin merasa bersalah sudah memanggil gadis itu datang.


Winwin mengangkat bahunya pelan. “tadi kata Jaehyun dia mau nyari mereka. Tapi sudah sejam gak balik juga.”


Eva mengeluarkan sumpah serapah yang hanya dia dan Tuhan yang tahu artinya. Gadis itu mengeluarkan handphonenya dan menggerakan kakinya dengan gelisah. “di mana lu! Ke sini sekarang atau lu gue laporin sama mama Jung. Bawa abang gue, bang Taeyong juga. Kalo bang Johnny gak mau, bilang tunggu aja sampai papa aku datang dan tititnya disunat lagi.”


“Jaehyun?” Winwin menunggu Eva menyelesaikan panggilannya dan membiarkan gadis itu mengumpat selama beberapa saat sebelum bertanya.


Eva mengangguk. “katanya mereka lagi di dance floor. Bang Johnny dan bang Taeyong mabuk berat.”


Kalau Johnny dan Taeyong memang mabuk berat pasti Jaehyun mengalami kesulitan membawa dua laki-laki itu ke sini. Winwin menatap Eva sebentar. Gadis itu mengenakan hoodie dan celana jeans panjang. Kemudian Winwin menyapukan pandangannya ke sekitar mereka. Menimbang apakah dia harus meninggalkan Eva sendirian dan membantu Jaehyun atau tetap di sini memastikan Eva jauh dari laki-laki mana saja yang bisa datang ke sini kapan saja.


“kamu bawa semprotan cabe gak?” tanya Winwin akhirnya. Tidak ada pilihan yang aman. Makin lama mereka di sini, kemungkinan Eva diganggu makin besar. Dan Winwin tidak yakin bisa melindungi gadis itu sepanjang malam. Dia tidak sepandai Johnny dalam hal berkelahi.


Eva menggagap kantong hoodienya dan menarik sebuah benda yang membuat Winwin tidak bisa menahan senyumnya. Eva benar-benar gadis yang bisa di andalkan. “tidak. Tapi aku bawa setrum listrik.” Katanya dengan bangga.












Sementara Eva membantu Johnny berjalan melewati orang-orang yang sudah mulai mabuk sambil menggerutu dan mengumpati Johnny, Winwin mengencangkan pegangannya pada Jaehyun dan Taeyong yang kini dia pegangi di kiri dan kanannya.


Tiba-tiba laki-laki bertubuh besar menghalangi langkah mereka. “bill-nya?”



Eva memaki tanpa bisa ditahan, menyumpahi kebodohan tiga laki-laki yang tidak sudah tidak sadar ini.



“bawa mereka ke mobil. Dan aku akan masuk lagi membayar tagihan mereka.” Kata Winwin sambil melirik ke arah Taeyong dan Jaehyun.



Laki-laki itu bertukar pandang dengan rekannya yang tak kalah besarnya dengan dirinya. Melihat kawannya mengangguk kecil. Laki-laki itu kemudian mengambil Jaehyun dan Taeyong dari sisinya dan dengan mudahnya membawa mereka di sisinya. “Di mana mobilnya?”



“ikut aku!” kata Eva














TBC

Airinsrgi

Red | WINWIN WayV ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora