Chapter 5

2K 242 1
                                    




Ilya tersenyum lebar. Tangannya memegangi tali tas tangannya dengan erat di depan dadanya. Setelah dua minggu lebih, Yugyeom akhirnya menghubunginya. Sebuah pesan singkat yang meminta gadis itu untuk bertemu dengannya hari ini. Tanpa salam dan yang lainnya Yugyeom menyebutkan tempat dan jam tepatnya kapan Ilya harus datang.




Pesan yang hanya satu kalimat dari Yugyeom dan Ilya tersenyum sepanjang hari. Ia bahkan menyapa semua orang yang ia temui hari ini. Eva yang berada di kelas yang sama dengannya pagi ini tidak ragu menunjukkan kekhawatirannya. Sejak di bawa Winwin ke rumah Eva dalam keadaan mabuk dua hari yang lalu, Eva menjadi sedikit berisik. Dan ini semua salah Winwin.




Ilya memang akan berterima kasih pada Winwin karena mengantarnya pulang dan meminjamkan hoodienya bahkan Ilya berjanji pada dirinya sendiri akan mengganti semua uang yang Winwin gunakan untuk membayar tagihannya malam itu. Tapi, keputusan Winwin membawa Ilya ke rumah Eva membuatnya sedikit kesal. Ilya baru saja mulai berteman dengan gadis itu, dan Ilya ingin dirinya dan Eva punya pertemanan yang benar-benar sehat. Dan dengan membawa Ilya ke rumah Eva saat gadis itu tidak sadarkan diri menghancurkan semua rencananya.




Ilya melambaikan tangannya saat melihat Yugyeom yang berjalan ke arahnya. Laki-laki itu mengenakan kemeja berwarna hitam putih yang dia masukkan ke dalam celana jeans hitamnya. Tidak lupa tas selempang hitam yang melintang melewati bahunya ke arah pinggang.




“Yugyeom.” Sapanya riang. Tapi keriangan di suaranya Ilya hilang begitu melihat ekspresi wajahnya laki-laki itu. Berhubungan dekat dengan Yugyeom selama beberapa bulan terakhir, Ilya tahu kalau sekarang ada yang salah dengan laki-laki itu. “ada apa?”




Yugyeom membuang wajahnya, menghindari tatapan Ilya. Laki-laki itu menunjukkan keengganan yang jelas tidak berusaha ia sembunyikan. “ayo kita hentikan.” Katanya sambil memainkan batu di tanah dengan ujung sepatunya. “yahh sebenarnya kitakan gak punya hubungan apa pun.”




“Yug-“




“gue pergi ya!” potong Yugyeom.




“Nanti dulu! Kenapa?! Setidaknya beri aku alasan.”




“gue suka sama seseorang Il.”




“Bohong!” Ilya nyaris berteriak. Ia kenal Yugyeom ia tahu laki-laki itu tidak bisa menyukai bahkan mencintai perempuan mana pun. Yugyeom adalah laki-laki egois yang hanya mencintai dan mementingkan dirinya sendiri. “kamu gak bisa suka cewek manapun!”




Yugyeom menatap jengah pada Ilya kemudian menghela napas kasar. “gue bisa Ilya Mori. Gue normal.”




Ilya tertegun. Ia tidak ingin memercayai kalau Yugyeom benar-benar bisa jatuh cinta pada perempuan lain. “s-siapa?” tanyanya pelan.




Yugyeom membalikkan tubuhnya. “Lyosha.” Kemudian Yugyeom berjalan menjauh dari Ilya.




Lyosha.


Ilya tahu nama itu. Dia kakak tingkatnya di kampus, dan mereka cukup dekat. Lyosha juga salah satu teman nongkrong Ilya di klub malam atau sekedar minum di bar. Di luar itu, Lyosha adalah salah satu orang yang cukup sering memberikannya kabar tentang Yugyeom.




Mengetahui kalau sekarang Yugyeom menyukai perempuan yang lebih tua darinya itu membuat Ilya marah. Ia yang mengenalkan perempuan itu pada Yugyeom, dan sekaranh ia merasa telah dikhianati oleh seniornya itu.











Winwin tidak ambil pusing saat Ilya mendekati dirinya yang sedang makan bersama Eva dan Jaehyun kemudian duduk di samping Eva. Laki-laki itu tetap tidak mau peduli bahkan dengan gerutuan marah yang di lemparkan gadis itu.




Dirinya hanya pernah bicara dengan Ilya sekali. Dan Winwin tidak merasa punya kewajiban untuk bicara lagi dengan gadis itu sekarang terlebih lagi Ilya sepertinya sedang marah sekarang. Menjauh dari masalah adalah tujuannya, setidaknya untuk sekarang. Dia sudah mendapat cukup masalah dari ibunya soal tagihan klub malam yang ia bayarkan dua hari yang lalu.




Winwin meletakkan sendoknya dan berniat bangkit dari posisi duduknya tapi Ilya yang duduk di depannya mendahului. Matanya mengikuti sosok Ilya yang kini berjalan ke arah seorang perempuan yang tengah berjalan memasuki area kantin fakultas. Entah kenapa perempuan itu terasa familiar untuknya.




Winwin membulatkan matanya diikuti dengan jeritan beberapa mahasiswi yang kebetulan melihat, termasuk Eva. Ilya baru saja menampar gadis yang baru saja ia datangi. Winwin melirik sekilas pada Eva yang seperti masih mencerna apa yang terjadi. Sementara Jaehyun hanya melihat sekilas kemudian kembali pada makan siangnya.




Saat Winwin kembali mengalihkan pandangannya pada Ilya, tangan gadis itu sudah terangkat lagi Winwin berlari ke arah Ilya berharap bisa menghentikan gadis itu untuk melakukan tamparan lain. Tapi Winwin terlambat, Ilya sudah menampar lagi perempuan itu. Winwin dengan cepat menarik tangan Ilya dan berdiri di antara mereka.



“minggir Winwin!”



“kamu udah gila ya?” Ilya melemparkan tatapan marah pada Winwin. Winwin mengabaikannya, tapi ia tidak bisa mengabaikan tangan Ilya yang terkepal. Kuku gadis itu panjang dan dihias dengan warna pastel, kuku-kuku itu cantik hanya saja jika Ilya mengepalkan tangannya sekuat itu, ia mungkin akan melukai telapak tangannya sendiri.




“Dia yang gila!!!” maki Ilya, “aku mengenalkanmu pada dia karena aku menganggapmu sebagai kakakku. Tapi kau merebut dia dariku! Dasar kau pelacur!”



“Jangan bersikap kurang ajar Ilya. Kau tidak lebih baik darinya.” Winwin membalikkan tubuhnya dengan cepat saat mendengar suara yang cukup familiar di telingannya.



Yugyeom berdiri di samping perempuan yang baru saja di tampar Ilya. Sekarang Winwin menyadari kenapa perempuan itu terlihat familiar, dia perempuan yang sama dengan perempuan yang ia temui dua hari yang lalu, perempuan bermake up mengerikan yang Winwin anggap sebagai mainan baru Yugyeom. Dan sepertinya anggapannya benar.




Winwin beralih kembali menatap Ilya yang kini matanya sudah memerah menahan tangisnya dan kepalan tangan yang makin kencang. “Ly, udah.” Bisik Winwin.




“oh jelas aku lebih baik darinya.” Sahut Ilya lantang. “Lyo hanya seorang pelacur, dan seorang pelacur memang cocok dengan penjahat sepertimu, Kim Yugyeom!”




“hati-hati dengan bicaramu Ilya.” Kata Lyosha.




Winwin masih menatap Ilya yang kini menatap dua orang di belakang Winwin dengan tatapan terluka meskipun bibirnya menyinggungkan senyum meremehkan. “apa yang salah dengan ucapanku?” tanya Ilya, “semua orang tahu Yugyeom adalah orang yang brengsek. Dan si brengsek cocok dengan pelacur.” Winwin tidak mengerti apa yang direncanakan Ilya sekarang. Gadis itu terlalu berani, dia bahkan menantang Yugyeom. “aku bersyukur karena memang sudah seharusnya pelacur dipilih oleh si brengsek. Dan aku aku terlalu berharga untukmu Kim Yugyeom. Kau tidak pantas untukku.”




Winwin tidak ingin mengetahui ekspresi Yugyeom sekarang. Kalau ada hal yang dibenci Yugyeom itu hanya dua. Direndahkan oleh perempuan dan dibandingkan. Ilya baru saja merendahkan Yugyeom. Winwin yakin laki-laki marah sekarang.




“dibandingkan dengan dirimu.” Lanjut Ilya lagi.” Winwin lebih baik. Siapa yang akan memilihmu dibanding Winwin? Tidak ada. Winwin jauh lebih berharga dari padamu Kim Yugyeom!”




Winwin membulatkan matanya mendengar perkataan Ilya. Ilya benar-benar berniat membuat Yugyeom marah. Laki-laki itu mulai berpikir kalau kewarasan Ilya memang harus dipertanyakan. Tanpa menunggu Yugyeom membalas Ilya, Winwin dengan cepat menarik tangan Ilya meninggalkan tempat itu.




Ilya mungkin sudah gila. Tapi Winwin sepertinya lebih gila lagi dengan menyelamatkan gadis itu yang mungkin akan menghancurkan hubungan baiknya dengan Yugyeom.








Tbc...









Airinsrgi ❤

Red | WINWIN WayV ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin