4 | perpisahan?

692 61 11
                                    

"Kau, Seira dan Regis darimana saja?" Shinwu bertanya, kenapa Rai tiba-tiba menghilang
"...." Rai tak menjawab

"Apakah kalian pulang ke tempat asal kalian?" sambung Ikhan.
Raizel pun mengangguk.
Rupanya anak-anak ini tidak mengingat kejadian saat dia menghentikan Rudal nuklir, bahkan mereka tak ingat ketika mereka tak bisa mengingat Raizel

"Apa Raskreia tidak ikut dengan kalian? aku merindukannya." ucap Sui
Tatapan Raizel berubah. dia jadi teringat Raskreia belum bangun setelah menghentikan rudal.

"Tidak. dia sibuk." jawab Regis
"Benarkah? sayang sekali. aku harap dia akan datang saat acara perpisahan tiba" jelas Sui
Regis yang mendengarnya bingung "Perpisahan?"
"Benar. beberapa bulan lagi kita akan mulai acara-acara perpisahan bukan?"

Seira, Regis, dan Rai saling bertukar pandangan. mereka tak mengerti maksudnya.

"Haha, tak terasa ya kita sudah hampir lulus. tak sia-sia aku hanya bermain game dan tidur dikelas" jelas Shinwu sambil tertawa
"Kau ini, Shinwu" ucap Sui
"Tapi.. kita akan berpisah. benar bukan?" jawab Ikhan
Lalu tatapan Shinwu menjadi sedih. begitu juga dengan Yuna dan Sui

"Berpisah? kenapa kita harus berpisah?" ucap Regis
"Tentu saja. kita sebentar lagi akan lulus dari sekolah ini" jelas Yuna

Raizel benar-benar tak mengerti, apa maksudnya lulus? dan kenapa harus berpisah?
Demikian juga Seira dan Regis

*******

Raskreia akhirnya bangun dari masa kritisnya, diikuti oleh Rosaria dan juga Kei Ru. Frankenstein segera membantu mereka untuk bangun.

"Frankenstein, kau yang telah merawat kami?" tanya Raskreia
"Benar."
"Lord, kupikir kita udah mati" ucap Rosaria menyela pembicaraan mereka
"Rasanya aku sudah sangat sulit bernafas saat itu" ucap Kei Ru
"...."

"Bagaimana dengan sang Noblesse?" tanya Raskreia
"Tuan juga sudah kurawat beberapa hari yang lalu, bersama Lord Muzaka."

Raskreia berdiri dan menundukkan badannya ke Frankenstein
"Frankenstein, setelah apa yang kau lakukan untuk kami, aku mengucapkan banyak terimakasih padamu."
Frankenstein tersenyum aneh, seorang Lord menundukkan badannya padanya?
"Haha senang bisa membantu kalian."

"Lord? bagaimana perasaanmu?" tanya Gechutel yang baru tiba beberapa saat yang lalu
"Aku baik-baik saja"

"Frankenstein, ini bukan rumahmu. dimana kami?" tanya Raskreia
"ini pulau pribadi ku."
"...."

"Lalu.. dimana Raizel?" Raskreia bertanya sedikit malu dan memalingkan wajahnya
"Dia sudah kembali ke rumahku."

Paham dengan wajah Lord, Gechutel langsung menawarkan Lord untuk berkunjung ke rumah Frankenstein
"Lord, apa kau ingin mengunjungi tempat sang Noblesse terlebih dahulu?"
Lord tak menjawab tapi dia membalikkan badan ke belakang berhadapan dengan Kei Ru dan Rosaria

"Kalian, pulanglah ke Lukedonia duluan."
Kei ru dan Rosaria menunduk "Baik Lord"

Raskreia juga menatap Frankenstein, "Kau juga akan pulang kan?"
Frankenstein menjawab "tentu"

******

Rai sedang duduk menikmati Tehnya seperti biasa. karena Frankenstein tak ada, Seira yang membuatkannya tehnya. walau rasanya sedikit berbeda dengan yang dibuat oleh frankenstein.

"Raizel, aku akan pulang sekarang" ucap Muzaka tiba-tiba
"Kau tak mau beristirahat dulu?" ucap Raizel sambil memegang cangkir nya
"Haha Raizel, keadaan ku sudah cukup baik."
"...."
"Lagipula, aku khawatir pada kaumku. seperti yang kau tau, terakhir kali keadaan mereka sangat kacau. jadi aku harus pulang"
Rai pun mengangguk

"Oh ya, jika Lunark pulang tolong katakan padanya, aku sudah pulang duluan"
Rai mengangguk lagi
Muzaka tersenyum sedikit nakal "Emm kau tak keberatan kan kalo Lunark mungkin akan menetap disini sebentar"

Raizel bingung, dia hanya menatap Muzaka

"Kalau begitu biarkan dia disini sebentar, kurasa anak itu menyukai Frankenstein haha! biarkan mereka menikmati masa terbaiknya" Muzaka tertawa penuh semangat.

Raizel hanya diam dan memperhatikan Muzaka, wajahnya seolah berkata Apa maksudnya?
"Nah kalau begitu selamat tinggal, Raizel."

Wajah Raizel tiba-tiba murung kembali, dia teringat apa yang dikatakan anak-anak di sekolah tadi. Seira pun juga merasakan bahwa pikiran Raizel terganggu.

Tak lama kemudian Tao pulang dari sekolah. Raizel telah lama menunggunya, semenjak dia menjadi kepala sekolah, ia pulang lebih larut dari yang lainnya.

"Apa tadi Lord Muzaka pergi?" tanya Tao. Seira mengangguk

"Bagaimana hari kedua sekolahmu? apa anak-anak masih seperti biasanya?" Tao menoleh ke arah Rai
Raizel mengangguk.
"baguslah" sambung Tao

"Tao." Raizel memanggil Tao, membuatnya berbalik arah ke Raizel
"Ya?"
"Duduklah sebentar. ada yang ingin kubicarakan denganmu"
Tao menelan ludah, menilik dari wajahnya sepertinya ini akan sangat serius. Seira juga ikut memperhatikan Raizel yang mulai serius

"Apa itu.. lulus?"

Tao diam sejenak, masih menunggu kata-kata selanjutnya
"anak-anak bilang, mereka akan berpisah karena lulus." sambung Raizel
"Tak bisakah jika mereka tak lulus saja?"

Tao langsung mengerti apa maksud Raizel, tapi kenapa dia menyurih anak-anak tak lulus?

"Benar tuan, sebentar lagi kalian akan lulus dari sekolah dan beranjak ke tingkatan yang lebih tinggu. bisa dibilang ini saatnya mereka memilih kehidupan mereka masing-masing. bersiaplah untuk ujian"

Wajah Raizel penuh ketakukan, Tao bergeming dalam hati, apa dia tak ingin berpisah dengan anak-anak?

"jangan terlalu dikhawatirkan Tuan, walaupun kalian berpisah dari sekolah namun kalian masih bisa menemui mereka di luar sekolah" ucap Tao menghibur Raizel.

Tao ingin membuat suasana hati Raizel membaik
"Oh iya, setelah ujian nanti kalian akan berlibur untuk merayakan perpisahan kalian."
"Berlibur?"
"Ya tuan! kalian akan jalan-jalan bersama ke suatu tempat. dan bahkan camping!" Tao sangat bersemangat hingga senyuman di wajahnya sangat terlihat

Raizel meminum tehnya lagi, lalu meletakannya diatasi piring kecil.
"kedengarannya... menyenangkan"

Noblesse; After EpilogueWhere stories live. Discover now