Bukan Malam Yang semarak

459 314 86
                                    

🐰 Nyuci sepeda, pake di semprot, jangan lupa buat vote 🐇

***

Arkhana berada di koridor, berjalan dengan limbung setelah menikmati arak bunga persik untuk kali pertamanya. Sesekali tubuhnya akan menabrak pilar kayu yang menyanggah atap. Meski pun begitu, dia masih meneguk air yang memabukkan itu dari dalam kendi, kemudian kembali berjalan.

Dia ingin kembali ke kediamannya, tidur dengan baik hingga matahari menyinsing ke esokan harinya, semakin lama dia tertidur semakin bagus.

"Ya ampun, kenapa banyak sekali pilar? Seingatku hanya beberapa," ucapnya diikuti tawa hina di akhir kalimat.

Arkhana kembali berjalan meskipun langkahnya kali ini tidak bisa membawa tubuhnya dengan baik hingga membuatnya terjatuh dan tersungkur hingga ke bawah.

Argh! Erangan sakit tatkala kepalanya menghantam bebatuan di pekarangan itu terdengar lebih konyol dari seharusnya. Arkhana berusaha untuk berdiri meskipun gagal dan dia malah duduk dengan punggung menyender di anak tangga ke dua yang menghubungkan bebatuan kecil di pekarangan dengan lantai koridor yang terbuat dari kayu.

Kendi arak yang sedari tadi di genggamnya telah menjadi serpihan setelah terjatuh bersamanya tadi. Meninggalkan luka sayatan di telapak tangannya tanpa sengaja.

"Ada jutaan manusia di dunia ini, kenapa kesendirian selalu terasa?" keluhnya.

Arkhana menatap langit malam yang masih ramai meski tidak begitu jelas pandangannya. Kemudian tertawa. Sangat puas seolah alasan tertawanya ini benar-benar sangat lucu.

"Arkhana ... Arkhana ... kamu pikir kamu siapa, huh? Berani-beraninya mengatakan tentang kesepian! Apa kamu sedang menuntut kebahagiaan?" Dia kembali tertawa.

Namun, tidak lama. Mimik wajah Arkhana perlahan berubah dan dia menangis ketika benaknya diingatkan lagi tentang dirinya yang memang sudah sendiri sejak lahir. Kedua orang tuanya lebih dulu meninggalkannya tanpa sempat mengizinkan Arkhana untuk bisa melihat wajah mereka. Hanya meninggalkan satu barang berharga sebagai kenangan yang hanya bisa membuat hati Arkhana semakin bertambah hancur tanpa alasan.

Arkhana menyembunyikan kembali kalung dengan bandul berbentuk kunci itu ke dalam bajunya. Dia juga menghapus jejak air mata yang melembabkan area matanya hingga ke pipi.

"Manusia tidak bisa hidup jika terus meratapi diri mereka sendiri ... Arkhana, kamu adalah kesatria untuk apa menangis, huh? Dasar bodoh!"

Arkhana berusaha untuk kembali berdiri dan melanjutkan langkahnya yang hanya tinggal beberapa menuju kediamannya.

~~~~*****~~~~

Bukan Malam Yang Semarak
___________________


Jauh dari keramaian. Bangunan tempat dia mengistirahatkan tubuhnya berada di bagian paling timur wilayah sekte.

Sama seperti yang lain, bangunan itu tidak begitu besar dan memiliki luas dan panjang yang sama. Yang membedakannya hanya Arkhana tinggal sendiri, sementara saudara seperguruannya yang lain harus membagi kamar mereka sekurangnya tiga orang dalam satu ruangan.

Bukan karena diistimewakan tetapi Arkhana ini memiliki kebiasaan aneh sejak kecil yang mana membuat saudara seperguruannya enggan untuk tidur sekamar dengan Arkhana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blessed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang