"Lo gak bisa semena-mena sama orang! Lagi pula dia gak sengaja, lo keterlaluan!" Pekik nya.

Thalassa tersenyum miring lantas berjalan mendekati cowok itu. "Lo gak usah ikut campur urusan gue kalo gak mau bokap lo di depak dari sekolah ini" bisik Thalassa tepat di telinga cowok itu.

Cowok itu menegang, lagi-lagi Thalassa mengancam pekerjaan ayahnya. Mengapa gadis itu hidup semena-mena sih?

"Ck! Sialan" umpat cowok itu.

Setelah itu Thalassa memandang tajam siswi yang tadi menabraknya. "Hidup lo gak bakal aman lagi di sekolah ini" desis nya mengancam siswi tadi dan segera pergi dari kerumunan.

"MINGGIR LO SEMUA!" pekik Thalassa sontak semuanya langsung menepi membiarkan sang ratu lewat.

Selepas kepergian Thalassa, cowok itu membantu siswi yang tadi di bully oleh Thalassa.

"Lo gak apa-apa?" Tanyanya.

"S-saya g-gak apa-apa, m-makasih" jawabnya.

Cowok itu tersenyum. "Bagus deh, btw gue Arkan. Denarkan Samudra" ucap cowok itu mengenalkan dirinya.

Siswi itu mengangguk, ia tau siapa Denarkan Samudra. Ketua OSIS sekaligus murid paling pintar di sekolah. Namanya sudah tak asing lagi di telinganya.

"Saya, Sherina. Sekali lagi terimakasih" ucapnya.

Arkan mengangguk. "Iya sama-sama, yaudah masuk kelas gih keburu bel"

Gadis bernama Sherina itu mengangguk kikuk. "S-saya duluan"

"Iya"

•°•°•°•

"Sialan! Bangsat! Awas aja lo, berani-beraninya dia teriakin nama gue. Dia pikir dia siapa?" Dengus Thalassa kesal.

"Gue ketua OSIS, gue berhak buat larang lo lakuin pembullyan di sekolah" jawab Arkan yang baru saja masuk ke dalam kelas dan menaruh tasnya.

Tempat duduk Arkan memang tak jauh dari tempat duduk Thalassa, melihat itu Thalassa kembali menatap Arkan jengah.

"Gue yang punya sekolah, gue berhak ngelakuin apa aja. Termasuk nyingkirin lo dari sekolah ini!" Ancam Thalassa.

Arkan menghela nafasnya, Arkan tau Thalassa punya segalanya, Thalassa punya uang dan kekuasaan. Tapi mengapa harus di salah gunakan? Dengan kekuasaan dan uang yang Thalassa punya, Thalassa malah menjadi manusia arogan nan angkuh yang maunya menang sendiri.

"Sa, jangan karna lo punya kekuasaan di sini lo bisa semena-mena. Lo it—"

"Lo ngerti bacot gak? Berapa kali gue bilang. JANGAN IKUT CAMPUR URUSAN GUE SIALAN!" Pekik Thalassa lantas meninggalkan Arkan yang masih diam dan mencerna ucapan Thalassa.

Arkan sudah benar-benar bingung. Tadi sebelum masuk kelas, Kepala sekolah memanggil nya dan meminta Arkan untuk menjaga Thalassa agar tidak berbuat ulah lagi. Tapi bagaimana caranya? Thalassa terlalu susah untuk di sentuh, seakan ia punya benteng yang menutupi dirinya dan enggan di sentuh siapapun. Arkan sebenarnya bisa saja menolak permintaan Kepala sekolah, tapi melihat kepala sekolah yang memohon dan berharap padanya, Arkan tidak bisa menolak dan dengan berat hati ia menyetujui permintaan kepala sekolah.

Huh! Ini sih namanya menyiksa diri sendiri, ternyata tanggung jawab jadi ketua OSIS itu berat juga. Apalagi mengurusi murid 'istimewa' seperti Thalassa, butuh kesabaran ekstra.

Setiap kali Arkan melarang Thalassa, pasti Thalassa mengancam akan memecat Ayahnya yang bekerja sebagai satpam penjaga sekolah. Iya! Arkan bukan dari keluarga berada, ia bisa sekolah di sini karna Beasiswa yang diberikan oleh Nathan a.k.a pemilik perusahaan Axender'company dan juga pemilik sekolah ini. Ayahnya hanya seorang satpam penjaga sekolah, dan ibunya hanya pedagang kue yang biasa berjualan di pinggir jalan. Arkan tidak menyesal lahir di keluarga sederhana. Ia bahagia, ayahnya dan ibunya begitu menyayanginya dan mendidiknya menjadi manusia baik.

Arkan melirik meja Thalassa, matanya menangkap sebuah surat yang entah apa isinya.

"Surat—"

Plak!

Tangan Arkan yang baru saja ingin mengambil surat yang berada di meja Thalassa pun di tepis dengan kasar oleh Thalassa membuat Arkan terkejut.

"Ngapain lo?!"

Arkan menatap Thalassa dengan tatapan penuh tanya namun sedetik kemudian ia mengubah tatapan nya menjadi biasa saja. "Nothing" jawab Arkan cuek.

Thalassa memutar bola matanya lalu gadis itu kembali duduk di bangkunya seraya menyembunyikan surat yang tadi hampir di baca oleh Arkan.

Thalassa menghela nafas. "Untung aja" gumamnya lalu menutup resleting tasnya dan menaruhnya di laci bawah meja.

Arkan melirik gerak-gerik Thalassa yang mencurigakan. Lalu kembali fokus pada buku yang ia baca dan mengabaikan keadaan sekitarnya.

Tbc.

A.n

Jadi buat yang gak tau siapa Thalassa, Thalassa itu anak nya Nathan.

Kok Thalassa sikapnya gitu sih? Nanti di jelasin di chapter yang akan datang.

Key sebenarnya gak mau buat Sequel Unfair, karna huhuhuhu ini tuh ceritanya penuh konflik. Gak tau kuat apa enggak buat lanjutinya tergantung support kalian.

Kalo vote nya dikit aku mau Unpublish aja:(

Still UnfairWhere stories live. Discover now