"Nyokap?"

"Iyaa. Tapi kalo lo sibuk nanti, ya gak papa sih."

"Hm, liat nanti aja deh."

"Ya udah."

Bel berbunyi. Percakapan kami berakhir. Saling masuk kelas masing-masing satu sama lain. Untungnya, hari ini pelajarannya cukup santai. Pelajaran seni budaya.

"Udah di tembak?" Ucap Keyla yang tiba tiba menanyakan hal itu.

"Hah?" Tanyaku balik yang tak mengerti.

"Ihh, udah di tembak Deva?"

"Apaan sih?! Gila lo ya?!"

"Maksudnya bukan di tembak beneran, Cha. Maksudnya, Deva udah nyatain perasaannya ke elo?" Pertanyaan yang membuatku memelototkan kedua bola mataku padanya.

"Apaan sih? Gesrek lo ah."

"Hah?! Jadi belum pacaran?!" Ucap Nara yang tiba tiba meluncurkan suara toanya. Membuat seisi kelas menoleh.

"Heh! Apaan sih? Siapa juga yang bilang pacaran? Gue sama Deva gak ada apa apa. Ngaco kalian!"

"Duh Cha, gini ya. Selama ini, lo sering jalan berdua sama Deva, dianter jemput juga sama Deva, ketemuan diem diem juga sama Deva. Tapi gak pacaran? Intinya nih ya, lo tu digantungin. Gak di kasih kepastian." Ucap Keyla seolah menjelaskan.

"Tunggu tunggu, ketemuan diem diem? Kapan?"

"Yang waktu malem malem itu. Di deket rumah lo."

"Lo ngikutin gue?!"

"Hah? Ng-nggak. Cuma waktu itu gue kebetulan lewat aja. Eh pas liat kalian lagi berduaan. Tapi gue gak nguping kok, kalian lagi ngomong apaan."

"Iyalah harus. Awas aja lo nguping."

"Jadi intinya belum pacaran nih? Belum dikasih kepastian? Kalo gue jadi lo ya Cha, udah gue tembak duluan Deva-nya." Kali ini Nara ikut berbicara.

"Dih, ogah. Eh gini ya, Key, Nar, gue sama Deva nggak ada hubungan spesial. Kita cuma temen. Paham? Dah ah, kerjain tuh soalnya."

"Aneh deh kalian." Ucap Keyla yang maksud dari 'kalian' = aku dan Deva.

Pelajaran berlangsung singkat. Karena guru seni budaya hanya menyuruh murid muridnya mengerjakan 20 soal di papan.

"Oii!!!" Ucap seseorang di dekatku ketika aku berdiri di pintu hanya untuk memikirkan akan jajan apa hari ini.

"Ngagetin gue tau!"

"Dih lo tu ya, gitu doang kaget, gitu doang geli, gitu doang kesel, gitu doang..." Deva menghentikan kata katanya yabg belum selesai terucapkan.

"Gitu doang apa?" Tanyaku.

"Gitu doang cantik." Ucapnya sambil menatapku ditambah dengan senyuman.

"Apaan sih? Gak mempan bikin gue kejang kejang karena baper!" Ucapku yang tidak mau dikira senang karena ucapan Deva barusan.

"Susah sih emang. Bikin lo baper tu susah."

"Terus?"

"Yaa makanya gue mau bikin lo cinta dulu, biar nanti bapernya gampang." Lagi lagi gombal. Ya Tuhan!!! Jantungku serasa mau copot disini!!!! Please stop!!!

"Bener kan gue bilang. Kalian tuh udah pacaran. Sok gak ngaku lo Cha!" Tiba tiba Elvan berada di sampingku.

"Siapa yang pacaran? Ngaco lo!" Ujarku tak terima.

"Iya lo Van. Ini belum pacaran kali Van. Masih otw." Lagi lagi Deva mengatakannya sambil tersenyum ke arahku. Membuat jantungku rasanya benar benar sudah copot. Aku membuang pandangan.

"Ohh, masih otw nih ceritanya?" Tanya Elvan sambil menggoda.

"Iyaa Van. Abisnya dapetinnya susah. Suka ngegas." Jawab Deva.

"Ya terus?"

"Yaa tapi gak papa. Karena lo pantes buat gue perjuangkan." Oh my God! Ini yang ketiga kalinya jantungku deg degan tidak karuan.

"Cihuy. Mantul bang Deva." Ucap Elvan yang kemudian pergi menuju kelas sebelah.

"Apaan sih lo? Gak jelas tau nggak?!" Keluhku pada Deva yang masih senyam senyum menatapku.

"Hahaha. Nanti gue tunggu di gerbang. Terus langsung ketemu nyokap gue. Oh iya terus, besok sibuk gak?"

"Besok kan minggu?"

"Iyaa, lo sibuk gak?"

"Kenapa?"

"Ya jawab aja. Sibuk nggak?"

"Nggak."

"Oke besok gue jemput jam 10.00 pagi."

"Eh, tapi Dev..."

"Harus bisa!!! Ucap Deva yang mulai berjalan jauh ke kelasnya.

DevandraWhere stories live. Discover now