"Aku gak akan pernah lepasin kamu," ucap Aldo menahan tangisnya.

"Glad tau ini berat, tap--"

"Tanggung jawab sampai anak ini lahir saja Al, dokter bilang umurku tak akan lama," ucap Siska membuat Gladys menatapnya.

"Kenapa?" tanya Gladys.

"Ginjalku hanya satu, dan itu berpengaruh untuk kandungan. Aku diberi pilihan, mempertahankan anak ini atau hidup lebih lama," ucap Siska membuat Gladys tercengang.

"Satu ginjal? Kenapa?" tanya Gladys penasaran.

"Ada di kamu Glad," ucap Siska membuat Gladys langsung mematung.

"Apakah kamu yang memaksa dia untuk memberikannya untukku kak? Katakan!" ucap Gladys dengan suara parau.

"Iya, ini semua untuk kebaikan kamu. Hanya ginjal dia yang cocok," ucap Aldo membuat Gladys tertunduk lemah.

"KAKAK MAU TOLONGIN AKU YANG NYARIS TAK BERGUNA. DAN KAKAK KORBANKAN ORANG SEHAT?! IYA?" Kaki Gladys lemas, dia langsung terduduk di bawah.

Aldo langsung duduk pula dan mengusap kedua bahu Gladys. Menurut Aldo, inilah yang tepat. Namun, bagi Gladys inilah hal yang tidak tepat.

"Kakak egois...." gumam Gladys lalu langsung memeluk tubuh Siska.

Gladys tak pernah membenci Siska, padahal tak bisa di hitung berapa banyak luka yang Siska torehkan yang membuat mental Gladys terganggu.

"Ambil balik ginjal ini," bisik Gladys membuat Siska langsung melepaskan pelukannya.

"Enggak. Glad, maafin gue ya. Gue sadar, selama ini gue udah jadi orang paling jahat di dunia. Glad, anggap ginjal itu sebagai permohonan maaf gue," ucap Siska membuat Gladys semakin menangis.

Gladys mundur beberapa langkah, jiwanya seolah meninggalkannya. Kini, dia tak tahu harus melakukan apa, ini nampak menyakitkan.

Gladys langsung berlari meninggalkan Aldo dan Siska. Tangisnya tak mampu di bendung. Benar, seharusnya Gladys sadar, dia dan Aldo adalah dua hal yang berbeda.

Seharusnya, Gladys tak terlalu mencintai Aldo sedalam ini. Ketika Aldo mengucapkan Assalamualaikum, Gladys menjawab Shalom.

Tuhan memang satu, mereka yang tak sama. Berpindah kepercayaan bukanlah hal yang tepat untuk bersama, kepercayaan yang dipeluk sejak lahir sangat sulit dilepaskan. Berpindah keyakinan juga butuh ketulusan, bukan demi cinta.

Seburuk apapun Aldo, dia masih mencintai tuhannya. Dan semenyedihkan apapun takdir yang dijalani Gladys, dia masih percaya kebesaran tuhan.

Kini, mereka hanya bisa menjalankan takdir yang sudah dirancang dengan baik oleh tuhan.

"GLADYS!"

Gladys tak menghiraukan teriakan kencang yang memanggil namanya. Dia terus berlari menembus hujan yang semakin deras, begitu pula air mata yang lolos dengan deras pula.

Langkah Gladys terhenti saat Aldo berhasil menahan tangan Gladys. Entah Gladys melihat atau tidak, saat ini Aldo juga sedang menangis.

RETAK [Sudah Terbit]✓Where stories live. Discover now