Malam yang semarak

507 351 130
                                    

(Yu nian/Remaining years by Xiao Zhan)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Yu nian/Remaining years by Xiao Zhan)

🐰 Welcome back 👋 jangan lupa support-nya ya ... Vote + Coment + Cinta 🐇

***

~~~~*****~~~~
Malam Yang Semarak
________________

Arkhana berada di salah satu ruangan di mana letaknya berada di dalam pavilion terbesar yang dimiliki Sekte Whudara. Ruangan itu bukan perpustakaan papan yang terpampang di atas pintu masuknya bertuliskan 'Ruang Mahoni', tetapi isinya didominasi rak yang penuh dengan tumpukkan buku dan potongan bambu jahit yang digulung.

Di depannya guru wanita yang memakai lensa kaca di mata kanannya itu duduk di balik meja kerja. Pandangan matanya fokus pada tulisan yang tertera di dalam kertas berbahan kulit binatang.

Lebih dari satu jam sudah Arkhana berdiri di sana. Kakinya sesekali menendang-nendang ringan udara semata untuk merenggangkan otot betisnya yang mulai kaku. Atau, menggeliat dan memutar pinggangnya saking bosan.

Entah menyadarinya atau tidak, nyatanya guru wanita itu enggan untuk melihat ke arah Arkhana atau hanya sekedar melirik dengan mata elangnya seperti biasa.

Sangat aneh. Arkhana berpikir keras memecahkan pertanyaan yang membuatnya kesulitan untuk menjawab. Sudahlah. Arahan menyerah. Dia bosan berpikir yang tidak menghasilkan apapun.

"Guru Tsang Marwa. Apa aku boleh duduk?"


Pertanyaan Arkhana ini berhasil membuat suara guru wanita itu keluar. Suara yang mampu membuat saliva pendengarnya menggelincir bebas di tenggorokan. "Siapa yang menyuruh kamu bicara?"

Arkhana langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat tetapi batinnya merutuk, 'Dasar Nenek tua!'. Arkhana heran, kenapa wanita ini memanggilnya dan membiarkan dia menunggu lama sementara Arkhana sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindar darinya.

Empat hal yang menggambarkan wanita itu sejauh yang Arkhana tahu; keras kepala, tegas, dan angkuh. Tidak heran jika dia belum menikah sampai setua ini. Namun, hal ini pula yang membuatnya disegani dan terhormat di Whudara.

Tsang Marwa mengganti wewangian asap di sebelah kiri mejanya. Dia berjalan ke arah kanan sambil berkata, "Selamat kamu lulus ujian di musim ini."

Meskipun terkejut karena di luar dari dugaannya, Arkhana tetap menerimanya dengan hati yang senang. "Terima kasih Guru Tsang Marwa telah luluskan Arkhana."

Blessed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang