03 - Aneh Tapi Nyata

8 2 0
                                    

***

Citt...

Motor Abbas akhirnya berhenti dipinggir jalan dengan pemberhentian yang sangat mendadak.

Pemberhentian itu menciptakan pemandangan yang janggal diantara Abbas dan Violin.

Violin terlihat sedang memeluk Abbas diiringi dengan raut wajahnya yang terlihat sangat syok. Sedangkan Abbas sendiri hanya terdiam membisu.

Dalam hitungan detik Violin tersadar bahwa ia sedang memeluk Abbas. Dan ia pun langsung memukul pundak Abbas dengan perasaan jengkel.

"Abbas! Lo mau bunuh gue ya? Lo mau bikin gue sakit jantung ya? Dasar gila! Udah ah, gue pulang aja. Percuma gue kerkom sama lo. Kalau cuma buat dikerjain doang," Violin segera turun dari motor Abbas dan ia pun segera melangkahkan kakinya untuk menjauhi Abbas.

Namun, dengan secepat kilat Abbas menghalangi kepergian Violin dengan memegang erat pergelangan tangan kiri Violin.

Violin pun langsung membalikan arah tubuhnya. Ia terlihat ingin memarahi Abbas, tapi karena ia melihat Abbas menatapnya dengan tatapan yang sangat menyeramkan. Violin pun mengurungi niatnya. Dan ia pun membalas tatapan Abbas.

"Maaf, gue nggak bermaksud ngerjain lo. Gue cuma ingin menghibur lo dengan cara gue sendiri. Gue mohon jangan marah," lirih Abbas.

Violin menelan salivanya.

"Gue harus apa? Kenapa sifat Abbas susah benget ditebak ya? Nggak! Gue nggak boleh baper dengan tingkahnya Abbas," pikir Violin.

"Kok diem? Lo marah?" Abbas melanjutkan pembicaraannya.

"Eh.. Hmm, lo kok aneh banget sih? Kadang baik sama gue kadang jahat juga sama gue," Violin menatap wajah Abbas.

"Nggak usah bahas itu, intinya gue mau menghibur lo, dan kita hari ini kerkom. Ayok! Jadi kerkom kan?" Abbas masih terlihat menggenggam pergelangan tangan kiri Violin.

"Tapi, jangan kayak tadi lagi ya! Gue ga mau mati konyol," desis Violin.

"Iyaa, gue janji! Lagipula gue juga ga mau ditilang sama polisi lalu lintas hehe." Abbas mulai mengembangkan senyumnya.

Violin menggelengkan kepalanya sambil melepaskan tangannya dari genggaman Abbas.

***

Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan mereka, hingga mereka tiba dirumah Abbas.

Violin terdiam membisu saat ia menginjakan kaki dirumah yang bisa dikatakan menyerupai istana itu.

Abbas segera menghampiri Violin, karena ia melihat Violin sedang terdiam membisu di garasinya.

"Lin, kok diem sih? Ayok masuk!" ajak Abbas.

"Iya, gue ikutin lo dari belakang aja." Violin tersenyum simpul.

"Oh yaudah." Abbas langsung menaiki anak tangga halaman rumahnya dan ia juga langsung membuka pintu rumahnya.

Violin berjalan mengikuti langkah Abbas, hingga tiba diruangan tamu yang terlihat sangat luas.

"Lin, tunggu sini dulu ya! Gue mau ngambil laptop sekalian mau bikinin lo minum. Oke!" pinta Abbas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 13, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Musim KehidupanWhere stories live. Discover now