02 - Kehancuran Mental

26 4 0
                                    

Cahaya kuning disebelah barat mulai berubah menjadi merah gelap. Lama-kelamaan cahaya itu mulai menghilang.

Terdengar suara dari kamar Violin,

Tring

Ternyata itu suara handphone milik Violin, yang terdapat notifikasi dari nomor yang samgat ia kenal.

 Isi notifikasi tersebut berisikan pesan dari Abbas,

⬅     Abbas                      🎥   📞   ::
_____________________________________

Violin, gue minta alamat rumah lo,
biar kita bisa berlatih dialog dalam
drama untuk Ujian Praktik Bahasa
Indonesia.                                  17.30              
                                              
Saat violin membaca pesan itu, bola matanya melebar, karena keheranan. Ia masih tak percaya ternyata pesan itu dari Abbas, dari orang yang selama ini diam-diam ia suka. 

Tak berapa lama, Abbas memanggil video call kepada Violin karena pesan darinya hanya dibaca oleh Violin.

Triing …

Panggilan itu terdengar lagi di handphone violin, tapi kali ini suaranya lebih panjang. 

 Kali ini Violin memberanikan diri untuk menjawab panggilan itu.

~"~

"Kenapa video call? Gue juga udah baca kok pesannya, nanti gue kasih alamat rumah gue."

"Haha.. Nggak apa-apa sih, gue cuma ingin kerja kelompoknya dipercepat, karena lo sih nggak bales pesan dari gue di Whatsapp"

"Iya, udah gue kirim tuh alamat rumah gue ya bas."

"Oke lin."

Tutt.. Tutt..

~"~

Violin semakin heran dengan sikap Abbas yang jadi akrab dengannya. Padahal Abbas selama ini tidak pernah akrab dengannya, Abbas bahkan terkesan membenci Violin. Tetapi kali ini justru terkesan sebaliknya. Seperti layaknya seorang sahabat yang sudah lama kenal.

Satu jam kemudian, tendengar ada suara lelaki memanggil nama Violin.

"Violiiin."

Ternyata dia adalah sepupu Violin. Ketika Violin hendak membukakan pintu, Violin sangat terkejut karena ia pikir itu Abbas dan ternyata bukan,

"Rafa.. Aku kira teman kelasku, eh.. Ternyata kamu."

"Maaf Vi, aku kesini cuma mau kasih tahu kamu, kalau ayah kamu berada di rumah sakit  kencana. Dan aku disuruh jemput kamu untuk kesana."

"Apa?! ayah masuk rumah sakit? Pantas saja nggak biasanya rumah sepi."

"Iya tadi ayah kamu pingsan ketika kamu sedang sekolah Vi."

"Makasih fa atas infonya, tapi gimana janjiku dengan teman kelas ku?"
 
Tiba-tiba Abbas sampai di rumah Violin saat ia hendak pergi ke rumah sakit.

"Lin maaf gue lama, tadi gue disuruh mamah gue dulu ke mini market." jelas Abbas.

"Abbas, maaf gue mau ke rumah sakit, karena ayah gua penyakitnya kumat lagi. Kerja kelompoknya besok aja ya bas." 

"Yah.. Yaudah deh gua pulang lagi, semoga cepat sembuh ya Ayah lo lin."

"Iyaa, makasih ya atas doanya"

"Sama-sama, gue pulang ya..  Assamualaikum."

"Waalaikumssalam."

Abbas sedikit kesal, tapi dia menaungi keadaan tersebut karena Abbas pernah kehilangan ayahnya. Sedangkan Violin dan Rafa segera bergegas pergi ke rumah sakit kencana. Sesampainya mereka di rumah sakit, alangkah malangnya nasib violin, ayahnya telah dinyatakan meninggal dunia.

Musim KehidupanOnde histórias criam vida. Descubra agora