SI ANAK 6

842 32 2
                                    

Double up

Detik itu juga, Nia dibawa pergi.

Selama diperjalanan Nia masih menatap kosong, ia tidak mau berbicara dan memang tidak akan ada yang bisa mengerti apa yang ia ucapkan, bahkan saat ni Elin membujuknya untuk bercerita, Nia enggan menuliskannya, ia hanya terbayang Silvi kecil, kenapa dan apa yang ia lakukan?

Tak beberapa lama sampailah mereka disebuah rumah duku dengan pohon besar familiar, Nia dibantu oleh ni Elin, ia dituntun menuju pintu rumah, mengetuknya.

Dari dalam, terdengar suara serak, yang menyuruh mereka masuk.

Saat pintu dibuka, terlihat seorang wanita tua duduk di kursi roda, di belakangnya ada seseorang yang gaya berbusananya sama persis seperti busana milik para Pamong.

Namun, dilihat dari usianya, tampaknya ia masih sangat muda.

Sementara, si wanita tua, di bibirnya, ia menggigit gambir dengan rambut disanggul menyerupai wanita jawa, ia menatap Nia, matanya picing seakan tidak suka dengan kehadiran Nia, dia pun meludahi Nia seakan tidak sudi dan tahu apa yang akan ni Ika sampaikan.

Si wanita, dengan nada marah berujar,

"Ka, melok aku"  (ikut aku)

Ni Ika mengambil alih kursi roda mendorong si wanita tua itu masuk ke dalam kamar, sementara Nia, ia duduk dengan tatapan kosong ia mencoba mencari tahu dimana ia dibawa oleh para pamong, sebelum Nia tahu jawabannya ni Elin mendekati Nia, ia berbisik,

"Gadis yang ada di depanmu itu, dia juga mengalami hal yang sama seperti kamu"

Nia yang mendengarnya lantas terperanjat, ia baru menyadari, gadis muda di depan Nia mungkin usianya tidak terlalu jauh dari dirinya, tepat di kakinya, Nia menemukan bekas luka yang sama.

Gadis itu mendekati Nia, ia tersenyum lantas bertanya pada Nia,

"kamu sudah melihatnya, Momok?" ucapnya,

Nia yang sedari tadi tidak mau bicara, lantas menjawabnya, membuat ni Elin mengangkat alis pertanda tidak mengerti, namun, si gadis, ia mengerti apa yang Nia katakan, ia mengangguk.

Terdengar suara perdebadan antara ni Ika dengan wanita tua itu, Nia merasa bersalah mendengar bagaimana ni Ika di cerca dengan kalimat yang menghina,

Si gadis itu, menenangkan Nia, bahwa ia akan baik-baik saja, hanya saja ia akan sedikit terkejut dengan apa yg akan ia terima.

Tak beberapa lama, si wanita keluar bersama ni Ika, ia memperkenalkan dirinya sebagai pemilik yayasan itu, ia biasa di panggil, Asih.

Ni Asih, meminta Nia mengikutinya, ia membawa Nia masuk jauh kedalam rumah, yang memiliki bangsal yang sama persis dengan rumah yang Nia tinggali.

Dibantu si gadis, Nia dituntun untuk ikut, namun, ada kejadian menarik, Nia juga menemukan foto wanita dengan pose menimang anak, sama persis dengan yang ada di yayasan itu, dan bila ditelisik lebih jauh, ni Asih, menyerupai wanita dalam foto itu, namun, Nia tidak mau berspekulasi.

Disebuah kamar kayu ada sebuah ranjang tepat ditengah-tengah, dengan meja dipenuhi congkak dari tanah liat, debu dan asap dari kemenyan, serta air dalam caruk, Nia dipaksa berbaring diatas ranjang itu, sementara ni Asih, membuang gambir di bibirnya, ia berdiri dari kursi rodanya.

Cara ni Asih berjalan nyaris seperti melihat diri Nia sendiri, ia pincang di sebelah kakinya, ia mengambil beberapa dedauan dan kembang yang ada di sekitaran ruang, rempah-rempah dan bebauan yang bahkan tidak dapat Nia kenali.

Si gadis muda, menutup pintu, menguncinya dengan pasak.

Si gadis muda mencoba menenangkan Nia, sementara kedua tangan dan kakinya di ikat dengan jabrak, tali dari sulur yang dikeringkan, saat Jabrak sudah melilit, rasa nyeri akan terasa menyiksa bila Nia memaksa untuk menariknya.

Si gadis mengambil beberapa bahan yang sudah dipilih oleh ni Asih, ia kembali ke meja disamping ranjang, lalu, menyalakan lilin, dan kemudian bersiap pamit, ia sempat melirik Nia, sorot matanya, tampak memelas, seakan tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Ni Asih kembali, wajahnya masih tampak keras, tak nampak senyuman sedikitpun disana, bahkan saat menyentuh Nia, ia menyentuh dengan kasar, seakan ia melakukan ini karena sebuah paksaaan yang tidak ia kehendaki.

Ia meletakkan sanggah besi diatas lilin, memanaskan sebilah pisau,

"Padahal dia cuma nyentuh kakimu saja ya, tapi akibatnya bisa sampai seperti ini, saya tidak mau membayangkan pada apa yang terjadi pada anak kecil itu, yang lidahnya sampai ditarik olehnya" ucap ni Asih, ia menyeringai.

"Anak itu?" tanya Nia, ni Asih mengangguk.

Iqa lantas menyuruh Nia menggigit gambir, sebelum mulai memijat kakinya, di sela-sela ia melakukan itu, ni Asih mengunyah banyak sekali bahan yg sudah ia persiapkan, setelah semua dirasa siap, ia, mengambil sebilah pisau yang ia panaskan sedari tadi,

"ini akan sangat sakit nak"

MAAF YA READERS KARENA WAKTU ITU TIDAK UP, KARENA MALEM-NYA NONTON ANIME JADI KELUPAAN 🙏

KARENA UDAH MAU ENDING, AKU BAKAL KASIH CERITA BARU BUAT KALIAN, DAN PASTINYA KARYANYA SIMPLEMAN LAGI.

TERIMAKASIH.

KALIAN BISA CEK AKUN TWITERNYA UNTUK BACA CERITA LAIN DARI SIMPLEMAN DI @SIMPLEMAN

SI ANAK ✅Where stories live. Discover now