SI ANAK 5

845 28 1
                                    


"Kamu ngomong apa?" Nia mendekatkan diri,

"Oook aaah, aam ii oook aaan aaang!" Silvi masih bersikeras menjelaskan

"Iaaaa" Silvi menunjuk Nia, "Eeeiii aaaa aaiii iii"

Nia tetap tidak mengerti, lantas Silvi berdiri keluar dari kamar sebelum ia menutup pintu Silvi menangis.

"Kamu mau pergi? kamu gak tidur disini?" Nia bertanya,

Silvi mengelengkan kepalanya lantas menutup pintu perlahan, suara lonceng pintu terdengar, Nia sendirian didalam kamar itu, ia masih memikirkan apa yg ingin Silvi sampaikan namun, Nia tahu malam ini ia akan sendirian.

Nia beranjak menuju ranjang, setelah ia yakin sudah mengunci pintu.

Nia mengangkat kakinya saat itu Nia baru tahu, luka memar di kakinya tidak hanya menghitam, namun mulai berbau busuk nyaris seperti borok yg mengerikan, Nia mulai berpikir untuk membawa kakinya ke rumah sakit.

Nia mulai memejamkan matanya, memanjakan dirinya dengan lelap yang sudah memenuhi isi kepalanya, keheningan seketika menelan Nia dalam sunyi Nia tertidur.

Namun, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, lonceng berdenting, dan Nia membuka matanya.

Sekilas, saat Nia membuka mata, ia melihat seorang perempuan berambut panjang, ia mengenakan gaun putih hingga menutupi kakinya, berjalan melintasi kamar Nia, perut wanita itu buncit, menyerupai wanita yg tengah mengandung.

Nia, beranjak dari tempat tidurnya, lalu pergi memeriksa.

Nia tidak melihat siapapun disana, dengan cepat ia langsung menutup pintu kembali, menguncinya.

Namun, belum juga Nia kembali ke ranjang, ia merasa, dibelakangnya seseorang tengah membelai rambutnya yang panjang, menciuminya, nafasnya terasa ditengkuk Nia.

Nia mulai menangis.

Nia yg sudah tidak tau lagi harus bagaimana lantas nekat untuk melihat siapa yg ada dibelakangnya, namun, saat Nia berbalik ia tidak menemukan siapapun disana, namun, pintu yg sudah dikunci oleh Nia, terbuka kembali, Nia mendengar langkah kaki ditangga.

Nia mengikutinya,

Nia merasa ia harus mengikutinya, seakan memang Nia dituntun untuk tahu lebih jauh apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini.

Sampai, sosok itu melangkah di anak tangga kamar misterius itu, sebelum ia masuk kesana, Nia melihat aneh, Nia tidak tahu, bila sekarang, ada anak tangga didepan kamar misterius itu, tanpa berpikir apapun lagi, Nia menaiki anak tangga, lalu masuk kesana.

Saat Nia sudah masuk, pintu, tiba-tiba tertutup dengan sendirinya.

Hal pertama yang Nia rasakan adalah, bau apak yang membuat Nia tidak nyaman, selain bau apak, Nia juga merasa, ruangan ini jauh berbeda dari semua ruangan yang pernah Nia masuki, hal yang mengganjal tentu adalah, hampir disetiap sudut ruang, Nia bisa melihat semua benda berserakan.

Ruangan ini tidak lebih besar dari ruangan tempat Nia menumpang tidur, hanya saja, di dalam ruang ini hanya terdapat satu ranjang, dengan beberapa perabotan, tak terkecuali, satu kursi usang yg berdiri kokoh, tepat ditengah ruang.

"Aneh" pikir Nia, melihat kursi lusuh itu.

Dengan kaki terpincang-pincang, Nia memaksa diri menuju ranjang tempat tidur, disamping sisi ranjang, terdapat sebuah jendela dengan tirai putih transparan.

Manakala, Nia memeriksa kemana jendela itu tertuju, Nia terperanjat, ia semakin yakin, di ruangan ini, ia melihat dia.

Debu seakan menjadi kawan, Nia menelisik setiap sisi ruang ini, benar, guratan disepanjang tembok, tidak diciptakan dengan sengaja, ada goresan dari darah yg menghitam, ada sayatan kasar, dan geligih daging  kering yg terkelupas masuk kedalam guratan itu.

siapa pemilik kamar ini?

Satu yang Nia tahu, siapapun yang mendiami kamar ini, setiap detik, ia pasti menggaruk atau meronta mencakar sisi tembok dan segala apa yang bisa ia dapat.

percikan darah kering disana-sini, membuat Nia merasakan perasaan merinding yang tak terjelaskan, sampai, ia kembali menatap kursi.

Dengan perasaan ragu, Nia berhenti tepat didepan kursi usang itu, Nia perlahan menatap langit-langit, mencoba menebak dari presepsi liar ketika mengamati ruang ini.

Mata Nia terbelalak menyaksikannya,

Tepat seperti dugaan Nia, disana, ada tali gantung yg masih tersampul.

Si pemilik kamar ini, mati, gantung diri.




Semakin lama didalam ruang ini, Nia merasa bahwa dirinya semakin terancam, ia berlari meski harus menyeret kakinya, Nia menuju pintu, namun, pintu terkunci.

Dengan nafas memburu, Nia menggebrak pintu, berteriak-teriak, namun, tak ada satupun yg menjawab.

Perlahan-lahan, terdengar suara tawa ringkih, menyerupai suara bayi yg tergelak, suara itu, terdengar dari bawah ranjang, Nia yang benar-benar mendengarnya, tak berniat untuk memeriksanya, ia harus keluar dari tempat ini, Nia terus menerus berteriak sembari menggebrak pintu.

Frustasi karena tak kunjung mendapat jawaban, Nia mengintip dari lubang kunci, tempat biasa Nia melihat pintu dari bawah anak tangga, siapa sangka, kini Nia ada didalam ruang itu, dan darisana, Nia melihat sesuatu

Silvi, tengah ada dibawah anak tangga, melihat pintu, sendirian.

"SILVI!! SILVI!!" bentak Nia, namun, gadis kecil itu, melangkah pergi.

"SILVI, BUKA!! BUKA!!"

Nia terdiam, tidak mengerti, sampai, pandanganya tertuju pada sisi bawah ranjang, Nia, mendekatinya.

Rasa nyeri di kaki Nia semakin menyiksa, namun, suara-suara mengerikan itu, memancing rasa penasaran bagi Nia.

Seakan suara itu ingin menunjukkan eksistensinya, kini, Nia berjongkok, menahan perih, menekuk kakinya, Nia, menyentuh kain putih yang menutup ranjang, perlahan membukanya.

Tidak ada apapun disana, kecuali ruang kosong dibawah ranjang.

Tidak ada, sampai, Nia merasakan sentuhan di kakinya, perlahan, hanya ada satu sentuhan, namun, semakin lama, tangan-tangan asing seperti berebut menyentuhnya, Nia melirik sosok itu.

Nia melihat dengan mata kepala sendiri, sosok kecil merangkak dengan lendir merah darah, berebut menjilat kaki Nia, mengerumuninya, ada puluhan, lebih, memenuhi sisi ruang lain, mereka seakan-akan memenuhi tubuh Nia, jeritan Nia, memutus malam itu.

Nia terbangun, tepat di bawah kamar, ia seperti gadis yg kosong, tidak tahu apa yg terjadi dan bagaimana semua berlangsung secepat itu, namun, Nia hanya ingat satu hal, kakinya bernanah, semakin nyeri, manakala Nia mencoba untk bangun, ia terjatuh, dengan kepala menghantam lantai.

Setiap Nia memaksa untuk bangun, kakinya seperti kehilangan tenaga, Nia akan tersungkur, wajahnya terus menerus menghantam lantai, sampai darah terus mengalir dari hidung, Nia mulai menangis, berteriak meminta tolong kepada siapapun.

Dengan perasaan kacau balau, Nia hanya bisa menggunakan kedua tangannya, ia merangkak dan terus meminta tolong, sampai, seorang anak memergokinya, ia tampak shock melihat Nia, lantas mendekatinya dan bertanya apa yg terjadi.

"AKU TERJEBAK DI KAMAR ITU!!"

aneh, wajah anak itu, tampak kebingungan.

"PANGGIL NI IKA DAN SEMUA PAMONG"

Anak itu, masih memandang Nia kebingungan, apa, anak itu, seperti tidak mengerti apa yg dikatan oleh Nia, sampai, anak lain datang dan bertanya, anak itu lantas menjawabnya

"Nia, tidak bisa bicara"

Di ruang kecil, Nia terduduk lemas, matanya kosong, menerawang jauh entah kemana.

Ni Elin dan ni Eva hanya menatapnya prihatin, mereka melihat kaki Nia yg semakin dilihat semakin membuat mereka berdua bingung, bagaimana luka sepele tiba-tiba menjadi seperti ini.

Tak beberapa lama, ni Ika melangkah masuk, ia menatap Nia, seakan tahu apa yg menimpa gadis malang itu, ia berbisik pada Nia,

"Ikut saya ya nak"

Detik itu juga, Nia dibawa pergi.

Nanti malam bakal up lagi.

SI ANAK ✅Where stories live. Discover now