BAB 3B (ZONA NYAMAN)

281 49 14
                                    

(***)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(***)

Wanita ini menjadi orang terakhir yang meninggalkan kantor guru. Kelas sore telah usai waktunya kembali ke rumah setalah seharian mengajar santri putri. Ia menyusuri asrama putri untuk sampai ke rumah.

"Ndok, kamu itu sebenarnya lulusan apa sih? Kok seringnya ada di madrasah." Seorang pria baya menghentikan langkah wanita ini.

"Abi. Assalamualaikum, mau kemana Bi?" wanita itu menggamit tangan ayahnya lalu mencium punggung tangannya.

"Abi ada undangan. Insyaa allah baru pulang agak malam, kamu dan ummi tidak perlu nunggu Abi pulang untuk makan malam."

Wanita itu mengangguk dan melepas abinya untuk pergi. Ia membuka pintu rumah dan disambut pelukan hangat gadis kecil yang berteriak memanggil namanya.

"Mbak Aisa!" seru gadis kecil itu.

"Annisa!" wanita itu tak kalah senang melihat kedatangan si gadis kecil. Ia menggendong anak kecil itu ke sofa duduk bersama ibu si anak.

"Suka banget sama anak kecil?" celetuk ibu anak kecil itu.

"Banget! Gemas banget, Tan!" jawabnya.

"Makanya dia ambil kebidanan karena suka melihat bayi yang baru lahir. Tau sendiri kan, Yang, waktu Annisa lahir, mata dia berbinar melebihi aku, abinya Annisa!" Harun datang membawa cemilan dari dapur.

"PBS ramai, Dik?" (PBS - Praktik Bidan Swasta)

"Ramai gimana? Jelas gak lah. Dia baru selesai ngajar bukan dari PBS!" Harun menjawab dengan ketus. Dia sengaja meledeki ponakannya.

"Rezeki kan sudah Allah yang ngatur, Mas!"

"Ning Alyssa Nur Anisa binti Al-Walid ini bukan tentang rezeki tapi ilmu kamu itu mau dikemanain? Kamu nggak sayang sama ilmu kamu terkubur begitu saja tidak bermanfaat bagi orang lain?"

"Kamu dorong Alyssa terus, Mas. Kamu lupa aku ninggalin pekerjaanku dan milih jadi ibu rumah tangga?" istri Harun menimpali.

"Kamu beda sayang, dia ini kan masih belum berkeluarga. Dulu maksa Abinya biar diizinkan kuliah kebidanan padahal Abinya ingin dia ambil jurusan Tarbiyah biar bisa terjun formal ke pendidikan pesantren. Setelah lulus kebidanan dia cuma buka praktik dan tidak laku malah keseringan jadi guru padahal bukan bidangnya!" Harun memarahi Alyssa habis-habisan.

Ruangan ini jadi hening usai Harun memarahi ponakannya. Annisa memandangi Abinya dengan bingung, Naya dan Alyssa hanya diam terutama Alyssa yang menjadi terdakwa. Alyssa sangat paham kalimat pamannya, tidak hanya sekali ia diceramahi seperti ini. Semua orang yang ada di rumah ini kecuali Abi Alyssa menginginkannya bekerja di rumah sakit sebagai mana mestinya seorang bidan.

Harun mengeluarkan kertas dari sakunya. Naya mengambil kertas pamflet itu dan membaca isinya. Seminar untuk santri akan diakan di Aula utama Pesantren pada pekan depan. Pada kertas itu terdapat foto 2 pemateri dan 1 moderator. Salah satu pematerinya adalah Abi Alyssa alias kepala madrasah sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Jannah.

PIJAR DALAM KELAM (DWILOGI CDA)Where stories live. Discover now