BAB 2B (TAMU)

344 53 12
                                    


Tugas ditutup dengan selesainya pemeriksaan untuk anak yang mengalami Karies rampan (gigi susu tinggal akar) akibat kebiasaan minum susu botol sebelum tidur. Ia jadi ingat cerita ibunya, Debo juga memiliki kebiasaan seperti pasien kecil yang sedang ditanganinya itu, hanya saja tidak sampai menimbulkan Karies Rampan.

Anak itu takut giginya akan dicabut dan mengeluarkan darah yang banyak. Hayalan anak kecil memang sering berlebihan, maka dari itu Debo harus punya cara ampuh untuk membujuk anak supaya mau dirawat. Selain belajar kedokteran gigi, Debo juga harus belajar bagaimana merayu anak.

Ia sudah berada di apotek membeli vitamin untuk ibunya. Ia duduk di kursi tunggu sembari memainkan HP-nya.

"Dokter Debo mau beli vitamin untuk ibu ya?" sapa seorang, namanya Sindi Asisten Apoteker di yang ditugaskan di Apotek. Mereka saling mengenal karena Debo selalu membeli obat ibunya disini.

"Iya, Sin. Bisa dipercepat nggak ya? Teman saya sudah menunggu."

"Sepertinya masih di gudang karena baru datang siang tadi, Dok."

Datang seorang pria mendekati Sindi dan Debo, dia tersenyum pada Sindi. Pria yang rapi dengan rambut klimis. "Tadi siapa yang pesan vitamin untuk lansia, Sindi?"

"Dokter Debo, Pak." Sindi menunjuk Debo.

Debo yang terbelalak atas apa yang dia lihat. Ia tidak pernah lupa pada wajah pria ini. Entah, padahal dirinya tidak pernah mengingat-ingat atau memikirkan pria ini. debo masih membeku di tempat duduknya.

"Silahkan, Dokter!" pria itu menyodorkan plastic putih ke Debo. Barulah Debo sadar keadaan.

"Oh, iya, terimakasih." Dia gugup tanpa alasan.

"Dokter di rumah sakit ini?" tanya pria itu dengan wajah ramah. Debo hanya mengangguk.

Pria itu menyodorkan tangan. "Saya Harun Kepala Apoteker di RS ini."

Debo kembali tercengang bisa-bisanya dia tidak tahu bahwa pria ini adalah kepala apoteker. Mereka berjabat tangan dan Debo memperkenalkan diri. Harun sedikit berbagi cerita tentang dirinya. Debo mendengarkan namun kepalanya melalang buana pada pertemuan 3 tahun silam yang mungkin tidak diingat oleh pria ini.

"Pak Harun sudah berumah tangga?" tanya Debo.

"Saya sudah punya anak, Dok. Cantik seperti umminya," jawab Harun dengan rasa bangga.

Debo mengangguk. Dalam hatinya berkata, Tentulah putri bapak cantik, istrinya saja cantik!

Tidak paham dari mana datangnya, tiba-tiba saja Debo merasa lelah dan murung. Ia memandang sosok Harun dengan begitu luar biasa, pria mapan ini sudah mempersunting teman semasa SMA-nya. Alyssa. Gadis itu milik Harun dan dipastikan hidup bahagia dikaruniai putri cantik, begitu isi kepala Debo tentang Harun.

"Dokter Debo sepertinya pendiam?" tanya Harun dengan nada jenaka. Tidak benar, dia seperti ini karena tidak menyangka akan bertemu kembali dengan suami Alyssa. Gadis yang dulu dicintainya.

Debo tersenyum canggung. Ponselnya berdering, dijawabnya panggilan telephone dari Riki yang sudah menunggu lama di luar rumah sakit untuk menjemput Debo.

"Em. Maaf saya duluan," kata Debo buru-buru pergi dia tidak melihat pada Harun dan Sindi. Bahkan niat Harun berjabat tangan dengan Debo pun terabaikan. Pria itu berlarian seperti dikajar warga sekampung.

"Sepertinya Dokter Debo suka lari-larian!" ujar Harun, Sindi hanya tersenyum mendengarnya.

---------

PIJAR DALAM KELAM (DWILOGI CDA)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum