Chaos 04: The Raged Feeling

Začít od začátku
                                    

"Gue harus buka baju nggak, nanti pas adegan menyelam?" tanyanya pada Bang Ruki---sang direktor video klip, yang sudah berkali-kali dipercaya jadi direktor di musik video-musik video sebelumnya.

"Harusnya sih, iya," Bang Ruki mengangguk, "perut lo kan nanti dikasih luka tusuk gitu."

Brian membuka kausnya yang kemudian membuat para staf wanita menggoda lelaki itu. Dia sudah biasa karena saking akrabnya, Brian bahkan sudah nggak malu kalau harus kentut di depan mereka.

"Untung abs gue masih ada." Ia menepuk perutnya.

"Aduh! Tato lo, Bri ... ganggu aja," gerutu Ci Aela.

Brian mendengkus. "Alah, Ci ... bisa kan ditutupin? Biasanya lo juga bisa."

"Bisa, tapi ribet." Ci Aela menyahuti. "Ras, itu tato Brian ditutup, ya ... ini mau syuting di air, pakai tape juga bisa biar awet." Wanita itu menyuruh salah satu timnya untuk mengakali tato Brian.

"Duduk Bang, kalau berdiri gue capek," kata Laras, murid Ci Aela, yang baru tiga bulan bergabung jadi tim Sixth Sense.

Brian pun menurut. Dia menatap tato di dadanya melalui cermin dengan saksama. Senyum getir tanpa sadar terbit di bibirnya. Tato ini mengingatkan lelaki itu pada hal-hal yang harusnya tidak diingat. Kenangan indah sekaligus menyakitkan.

"J? Siapa itu J? Bukannya pacar Bang Brian itu Yves Erinka?" tanya Laras dengan polos

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"J? Siapa itu J? Bukannya pacar Bang Brian itu Yves Erinka?" tanya Laras dengan polos.

Jay dan Dion langsung berdeham keras. Sedangkan Ci Aela yang sedang mengaplikasikan eyeshadow tergelak. Laras, yang melihat tanggapan aneh dari beberapa orang di ruangan, mengernyit heran. "Kenapa, sih? Gue salah nanya?"

"Nggak kok, bener. Gue juga mau tanya, pacar lo siapa sih, Bri? Kok ada tato huruf J di dada?" goda Jay.

Brian mencebik, mereka memang tidak pernah berhenti menggodanya soal tato itu. "Berisik lo!"

"Kenapa nggak dihapus aja, sih? Gue tahu klinik hapus tato yang bagus, nggak sakit juga," tutur Ci Aela.

"Alah Ci, kalau dia mau hapus, ya udah dari dulu. Gue sama yang lain juga udah nawarin dari dulu," tandas Dion. "Ini bocah emang nggak niat move on kayaknya."

Ci Aela menjitak kepala Brian, membuat lelaki itu mengaduh. "Lo itu jahat banget deh, sumpah. Gue nggak bisa bayangin perasaan Erin, selama make love sama lo, dia harus lihat dada lo yang ada tato inisial mantan lo."

"Erin juga nggak masalah, kenapa kalian yang ribut, sih?" gerutu Brian. "Ini udah telanjur aja, kalau dihapus takut jelek kulitnya. Nggak bisa semulus kayak dulu."

"Iya deh, iya. Kita pura-pura percaya," tukas Rayyan.

Jahat, ya? Kayaknya emang gue udah terlalu jahat sama Erin. Tapi, untuk menghapus tato ini, dia masih merasa berat. Ada sesuatu yang membuatnya tidak rela. Padahal, Brian sadar betul, tidak mungkin lagi dirinya kembali bersama Lia. Lagipula, harusnya dia marah pada wanita itu, kan? Bukan mengharapnya kembali.

Sweet Chaos (END) Kde žijí příběhy. Začni objevovat