"Aku tidak menyangka bahwa kau akan seberani ini padaku." Seringaian tak henti menghiasi wajah keriputnya. "Kau bahkan tidak memikirkan resiko yang timbul setelah berani mengucapkan hal itu."

"Berani atau tidak, aku akan tetap ditindas olehmu," geram Bara. "Kau tidak berhak ikut campur dengan urusanku lagi."

"Beda cerita jika kau tidak menghamili Rana, Bara."

"Kau yang menyuruhku melakukan itu!"

"Itu semua karena ayahnya yang telah menghancurkan bisnisku!"

Bara mencekal tangan Elandra kuat. "Itu bukan kesalahan ayah mertuaku. Kau hanya tidak tahu caranya mengelola bisnis! Sifat iri dan dengkimu terlalu kuat sehingga kau mempunyai pikiran bahwa orang lain yang melakukan kesalahan. Kau tidak mencoba mengintropeksi diri!"

"Cukup! Kau tidak berhak untuk menilaiku. Ingat, Bara, aku ini ayahmu! Ayah yang berjuang untuk membesarkanmu sampai kau mahir melawanku. Kau pikir kau siapa?!" teriak Elandra. Kedua matanya memerah, bersamaan dengan seluruh tubuhnya yang berwarna serupa.

"Aku bukan lagi anakmu. Kau perlu mengingatnya mulai sekarang!"

Elandra tertawa begitu nyaring, hingga orang-orang yang menyaksikan mereka menganggap bahwa Elandra mempunyai penyakit gangguan jiwa.

"Terserah apa katamu, Bara ...." Elandra melirik ke arah ponselnya yang menyala—menandakan ada sebuah pesan masuk yang baru diterimanya. "Yang jelas, aku menginginkan Rana dan bayi untuk membuat mertuamu menderita." Elandra kemudian meninggalkan Bara yang masih mengatur napasnya. Emosi masih menyelimuti pria berusia dua puluh enam tahun itu.

"Oh, iya." Elandra membalik tubuhnya kembali menghadap Bara. "Kau ... tidak seharusnya pergi menemuiku."

Bara terdiam sejenak. Kedua netranya masih menatap nyalang Elandra yang justru menampilkan ekspresi tenang.

"Karena kau harus menemuiku, kau jadi tidak mengetahui jika istrimu—"

"Apa yang kau lakukan?!" Bara kembali menarik kerah baju Elandra kuat. Sedangkan pria paruh baya itu tertawa cekikikan.

Bugh!

"Aku tidak bisa menemukannya," keluh Cakra

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

"Aku tidak bisa menemukannya," keluh Cakra. Pria itu kembali masuk ke dalam mobil saat mengetahui Bara tidak ada di kantornya. Cakra tahu kalau Bara sedang ada dalam masalah, pria itu selalu berdiam diri di perpustakaan ruang kerjanya. Tidak ada tempat yang Bara suka. Ia hanya mengandalkan tempat gelap dan sunyi, dan tempat itu hanya ada di perpustakaan kantornya.

Rana meremas rambutnya frustasi, hingga ia dapat merasakan bahwa rambutnya rontok. Perempuan itu tak kalah pusingnya setelah mengetahui Bara meninggalkan rumah tanpa meninggalkan pesan apa pun.

Cakra melajukan mobilnya ke tempat selanjutnya yang memungkinkan Bara ada di sana. Akan tetapi, sebelum Cakra melanjutkan pencarian, pria bersurai merah itu menoleh ke arah Rana dan melihat bagaimana buruknya keadaan wanita itu. Wajahnya memucat dengan penampilan yang berantakan. Entah kenapa di saat seperti ini, hatinya justru merasa iba saat melihat Rana seperti ini.

"Kau tunggu di sini," ucap Cakra sembari membuka sabuk pengamannya. Rana menoleh ke arah pria itu, dan menampilkan raut wajah bertanya-tanya. "Aku ingin membeli makanan dan minuman. Kau pasti lapar dan haus, 'kan? Tunggu saja di sini. Aku berjanji tidak akan lama."

Setelah mengatakan itu, Cakra bergegas keluar mobil menuju ke sebuah tempat makan cepat saji di seberang jalan. Rana menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi, mencoba mengurangi pening dengan memijit pelipisnya sendiri.

Namun, Rana merasakan ada sesuatu yang aneh. Dengan cepat ia melihat ke arah spion mobil. Di belakang mobil Cakra, terdapat empat orang berpakaian serba hitam yang tengah berdiri di sana. Dari pandangan Rana, orang misterius itu terus saja mengarah ke mobil milik Cakra. Bahkan mereka menunjuknya. Rana sedikit panik karena ia sedang sendirian di dalam mobil. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi.

Tanpa menunggu lama, ia segera meraih ponselnya dan mencari kontak Bara di sana, tetapi nomor Bara tidak dapat dihubungi sama sekali.

Rana juga ingin sekali menghubungi Cakra, tetapi ia bahkan tidak memiliki kontaknya. Perasaannya semakin was-was dan tidak terkontrol. Bagaimana jika orang itu adalah komplotan begal yang sedang beroperasi?

"Ya Tuhan ... lindungi kami." Rana menatap spionsembari mengusap perut buncitnya. Ia benar-benar takut sekarang.

Keempat orang berpakaian serba hitam itu menghampirinya. Hingga kini dua dari empat orang masing-masih berdiri di samping pintu penumpang bagian depan dan belakang—tepat di samping Rana berada.

Tangan Rana semakin bergetar di kala orang itu berusaha membuka pintu. Rana kembali merutuki Cakra karena pria itu tidak mengunci pintu mobil. Di saat Rana beranjak untuk mengunci pintu, orang itu sudah berhasil membuka pintu mobil. Kemudian mereka membawa Rana secara paksa, dan meninggalkan mobil Cakra yang dibiarkan dengan pintu terbuka.

Dan sialnya, Rana tidak dapat merasakan apa pun selain kegelapan.

                                                                         to be continue

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

                                                                         to be continue.

Bad Alive | Byun Baekhyun [Terbit]Where stories live. Discover now