1. Berteduh

23 6 9
                                    

Cuaca kali ini sangat buruk. Gumpalan awan hitam berkumpul menghiasi langit Ibu Kota. Serta segaris kilat yang menambah kesan menyeramkan untuk hari Selasa ini.

Di atas matic hitam, ada seorang lelaki yang sedang bercermin di spion sebelah kanan sambil menyisir rambutnya ke atas menggunakan sela-sela jari.

"Kar, aku ganteng kan?" Tanya Nanta dengan kepercayaan dirinya yang sangat tinggi, sedangkan yang ditanya hanya bergidik geli.

"Apasih Nan. Sengklek banget pagi-pagi," jawab Karla sambil mengunci pagar rumahnya.

Nanta menyalakan motornya dan mengenakan helm warna hitam dengan stiker kelinci warna abu-abu. Stiker itu adalah hadiah pemberian Karla diulang tahun ke 20 Nanta dan hadiah anniversary mereka yang ke-2.

Selama dua tahun, Nanta dan Karla sudah menjelajahi banyak tempat mulai dari yang aneh, menyeramkan, menegangkan sampai yang mengaggumkan.

"Nih Nan. Minum dulu." Kebiasaan seorang Karla adalah selalu memberikan minum untuk Nanta sebelum memulai perjalanan.

Entahlah, antara memang perhatian atau ngirit agar tidak beli minum di luar sana.

"Naik," ucap Nanta lembut setelah memberikan botol minum tadi ke Karla.

Dengan segera Karla menaiki motor Nanta dan berpegangan erat pada tas ransel yang digunakan Nanta.

"Pegangan yang kenceng. Aku mau bawa Jego ngebut. Kamu kalo gak mau jatuh pegangan yang kuat," ucap Nanta lembut.

Setelah dirasa Karla sudah memeluk ransel hitamnya, Nanta mulai menjalankan motornya keluar komplek rumah Karla.

Aroma peach yang tidak terlalu menyengat yang berasal dari kemeja Nanta mulai tercium oleh indera penciuman Karla yang sangat peka dengan wangi-wangian.

"Aku gak tau parfum aku yang wangi atau akunya yang wangi, tapi stop pasang muka kayak gitu. Beler tau gak?" Celetuk Nanta walau terdengar samar bagi Karla karena dirinya mengenakan helm.

Karla memasang wajah cemberut dan mencubit pinggang sebelah kanan Nanta membuat sang empunya kesakitan.

"Sakit cyin," protes Nanta.

Mendengar hal itu Karla melotot, "Cyin apasih kayak banci. Udah kamu juga stop liat spion lah, malu akunya."

"Iya cyintah."

Tidak kuat tapi gengsi, akhirnya Karla memeluk tas Nanta dengan erat dan diam-diam, pipi Karla bersemu merah.

⭕️⭕️⭕️

Seharusnya mereka sudah sampai di kampus bahkan sudah mengikuti mata kuliah pertama. Tapi hujan menghambat semuanya.

Alhasil mereka harus berteduh di warung pinggir jalan.

"Kotor banget ini tempat." Sambil menyalakan ponselnya, Karla bergumam.

"Mulutnya nakal banget. Gak boleh ngeluh, banyak di luar sana yang lagi kalang kabut nyari tempat neduh," Nanta mengingatkan.

"Aku gerah Nanta ih!" Kesal Karla sambil coba menguncir rambutnya menjadi satu.

"Sini aku tiupin biar ada anginnya," canda Nanta.

"Miring gila," sinis Karla.

Karena satu tangan Karla memegang ponsel dan ia kesulitan menguncir rambutnya, dengan peka Nanta menyambar ikat rambut hitam dan langsung menguncir rambut Karla.

Hal ini sudah sering dilakukan Nanta selama mereka pacaran. Perhatian kecil yang Nanta berikan ternyata berdampak besar bagi Karla.

"Ih alah nguncir doang gak bisa gimana sih. Nanti kalo anak aku mau sekolah, dikuncirnya sama siapa?" Nanta memukul pelan kepala gadisnya.

Ucapan Nanta membuat Karla bergidik ngeri. "Ya sama bundanya lah kenapa nanya aku? Yakali aku kuncirin anak orang," sinis Karla lagi.

Nanta merubah raut wajahnya menjadi suram, "Ada gitu ya bunda yang gak mau nguncirin anaknya sendiri."

"Siapa ha?"

"Kamu."

"Apasih. Percaya banget bakalan nikah apa. Siapa tau nanti aku dapet pengganti kayak Jeno NCT Dream. Beuh, aku tinggalin kamu langsung, Nan," sarkas Karla, tapi malah membuat Nanta tertawa.

"Salah bawa orang aku sumpah deh," Karla bermonolog sendiri.

Karena sedari tadi Karla terus bergumam, Nanta berinisiatif untuk memesan teh hangat untuk Karla agar mulutnya tidak terlalu lelah.

Nanta menarik jaket yang digunakan Karla dengan dua jari seperti orang yang takut kotor.

"Sini duduk. Kamu berisik banget." Karla ditarik sampai di depan kursi panjang yang disediakan.

"Nan kotor ih!"

Lelah sudah Nanta meladeni manusia bernama Karla yang serba bersih. Supaya Karla mau duduk, Nanta merelakan kemeja biru yang ia kenakan untuk alas duduk Karla.

⭕️⭕️⭕️

"Ni neng geulis tehnya udah siap."

"Makasih bang," ucap Nanta dengan nada dingin pasalnya si abang yang jual teh sudah menyebut Karla 'geulis' dan Nanta cemburu.

Karla dapat melihat kekesalan pada wajah kekasihnya. Jujur, wajah Nanta akan menjadi lebih lucu saat dirinya cemburu atau iri hati.

Dan biasanya, Nanta akan cemburu saat Karla sudah asyik dengan novel atau ponselnya.

"Kenapa sih kayak begitu? Kasian abang-abangnya lah," tanya Karla dengan segelas teh di tangan kanannya.

"Biarin. Dia manggil kamu geulis," ketus Nanta.

Karla hanya menggelengkan kepala tanda tak habis pikir karena Nanta sangat amat posesif.

"Nan liat deh Jeno NCT Dream cool banget serius. Woilah rapnya gokil banget Nan!" Seru Karla yang sedang menonton salah satu musik video.

Yang disuruh melihat malah membuang mukanya ke arah kiri sambil memasang wajah cemberut.

"Nanta~"

"Nanta kasep~"

Sedangkan Karla mencoba untuk membujuk Nanta dengan cara menggelitik dagu dan telinga Nanta. Biasanya itu yang Karla lakukan jika kekasihnya ngambek. Tapi sekarang tangannya ditepis.

"Iya deh pacar kamu Jeno. Aku cuma Nanta anak komunikasi yang gak ada apa-apanya," Nanta mengeluarkan kata-kata andalannya.

"Nanta," panggil Karla sekali lagi.

Saat yang dipanggil menoleh, senyum terbit di wajah polos Karla.

"Gak usah ngambek, jelek."

Tbc

Vommentnya dungs hehe.
Kemarin sebenernya gak buntu-buntu banget, cuma mau ngubah pov aja.
Tapi ini dulu ya yang di pub hehe:)

Anaphalis ; JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang