Second

64.9K 1.8K 7
                                    

"Kak bangun. Iih kebo amat sih loe kak!" Ryo memukul punggungku dengan keras. "AAAAAAAW" teriakku. "Dek, kalo gak mau bangunin gak usah mukul juga!" Kebiasaan deh kalo aku gak bangun selalu dipukul.

Cklek

Pintu kebuka, aku ngelihat ada mama dan papa menatapku dengan khawatir. "Ada apa sayang?" Mama lah yang paling khawatir menatapku. Aku pun dengan malas menunjuk Ryo. Ryo menatapku seolah berbicara 'Lah, kok gue sih kak?'

"Ryo, apa yang kau lakukan terhadap kakakmu?" Papa menatap Ryo dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ng.. anu ng.." Ryo gelagapan mencari jawaban yang tepat kepada papa. Kini papa menatapku. "Apa yang telah Ryo lakukan padamu Shilvy?" Tanya papa. Wah gak bener nih, papa kenapa gak manggil aku sayang? Hu dasar Ryo pembikin onar! "Dia memukul punggungku Pa."

"Suruh siapa dia kebo Pa. Sekarang kan udah siang juga!" Dasar Ryo, pasti gak mau disalahin! Masih kecil udah jago ngomong rupanya.

"Astaga Ryo. Mama tahu ini sudah siang. Tapi jangan mukul kakakmu gitu. Mana yang sakit sayang?" Mama bertanya padaku. Aku hanya menunjuk punggungku yang dipukul sangat keras oleh Ryo. Mama mengelus-elus punggungku yang sakit. Aku menikmati elusan mama dan bersender di bahu mama.

"Yaudah, Shilvy siap-siap ya, Chelsea sebentar lagi sampai. Ryo, tunggu kakakmu dan Mamamu di meja makan sama papa." Ucap Papa. Lalu Ryo dan papa meninggalkanku dan Mama sendiri di kamar.

"Masih sakit sayang?" Ucap Mama dengan lembut. Mama memanglah istri idaman HAHA.

"Sudah nggak sih Ma. Tapi Shilvy suka mama ngelus punggung Shilvy" Mama terkekeh melihatku yang masih manja seperti anak balita. Aku tetap menaruh kepalaku pada bahu Mama. Memang inilah kenyamanan yang kupunya.

**

Kini aku dan Chelsea berada di balkon kamarku. Chelsea adalah anak dari aunt Selena dan uncle Kevin. Chelsea mempunya seorang kakak laki-laki, kakaknya tinggal bersama neneknya yang berada di London. Chelsea bisa bertemu kakak nya sebulan 5kali. Aku dan Chelsea sedang belajar untuk test masuk Jeyung School. Aku ingin masuk sekolah itu, karna Bagas bersekolah disana. Jeyung School tempat anak-anak yang sangat pintar. Bagi Bagas, masuk ke sekolah itu mungkin sangat mudah, karna dia memiliki kecerdasan yang tinggi. Chelsea pun juga begitu. Chelsea selalu rangking 2 tepat di bawah rangking Bagas. Kalo aku, aku tidak pernah sekalipun menyentuh 10 besar. Aku heran, Mama dan Papa adalah orang yang jenius. Tapi mengapa tidak menular kepadaku? Hhh.. Sabar aja deh :v

"Vy, loe beneran mau masuk Jeyung School? Gak di Screl School aja?" Chelsea menatapku seolah tak percaya dengan sekolah apa yang aku pilih. Aku hanya mendengus sebal. Kenapa Chelsea terus-terusan bertanya seperti itu padaku?

"Oh c'mon Vy. Aku beneran mau masuk situ. Bagas kan masuk disitu. Masa aku harus berpisah dengan Bagas?" Ucapku. Chelsea yang mendengar pernyataan ku itu menhembuskan nafasnya dengan kasar.

"Bagas.. Bagas.. Bagas dan Bagas aja yang dipikiran loe Vy. Oh ayo Vy, Bagas itu arrogant. Beda sama loe yang ceria. Lupakan sajalah Bagas itu!" Tuh kan sudaku duga kalo Chelsea akan berbicara seperti itu padaku. Apa salahnya sih aku mencintai Bagas? Dia pacarku kan? Kenapa Chelsea yang repot sendiri?

"Chelsea sayang. Aku sudah berjuta kali mendengar pernyataanmu itu. Tapi aku tetap akan mencintai Bagas!" Aku menatap Chelsea dengan sinis. Chelsea yang mendapat tatapanku seperti itu hanya mendengus dengan sebal.

"Okay okay. Let's study now!" Aku dan Chelsea pun belajar pelajaran yang akan di test minggu depan. Kami belajar ditemani dengan cookies kering dan cocktail buatan Mama. Chelsea dengan serius mengajari setiap apapun yang aku tidak mengerti.

My Arrogant BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang