2 : Key

393 62 5
                                    

HAPPY READING!

"Bara!"

Bara hanya membaca kondisi. Kenapa semua jadi tegang? Apa ada yang salah dari ucapannya? Bahkan Bella juga bingung, tak biasanya Nanta tak membalas hujatan dari Bara. "Minta maaf sama Nanta sekarang."

Nanta yang membuyarkan lamunannya kembali meredam suasana yang tegang. "Eh.. gapapa kok om, lagian juga mirip gak mirip tetep aja gue cantik nomer 1 sedunia wleekk!" ujar Nanta kembali meledek Bara. Nanta tau jika Bara tak bermaksud berkata seperti itu. Lagipula dia tak sengaja mengatakannya karena tak tau kalau Nanta hanya anak yang ditemukan di depan rumah orangtua angkatnya.

"Tetep aja, Bara minta maaf sekarang," ujar Mario dengan tatapan tajamnya ke Bara. "Tapi---"

"Gak ada tapi-tapian sayang," ujar Bilah menatap lembut ke arah putranya itu.

Bara menghembuskan nafas kasar. "Maaf!" Nanta hanya bergidik mendengar ucapan Bara yang tak ikhlas. "Cih!"

"Oh iya, nanti kamu anter Nanta kerumahnya ya Bar," ujar Bilah dan diangguki oleh Bara. Jangan tanya kenapa Bara tidak menolak, memang ia tak ada rasa benci kepada Nanta. Hanya saja ia suka emosi jika berbicara dengan Nanta. Lagipula ia juga tak tega membiarkan gadis itu pulang sendirian. "Mana tega lihat wajahnya yang cocok buat diculik itu jalan malem-malem."

Nanta sibuk berkutat dengan handphone ditangannya sedangkan Bara menatap lurus fokus pada jalanan. Nanta menghembuskan nafas kesal ketika kakaknya memberi pesan singkat di HP-nya.

Keyra
19:58

Lo kemana aja sih? Cepet pulang kerjain PR gue

Padahal Keyra lebih satu tingkat kelasnya daripada Nanta. Tapi mengapa Keyra malas sekali hanya mengerjakan PR-nya sendiri. "Kuda nil! Beli martabak yok! Pengen nih!"

Bara menatap kesal Nanta sebentar lalu kembali fokus ke jalan. "Lo tuh harusnya panggil gue kakak! Lo tuh itungan masih adek kelas gue! Umur gue juga lebih tua dari lo!"

"Wajah lo ga cocok dipanggil 'kakak'! Beda setahun juga napa sih! Lagian juga gue kan ngikut Bella dulu panggil lo Bara! Sukur-sukur deh lo gak gue panggil Bolu!"

"Nan.. bisa ga sih lo gausah bahas bola-bolu segala."

"Yaudah ayo martabak!"

"Puji gue dulu yang bener baru martabak!"

Nanta menatap Bara tajam sambil menyipitkan matanya. "Ih curang! Gamau lah! Gajadi deh!"

Bara rasanya ingin membatin ungkapan kasar. "Apa susahnya sih muji doang."

Nanta sedari tadi menyanyi yang membuat Bara kesal karena suaranya yang standart tidak merdu sama sekali, sudah beberapa kali Bara mengingatkannya tapi jawabannya hanya "Serah gue dong! Copot aja deh telinga lo kalau gak mau denger!"

Setelah menyanyi-nyanyi sekian lama tiba-tiba saja mobilnya berhenti. "Ih kok berhenti? Bar! Lo serius deh! Gue gamau ya dorong mobil lo malem-malem!"

"Apasih lo ulet bulu! Lo kan yang minta beli martabak? Masih muda udah ilang itu otak! Heran gue!"

Nanta tersenyum senang tak menyangka jika Bara menuruti apa yang ia minta. Nanta menoel-noel bahu Bara. "Apasih lo colek-colek!"

"IHH TERNYATA LO DIEM-DIEM PERHATIANN SAMA GUE! GUE JADI TERHARU KUDA NIIILLL!!" ujar Nanta dengan sikap alay dan cerianya  yang sepertinya anti luntur itu.

"Idih najis! Orang gue juga pengen beli, siapa juga yang mau nurutin lo!" ujar Bara segera turun dari mobil dan disusul oleh Nanta.

"BISA AJA LO NGELESNYA KEK BAJAY!"

Rusa Terbang Where stories live. Discover now