“Kalau ketemu ya setiap hari, Cuma kita’kan kerja Dor, bukan main ataupun pacaran,” balas Bagus.

“Iya kali pacaran, awas aja kalau lu sampai deketin Kak Qilla dan nikah sama dia, gue bakal ninggalin lu dan biarin lu jadi monyet tanpa majikan. Ingat ya! Boots tanpa Dora, gak bakal jadi monyet terkenal.” Ancam Randi dan membuat Bagus tertawa sedangkan Alif hanya geleng-geleng kepala.

Dalam hati dia berdoa agar otak Randi lupa dengan semua kartun yang ada di Indonesia, agar julukan Bapak Kartun Indonesia, hilang dari dunia wattpad Kerajaan Pratama.

"Tapi kalau ternyata gue yang jadi jodohnya Kak Qilla. Lu gak bisa apa-apa!" Randi langsung melotot pada Alif, cowok itu tetap santai hingga akhirnya dia terjatuh dengan kursi yang di duduki akibat ulah Randi yang mendorongnya begitu saja.

"Kampret!" umpat Alif sembari meringis kesakitan.

"Mampus!" balas Randi sebelum pergi meninggalkan Alif dan Bagus.

Bagus langsung membantu Alif untuk berdiri, Randi memang kalau marah suka kelewatan, tega membuat Alif celaka. Tapi menurut Randi, inilah balasan dari orang yang suka membullynya.

"Lu gak apa-apa?" tanya Bagus, Alif diam sejenak.

"Pinggang gue sakit, untung kafe lagi agak sepi. Siluman kadal satu itu emang nantang buat di santet online!"

Bagus tertawa kecil sebelum menjawab, "Ingat, dia masih punya sisi anak kecil. Harus sabar."

Tawa renyah dari gadis dua puluh tujuh tahun itu, menggema di ruang keluarga Rafi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tawa renyah dari gadis dua puluh tujuh tahun itu, menggema di ruang keluarga Rafi.

Menertawai cerita Qailla yang ternyata di lamar Randi tempo hari. Qilla bersyukur karena kemarin dia tidak bertemu dengan cowok penggemar Dora itu.

Qailla menutup kedua telinga dengan kedua tangannya. Sesekali melirik sinis ke arah Qilla. Rasanya dia ingin menenggelamkan kembarannya itu ke kolam ikan lohan milik Pak Haji Abdul, tetangga sebelah.

"Bahas apa sih?  Kok ketawanya keras banget Qai?" Asma——bunda si kembar  baru saja keluar dari arah dapur.

"Ini lho Bun, Qailla di lamar sama cowok gila itu," balas Qilla. Asma tersenyum lembut ke arah putri kembarnya.

"Oh itu, hebat lho Randi. Maju terus pantang mundur."  Qilla menggela napas pelan, menyenderkan tubuhnya ke badan sofa. Sedangkan Qailla, sudah kembali anteng dengan laptopnya, sembari merevisi naskah atas permintaan penerbit yang akan bekerja sama dengannya.

Berbeda dengan Qilla, Qailla lebih suka dan fokus pada sastra. Dia tidak tahu menahu tentang dunia bisnis keluarganya. Kalau Qaid, lebih memilih untuk fokus sebagai kreator di youtube dan fokus menjalani bisnis studio foto bersama teman-temannya. Qaid itu lulusan dari  Institut Teknologi Bandung dengan kejuruan multimedia.

Selama ini, Rafi dan Asma tidak pernah mengekang atau membatasi keinginan ketiga anak mereka, selagi hal itu positif, mereka akan mendukungnya.

Sebagai orangtua mereka akan selalu mendukung bakat dan minat anak-anaknya, karena yang menjalani hidup adalah diri mereka masing-masing.

About Time [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now