METANOIA {Greek}
(n.) the journey of changing one's mind, heart, self, or way of life
Johan tahu kalo menaklukan hati seorang Camelia bukanlah perkara yang mudah.
Sementara itu Camelia masih berusaha melawan keraguannya, merasa bahwa dirinya belum...
"Johan, sekolah minggu depan sudah mulai libur. Rencananya saya mau pulang kampung nganter Junio sama Namira ke rumah orangtua saya di kampung. Kamu mau ikut? Biar sekalian saya kenalkan ke orangtua saya."
"Gapapa nih saya ikut Bang?" tanya Johan ragu-ragu.
"Ya gapapa dong, saya kan yang ngajakin kamu. Nanti cuma nginep satu hari, Namira sama Junio bakal di sana dua minggu, saya dan Amel besoknya langsung balik lagi ke kota."
"Saya cek jadwal dulu ya Bang, kalau memungkinkan saya mau ikut. Sudah lama nggak jalan-jalan ke pedesaan."
"Memang hidup itu harus balance Jo, jangan cuma kerja doang. Refreshing juga perlu, nanti saya ajak kamu ngopi di warung kopi terbaik di kampung halaman saya."
"Makasi banyak Bang."
"Santai aja, kalau gitu saya pergi dulu."
Johan mengangguk, tadi tidak sengaja sebelum pergi ke cafe tempat janjiannya dengan Julian dan Doni, Johan bertemu dengan Chandra dan berakhirlah dengan Chandra yang menawarkan Johan untuk ikut ke kampung halamannya.
Sejak kapan Johan jadi sedekat ini dengan keluarganya Amel? Entahlah, semua mengalir begitu saja.
Sesuai rencana awal, Johan bertemu dengan Julian dan Doni membahas proyek mereka.
"Jo, lo awet juga ya pacaran sama Amel? Lo mau cepetan kawin?" celetuk Doni. Bahkan Johan baru duduk tapi sudah disuguhi pertanyaan pasaran, emang Doni ini gak beda jauh sama ibu-ibu rumpi di tukang sayur.
"Kawin-kawin, nikah dulu kali." sosor Johan.
"Lo gatau aja Bang Doni, Bang Johan tuh kalo siaran beuh ... senyum mulu kayak orang gila. Bukannya fokus ke naskah malah fokus ke hape, 'pacarku kirim salam gak ya hari ini'." kompor Julian. Memang Julian keliatan banget ngenesnya setelah Johan punya pacar.
"Ya lo cari pacar juga dong, Julian. Jangan kayak orang susah, rugi tampang cakep cewek satu aja lo gak mampu gebet." balas Doni.
"Udah lah, kita jadi ngomongin proyek apa nggak?" tanya Johan menengahi.
"Jadi dong." jawab Julian dan Doni bersamaan.
Ketiga laki-laki itu akhirnya fokus berdiskusi mengenai proyek yang mereka rencanakan sejak awal tahun. Johan dan kedua temannya mau mulai berwirausaha, ini bukan sekedar mengikuti tren tapi memang keinginan mereka dari bangku kuliah untuk membuat usaha bersama.
"Jadi bokap gue pulang dari Jepang dua minggu lagi, gue harap kita udah selesai ngerencain berapa modal yang kita perluin dan lokasi usaha kita. Lo berdua gimana? Udah dapet pinjaman modal dari bokap lo?"
"Bokap gue sih iya-iya aja Bang, duit selalu ada asal jangan dibuat hura-hura, bokap gue juga gak minta bunga Bang. Jadi aman terkendali."
"Kalo lo gimana Don?"
"Gue pake tabungan gue sendiri, bokap gue gak bisa bantu lagi ada keperluan lain."
"Berarti tinggal nunggu keputusan bokap gue, selain itu udah hampir beres."
Julian dan Doni mengangguk, mengiyakan kata-kata Johan.
"Gue ada usul, gue percaya sama lo pada tapi kayaknya kita perlu seseorang buat mengatur keuangan. Gue maunya sih Amel buat bantuin kita, secara cewek itu teliti banget kalo soal uang. Gimana lo berdua setuju atau keberatan?"
"Gue setuju aja, gimana pacar lo aja keberatan apa nggak? Secara kita gak bakalan bisa buat bayar dia full time sedangkan prinsip kita dari awal menjadikan diri kita sendiri sebagai karyawan." kata Doni.
"Soal itu gue yang bakal ngomong ke Amel."
Julian dan Doni mengangguk setuju dengan usul Johan. Sedikit demi sedikit awal dari impian mereka membuat usaha akan segera terwujud.
Tbc
Hola....
Btw mau nanya nih, agak rada aneh gak bahasanya nyampur-nyampur kek gini:
- Kalo ngomong sama Chandra pake saya-kamu, soalnya aku mikir kan Chandra lebih tua jadi harus sopan. -Johan sama Amel pake aku-kamu, soalnya kan pacaran. -Sedangkan Johan sama temen-temennya pake lo-gue.
Dari awal aku ragu nulis cerita lokal tuh karena ini, sehari-hari aku kebanyakan make bahasa daerah jadi agak kurang ngefeel gitu nulis pake yg latarnya di indo dengan bahasa gaul, kalo formal bgt malah jadinya kaku. Biasanya kalo latar Korea gampang buat aku karena full formal.
Aku mau pendapat kalian, keliatan aneh gak pas dibaca? Aku menerima kritik dan saran dari kalian.
Oh iya, aku gak menjelaskan spesifik mereka tinggal di kota mana atau kampung halamannya dimana. Biar itu jadi imajinasi kalian pas baca.
Thank you and see you in next chapter.
*Bonus pict
Trio Ubur-Ubur
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
