11

4.1K 869 382
                                    

Author POV

Malam tadi, Jihoon langsung pergi.
Setelah obrolannya dengan Naya lagi-lagi berakhir dengan tidak baik.

Siang ini Naya tengah bersiap untuk berangkat kerja. Tapi sebelum ke rumah sakit, dia menyempatkan diri untuk datang ke rumah ayahnya.

Dia gak berani masuk karena takut amarah ayahnya akan makin meledak, jadi dia cuma memandang rumah ayahnya dari jauh sambil berharap dia bisa liat Jiya yang baru pulang sekolah.

Gak lama Doyoung muncul. Dia jalan sambil menggandeng tangan Jiya. Gadis kecil itu baru pulang sekolah.

"Jiya ..." Panggil Naya lirih,

Putrinya itu dan juga Doyoung langsung menghentikan langkah kaki. "Kak, ngapain di sini? Kalo ayah liat gimana?" Tanya Doyoung waswas, dia melirik ke halaman rumah sesekali.

Naya mendekat ke arah mereka, "Cuma mau nganterin ini buat Jiya. Makan ya, ini pancake madu kesukaan kamu." Naya berjongkok di depan Jiya sambil menunjukkan sebuah kotak makan berisi pancake,

"Gak mau." Jawab Jiya ketus sambil bergegas pergi dari hadapan Naya,

Mata Naya langsung berkaca-kaca. Dia ngerti, Jiya pasti benci banget sama dia.

"Dicoba lagi kak besok-besok, sekarang perasaan Jiya pasti masih kacau." Kata Doyoung,

"Jagain Jiya ya Doy. Kakak minta tolong, sering-sering ajak dia main atau makan eskrim." Naya memberi beberapa lembar uang ke Doyoung,

"Udah kak, tapi dia gak mau. Bahkan dari kemaren gua harus bujuk dia mati-matian dulu baru dia mau makan." Kata Doyoung,

Naya makin muram.
Rasa bersalahnya kian besar.
Dia tau kesalahannya fatal.
Tapi dia bahkan gak tau harus gimana buat memperbaiki semuanya.

"Jadi sekarang rencana lo sama bang Jihoon apa?" Tanya Doyoung,

Naya melamun sejenak, "Gua mau pisah sama Jihoon." Ucapnya,

"Dipikir lagi kak! Gua nyoba mandang masalah rumah tangga lo dengan netral dan ... Gua bisa paham sih, gimana rasanya ada di posisi lo, gua juga paham gimana rasanya ada di posisi bang Jihoon. Sekarang coba selesai-in semuanya baik-baik. Jangan sampai kemakan ego kalian sendiri." Kata Doyoung sambil menepuk bahu kanan Naya.

"Yaudah gua masuk ya kak, hati-hati pulangnya." Doyoung pun bergegas pergi.

.

"Loh, ngapain?" Tanya Doyoung kaget,

Karena begitu dia masuk, Jiya lagi berdiri di depan kaca jendela sambil menatap ke luar.

Jiya menatap Doyoung dengan matanya yang berkaca-kaca, "Mama ... Pipinya merah, hiks ... Hiks ..." Ucapnya sambil terisak,

"Jiya, masuk kamar ya terus ganti baju." Ucap tuan Mino,

Jiya berjalan ke arahnya.
Dan memegang tangan kakeknya itu, "Kakek, jangan pukul mama lagi ya. Kasian mama pipinya merah." Mohonnya sambil nangis,

Karena semalam Jiya diam di kamar Doyoung, jadi dia dengar semua obrolan orang tua dan kakeknya. Bahkan Jiya juga tau bahwa kakeknya menampar mamanya.

.

Naya baru sampai di halte depan rumah sakit tempatnya bekerja. Tiba-tiba ponselnya berdering, Denise yang merupakan suster igd sekaligus rekannya semasa kuliah menelfonnya ...

"Nay ..."

Panggil Denise, entah kenapa suaranya kedengeran panik banget.

"Ada apa?" Tanya Naya,

¤ D A N D E L I O N ¤ ✔Where stories live. Discover now