"Kok bisa di sini?" 

"Tadi nyariin, terus ketemu Jaemin. Dia bilang lo di perpus."

Chanyeol bangkit dari tempat duduknya untuk berpindah tempat agar ia bisa duduk di samping Baekhyun. 

"Enggak ada kelas?" tanya Baekhyun lagi.

"Nanti sore."

"Keluar aja yuk?" ajak Baekhyun setelah hening beberapa detik, merasa percakapan mereka terhambat karena harus menjaga volume suara agar tidak mengganggu pengunjung yang lain.

Chanyeol meraih buku-buku Baekhyun yang tergeletak dengan tidak elitnya, membawanya agar Baekhyun tidak kesusahan. Yang lebih muda hanya bisa diam-diam tersenyum malu, berharap Chanyeol tidak menyadarinya. 

Saat Baekhyun berdiri, ia tak bisa menahan ringisan yang keluar dari mulutnya, meletakkan satu tangannya pada pinggul sebelum mengusapnya pelan untuk mencoba meredakan nyeri yang baru saja datang. Dan itu menarik perhatian Chanyeol yang baru saja ingin berjalan terlebih dahulu.

"Kenapa?" Chanyeol terlihat khawatir.

"Hm?" Baekhyun menatap Chanyeol, tidak enak hati untuk menyebutkan terang-terangan bahwa ini akibat apa yang Chanyeol lakukan kemarin.

"Nyeri aja. Hehe, biasa." 

Chanyeol mengerutkan alisnya samar, tidak begitu ketara, namun Baekhyun menyadarinya.

Setelah mereka berhasil keluar dari perpustakaan, Chanyeol langsung menggiring Baekhyun untuk berjalan ke kantin yang sudah pasti sepi karena jam makan siang sudah lewat. Menuntun Baekhyun untuk duduk di salah satu kursi kosong di sana.

"Kenapa?" tanya Baekhyun ragu-ragu.

"Gue kasar, ya? Kemarin." Chanyeol sempat memberi jeda antara pertanyaan Baekhyun dan jawabannya. Terlihat jelas bahwa ia mencoba untuk merangkai kalimatnya dengan baik. Baekhyun menghela nafasnya.

"Chan, ga-"

"Maaf."

"My emotions got the worst of me. Lo tau kadang gue gitu." Chanyeol mengusak wajahnya pelan dengan telapak tangannya. 

"Gue ngerti, gapapa." Baekhyun meraih pergelangan tangan Chanyeol, menahannya sebelum mengusak wajah tampan itu lebih jauh lagi. Melihat Chanyeol sadar ia salah dan berani meminta maaf sudah lebih dari cukup untuk Baekhyun. Lagi pula, Chanyeol bukan orang yang akan melakukan kesalahan yang sama berulang kali.

"Gue bisa apa? To make it up to you."

Baekhyun menatap Chanyeol karena pertanyaannya. Ia merasa terharu dan juga tersanjung.

Chanyeol bahkan tidak berusaha untuk menutupi kesalahannya dan malahan, ia lebih mementingkan bagaimana ia bisa dimaafkan ketimbang untuk seolah-olah meringankan beban kesalahannya.

Baekhyun tersenyum tipis dan menatap Chanyeol berbinar.

"Cium seratus kali." Ia terkekeh. Ragu jika Chanyeol akan benar-benar melakukan itu. 

Cup

Baekhyun membelalakkan matanya ketika bibir Chanyeol mendarat pada bibirnya, matanya menatap kelopak mata Chanyeol yang sudah tertutup. Chanyeol melumat bibirnya singkat sebelum memutuskan ciuman mereka. 

Saat Chanyeol kembali mundur, Baekhyun masih tercengang pada tempatnya.

"Diliatin." Chanyeol tertawa remeh. Itu membuat Baekhyun kembali sadar dan melihat ke sekeliling, beruntung bahwa hanya ada tiga orang yang melihat kejadian tadi, yaitu orang-orang yang duduk tidak jauh dari mejanya.

"Sisa sembilan sembilan lagi. Di rumah. Kalau enggak di bibir gapapa?" 

Baekhyun diam, terlalu malu untuk sekedar menjawab apa yang dikatakan Chanyeol dan membiarkan rona merah di pipinya yang menjelaskan semuanya. 

///

Setelah jadwal kelasnya selesai, Chanyeol langsung berjalan menuju gelanggang kolam renang dimana Baekhyun berada, untuk menepati janjinya soal pulang bersama. Walau sebenarnya, Chanyeol pun lebih dari kata sering pulang bersama Baekhyun.

Untuk seorang Baekhyun berada di dekat gelanggang renang itu sudah kejadian yang cukup langka. Namun, tadi, katanya, Baekhyun perlu menemui beberapa anak jurusan gizi yang kebetulan berada di gelanggang renang. 

Beberapa langkah sebelum ia meraih halaman gelanggang kolam renang, Chanyeol melihat Baekhyun yang sedang meringkuk, berusaha untuk melepaskan genggaman pada sikunya yang lain, terlihat jelas bahwa ia tidak nyaman. 

Tentu saja. Siapa yang berani memperlakukan Baekhyun seperti itu?

Selain si brengsek Joohyung.

Chanyeol menggertakkan giginya, rahangnya sudah mengeras karena pemandangan yang disajikan di hadapannya. 

Ia mengatur nafas, sebelum menormalkan air mukanya. 

Ia harus melakukan sesuatu dimana Joohyung akan merasa kalah telak. Lembut namun mematikan. 

Dengan langkah percaya diri, Chanyeol mendatangi kedua orang itu. Menyunggingkan bibirnya untuk membentuk senyum miring agar Joohyung bisa mengerti tempatnya. Ia melingkarkan kedua tangannya pada perut Baekhyun, menariknya kuat agar yang dipeluknya bisa lepas dari genggaman Joohyung, akan tetapi tetap berhati-hati agar Baekhyun tidak kehilangan keseimbangannya. 

Chanyeol bisa merasakan bagaimana Baekhyun berubah kaku di pelukannya. Satu tangannya ia gunakan untuk mengusap siku Baekhyun lembut, menghilangkan rasa sakit yang mungkin Joohyung tinggalkan di sana.

"Bagian mana lagi yang lo gak ngerti kalo dia punya gue, Kim Joohyung?" 

Chanyeol berdecih ketika Joohyung mengepalkan tangannya. Dalam hati menertawakan bagaimana Joohyung bahkan tidak bisa melawannya sedikitpun.

Joohyung tahu tempatnya. Ia sadar bahwa Chanyeol jauh lebih unggul dibandingkan dirinya, membuat Joohyung tanpa disadari menciut setiap kali Chanyeol datang dan hanya berani mengganggu Baekhyun di saat Chanyeol tidak ada. Bahkan ketika Baekhyun sudah mencoba sekuat tenaga untuk melawan Joohyung. 

Joohyung adalah seseorang yang ekspresif, apapun yang ia mau, ia akan sampaikan. Ia juga tipe orang yang akan bertindak sesuai dengan emosinya. Sedangkan di saat Chanyeol hadir di hadapannya? Joohyung hanya bisa memendam. Joohyung tahu ia tidak akan bisa menang dari Chanyeol.

Apalagi sesuatu yang menyangkut Baekhyun.

Chanyeol paham kelemahan manusia yang satu ini dan ia tidak perlu bersusah payah untuk membuat Joohyung tunduk. Ia hanya perlu menampakkan wujudnya. Namun, tetap, spesies seperti Joohyung tidak bisa didiamkan. 

Joohyung mengangkat tangannya, selembut mungkin ingin meraih jemari Baekhyun. 

Namun, lagi-lagi, Chanyeol menghalanginya dengan menautkan jemarinya dengan jemari lentik milik Baekhyun, melalui punggung tangan yang lebih mungil. Memperjelas pada Joohyung bahwa ia tidak akan bisa mengalahkan Chanyeol. Dalam segi apapun.

Tangan milik Joohyung menggantung begitu saja, pikirannya kosong. Tidak bisa memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya. 

Seolah Joohyung belum ditampar dengan apa yang Chanyeol lakukan, Baekhyun memutuskan untuk semakin memperkeruh suasana hatinya. 

Lelaki cantik itu memutar tubuhnya, dan menguburkan wajahnya pada perpotongan leher dan bahu milik Chanyeol. Baekhyun benar-benar tidak ingin menatap Joohyung lebih lama lagi. Memuakkan.

Sedangkan Joohyung? Ia hanya bisa menatap surai keemasan milik Baekhyun dari belakang. Memendam amarahnya, bersamaan dengan kesedihan yang tidak bisa ia pungkiri juga langsung muncul begitu saja karena tindakan Baekhyun yang baru saja ia saksikan. Dengan langkah lemah, ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh dari sana, kembali masuk ke gelanggang renang. 

Chanyeol berdecih dan tertawa puas dalam hati ketika Joohyung meninggalkan mereka tanpa mengatakan apapun.

Joohyung hanya bisa lari ketika ia tidak bisa melakukan apapun.

Lagi-lagi, ia kalah.

Selalu seperti itu. 

Straight-A Student | ChanBaekWhere stories live. Discover now