Quattro

31.4K 2K 144
                                    

Milan, Italia 01.00 PM.

"Apa peretas CCTV itu telah ditemukan?" tanya Luke memejamkan mata. Menikmati setiap sengatan hangat matahari di tubuhnya. Luke tidak pergi ke kantor hari ini, ia merasa begitu bosan beberapa hari terakhir entah apa alasannya. Bahkan, melakukan hobi gilanya saja ia sedikit jengah. Ia menginginkan sesuatu yang menantang, ditambah lagi ia mendengar kabar CCTV hotelnya diretas tadi malam, membuatnya semakin ingin menetap di bangunan mewahnya saja.

"Belum, masih dicari, Tuan," ucap Jeff memberitahu. Tatapan Jeff beralih pada seorang wanita menggoda Luke tapi ditolak kemudian datang lagi dan lagi semakin banyak. Jeff yang jengah akan hal itu mundur beberapa langkah ke belakang, ia benci kebisingan wanita-wanita centil itu.

"Sono occupato, ho un nuovo cliente. Ciao! [Aku sibuk, aku punya klien baru. Dah! : Italia]"

Jeff sontak menoleh pada gadis cantik melintas di depan mereka sambil menelepon lalu mematikan sambungan sepihak. Sementara Luke mencium aroma lemon yang memabukkan membuat matanya mencari di mana sumbernya. Seorang gadis tengah menelepon dan duduk di samping kursi pantainya. Luke tersenyum miring. Gadis itu memiliki surai yang indah, kulit mulus yang terlihat berkilau di bawah sinar mentari, dan tubuh seksinya membuat Luke ingin segera menerjangnya saja. Benar-benar cantik dan berwibawa, tidak gampangan seperti wanita-wanita di sekitarnya ini. Luke mengodekan tangannya agar Jeff mengusir parasit yang mengelilinginya.

Semua pasang mata mengarah pada gadis itu yang tadinya mengarah pada Luke. Para pria menatap dirinya penuh minat. Tentu saja, tubuh indahnya, kulit mulusnya, kecantikannya yang dipadu dengan aura seksi. Bahkan, Luke bergairah hanya karena gadis itu mengibaskan rambutnya, menampilkan leher jenjangnya yang benar-benar menggoda. Ah, membuat Luke ingin melumat dan menciumnya dengan panas. Ia tersenyum miring. "Excuse me," sapa Luke.

Gadis itu menoleh seiring melepas kacamata hitamnya untuk menatap lawan bicara. Luke bersumpah gadis itu cantik sekali. Bola mata birunya bagaikan lautan, hidung mancungnya terpahat sempurna, bibir tipisnya membuat Luke ingin menggigitnya hingga membengkak. "Aku bisa bahasa Italia," ucapnya.

Suaranya begitu indah. Luke menjadi ingin mendengarnya mendesah dan menjeritkan namanya ketika mereka sampai di pelepasan. Ah, pasti akan sangat menggairahkan. Luke terkekeh pelan sambil mengangguk. "Aku dengar kau berbicara bahasa Italia tadi." Luke tersenyum miring dengan seksinya. "Aku hanya ingin menebak aksenmu." Luke melipat kedua tangannya di depan dada. "Australia, benar?"

Gadis itu terkekeh pelan lalu mengalihkan pandangannya ke arah ombak pantai seiring memasang kacamata hitamnya. "Yeah."

Luke yang merasa sedikit diabaikan menyisir rambut dengan jari-jarinya sambil mengalihkan pandangannya kesal. Apa ia tidak tahu sedang berhadapan dengan Luke Danzi Stone si pemilik hotel yang ia tempati? Luke tidak habis pikir. Ingin sekali rasanya ia menyerang gadis itu agar jera di bawah kuasanya. "Berlibur, huh?"

Merasa percakapan Luke mulai menipis, Kelsey berusaha mengontrol. "Bisa dibilang begitu tapi aku sekaligus mengurus pekerjaan," jawab Kelsey melipat kedua tangannya di depan dada.

Luke melirik kulit mulus Kelsey membuatnya ingin menyentuhnya, pasti lembut sekali. Begitu menarik. Ah, ia ingin menyerangnya tanpa ampun. Luke kembali mengalihkan pandangannya, ia bisa-bisa kehilangan kendali. "Pekerjaan apa? Modelling? Aku tidak melihat manajermu." Mendengar gadis itu terkekeh pelan mendengar ucapannya, Luke menoleh bingung. Gadis itu benar-benar cantik dan seksi di tawa kecilnya membuat Luke ikut tersenyum kecil. "Apa ada yang salah?"

"Aku bukan model. Aku penerjemah," jawab Kelsey menutup matanya meski memakai kacamata hitam seakan-akan mencoba terlelap.

Luke mengernyit disertai senyuman heran. Apa benar gadis itu bukan model? Tapi tubuhnya benar-benar indah! Luke melirik perut rata gadis itu yang benar-benar mulus dan menggoda. Ah, ia ingin mengecupnya dengan panas. "Penerjemah? Berapa bahasa yang kau kuasai?"

My Red Cinderella Where stories live. Discover now