Tre

31.6K 2K 131
                                    

HOLAAA! Thank you so much buat kalian yang always support cerita ini aku sayang kaliaaan muach! Okey happy reading~

*
*
*

Sydney, Australia. 01.00 AM.

'I want you to kill Luke Danzi Stone. I'll give you everything you want!'

Kelsey mengangkat sebelah alisnya. Ia merasa familier dengan nama itu. Dengan gesit ia mencari informasi tentang Luke Danzi Stone. Kelsey menghela napas berat. Siapa yang mengiriminya tugas untuk membunuh orang penting? Apa orang itu bodoh atau tidak punya otak? Membunuh seseorang yang sangat berpengaruh pada negara tentu saja mencari mati. Itu artinya Kelsey harus mempertaruhkan nyawa seumur hidupnya. Tapi ada satu hal yang membuat Kelsey tertarik dengan job itu, 'I'll give you everything you want!'

Kelsey kembali mengunjungi situs-situs gelapnya, di mana ia dapat mencari informasi Luke sedetail-detailnya. Yang Kelsey heran, ia tidak bisa menemukan kecacatan sedikitpun di diri Luke sehingga ia kebingungan mencari celah. Kelsey kembali membuka pesan calon kliennya lalu membalas,

'I'll think about it.'

Kelsey mengepak pakaiannya ke dalam koper untuk bersiap, ia akan pergi ke Italia. Ia yakin setiap manusia pasti punya celah dan ia tidak akan bisa mendapatkan titik itu jika tetap di Australia. Kelsey akan mengintainya untuk memikirkan tawaran calon kliennya.

Waktu demi waktu berlalu, bulan digusur sang mentari. Kelsey yang tidak tidur semalaman untuk mempersiapkan semua keperluannya, paspor, tiket, visa, identitas palsu, dan lainnya. Kelsey keluar dari kamar untuk membuat sarapan. Ia terkejut mendapati ayahnya tertidur bersandar di dinding tepat di samping pintunya. Kelsey tersenyum kecil, ayahnya pasti sangat mengkhawatirkannya. Kelsey mengecup pelan pipi ayahnya tanpa lupa menahan kedua tangan pria itu.

Di saat itu pula Clyde terbangun dan hampir memukul Kelsey jika tangannya tidak ditahan oleh anaknya. Clyde langsung merengkuh tubuh Kelsey ke dalam dekapannya. "Maafkan, Dad."

"Me too," jawab Kelsey tersenyum kecil lalu melepas pelukan mereka. "Ayo kita buat sarapan!"

Keduanya memasak seperti biasa dan melupakan masalah yang telah lalu. Mereka memang sesekali bertengkar tapi kembali berbaikan. Seperti saat ini, mereka malah melempar canda satu sama lain dan memakan makanan yang mereka masak.

"Dad," panggil Kelsey. "Aku akan ke Italia. Aku punya klien di sana." Kelsey tahu ayahnya pasti akan terluka jika ia pergi tanpa izin.

"Klien?" Clyde mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan mematikan. "Pekerjaanmu yang mana?"

"Penerjemah," jawab Kelsey tenang sambil memakan makanannya. Melihat ayahnya hanya mengangguk mengiyakan seakan-akan percaya, Kelsey hampir tersenyum lebar. Tapi, tidak ia lakukan karena tahu hal itu bisa memunculkan perasaan curiga pada ayahnya. Ia sangat bersyukur ayahnya itu terkadang percaya dan tidak padanya karena mereka sama-sama bisa memanipulasi satu sama lain.

Tidak butuh waktu lama, Kelsey langsung menarik kopernya menuju bandara dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Kelsey masuk ke dalam pesawat, ia memilih kelas bisnis agar tidak ramai, ia benci keramaian. Kelsey memakai earphone dan memutar salah satu lagu kesukaannya, lagu rock Skillet berjudul Save Me.

***

Kelsey masuk ke kamar hotelnya. Ia sengaja memilih hotel milik Luke yang diketahui sering menginap di sana sesekali jika ia tidak pulang ke rumah. Bisa dibilang, hotel terbesarnya. Penginapan mewah itu dibangun di dekat pantai. Kelsey pergi ke balkon menatap pemandangan pantai begitu indah. Gadis itu kembali masuk ke kamar untuk menjalankan aksi. Ia mengambil laptop ingin meretas CCTV di bangunan ini. Kelsey membulatkan matanya begitu mendapati CCTV kamar utama di mana penuh dengan pistol dan senjata tajam. Terdapat Luke bercumbu dengan seorang wanita lalu membunuhnya. Kelsey mengerutkan kening begitu laptopnya mendapati bom iklan dan virus. Ia langsung membanting komputer pribadinya, ia berharap ia belum dilacak. Kelsey yakin itu sistem IT Luke. Gadis itu membakar kopernya lalu melesat keluar tanpa lupa membawa identitas cadangan. Ya, ia membawa lebih dari lima identitas palsu untuk mengintai pria itu. Jangan ditanya soal wajah dan rambut, tentu saja ia memakai topeng dan wig menyamarkan durja aslinya.

My Red Cinderella Where stories live. Discover now