"Bisa gak sih lu sekali aja gak bangsat?" ngegas Jeongin tapi tetap nurut untuk membukakan pintu kamar yang membuat kepalanya menengadah karena orang yang bertamu, buset, tinggi banget.
Tapi kemudian pandangannya teralihkan sama kotak makan yang dipegang sang tamu.
"Uhm, hehe, cari Beomgyu ya?" tanya Jeongin cengengesan.
"Eh, iya... gitu deh, hehe."
"Hehehe..."
Ha-he-ha-he aja sampai UAS.
"Siapa sih?" dengan malas Beomgyu memutar badannya supaya melihat sang tamu tanpa perlu bangun. "Oalah, kak Soobin doang. Kenapa kak?"
'kak Soobin doang' katanya. Seenggak berharga itu ya si tetangga atau emang Beomgyu-nya aja magadir :')
"Oh gitu ya lo dek. Ya udah, nih bolunya buat elo aja—si temennya Beomgyu—yang punya kamar gak usah dikasih." Soobin ngasih tempat makan itu ke Jeongin.
"Wauw, dengan senang hati gak akan gue bagi sih kak."
"ETTT, EEEETTT, cukup cinta gue aja tertikung, gak usah kue bolu juga dong!"
"Gak usah curhat!" Jeongin langsung menggeplak wajah Beomgyu yang mendekati mereka.
Soobin ketawa melihat interaksi dua sahabat itu. "Ya udah, dimakan ya, itu dari Jongho sih. Kalau mau terima kasih ke dia aja di kamar, gue cuman bantu ngasih karena sekalian mau pergi."
"Ke mana kak?"
"Perpus, biasa, nugas."
"Nugas mulu lo kak di luar."
"Dibanding lo, rebahan mulu otaknya jadi ikutan rebahan."
"SINI GELUD LAH KITA KAK!"
"Ewh, gak level gue gelud sama bocah. Dah lah," Soobin menahan badan Beomgyu yang mau nyeruduk dengan mengacak rambutnya kemudian berbalik pergi sambil ketawa. Suaranya menggema di lorong lantai. Meninggalkan Beomgyu yang mendumel melepas kepergiannya dan Jeongin yang sudah mencomot bolunya.
❒❒❒
Hari Kamis, Beomgyu menemukan persediaan support system kehidupannya sudah mulai berkurang bulan ini, padahal kurang dari seminggu lagi ujian sudah di depan mata.
Mana bisa Beomgyu bertempur kalau senjatanya saja mulai kosong—alias jajanannya sudah mulai habis.
"Wah, tidak bisa dibiarkan. Harus segera melapor pada komandan." monolog Beomgyu kelewat dramatis, dia pun meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang.
Bukan Sang Nyonya Besar yang dihubunginya, kalau minta ke beliau yang ada didamprat karena belum jatahnya dikirim uang bulanan. Yang ada pasti Beomgyu diomelin karena disangka boros untuk foya-foya. Padahal kan ya mahasiswa itu perlu dana untuk menunjang kehidupannya supaya lebih makmur.
Akal-akalan Beomgyu doang sih, emang orangnya demen jajan aja.
Sambungan telepon tersambung setelah tiga nada dering terdengar. Dalam posisi rebahan, Beomgyu menyahut duluan. "Malem sayang..."
".....bisa gak sih sekali aja lo ngehubungi gue bukan karena minta duit?"
"Gak bisa lah, kan emang tugas lo sebagai kakak memberi subsidi dan gue sebagai adik punya wewenang buat malak."
"Pala lo!"
"Bundaaaaaarrrrr,"
Yeonjun menjedotkan kepalanya di sebrang sana. Salah dia apa sih punya adik bentukannya kayak doppelganger cengcorang sakau?
YOU ARE READING
Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)
Fanfiction"...ada yang mau sama lo, tapi lo-nya gak mau. Giliran lo-nya mau, dianya gak mau..." -Yang Jeongin, 2020 Ini tentang Choi Beomgyu yang keder sendiri dengan kehidupan perkuliahannya bersama kisah cintanya yang jauh dari mulus seperti drama tapi juga...
11 : I like him
Start from the beginning
