"Nah, itu buktinya Ayah lo datang," ucap Danil yang melihat seorang pria memakai kemeja biru yang dipadukan dengan jas hitam masuk ke ruangan rawat Radea bersama seorang wanita.
Wanita itu cantik dan masih tampak muda walaupun usianya kurang beberapa bulan lagi sudah menginjak kepala empat. Keduanya terlihat sangat khawatir, terbukti dari langkah mereka yang buru-buru.
Danil segera beranjak dan berpindah berdiri di sisi tempat tidur Radea. Dia melihat dengan jelas bagaimana pria itu langsung memeluk erat tubuh Radea, serta wajahnya memerah, tetapi sangat sendu. Amarah, rindu, sesal, dan sayang jadi satu di dalam pelukannya.
"Maafin Ayah, Ra. Maafin Ayah nggak jaga Rara." Pria itu mencium puncak kepala putrinya. Satu tetes bening berhasil lolos dari mata tajamnya.
Melihat itu, Danil memilih pergi dari sana. Dia akan membiarkan keluarga itu membereskan semua urusan mereka. Karena sepertinya banyak hal yang harus mereka bicarakan. Entah kasus Radea sore ini saja, atau juga masalah bertahun tahun lalu itu.
Baru saja Danil menutup pintu kamar rawat, ada seorang wanita dengan rambut diurai sebahu berwarna cokelat gelap bersama pria yang terlihat seusia ayah Radea menghampirinya. Kalau dilihat dari langkah dan ekspresi wanita itu, sepertinya dia sedang buru-buru dan agak panik.
"Kamar Radea, benar?" tanya wanita itu pada Danil.
Danil mengangguk. "Iya, benar. Ada apa, ya?" tanyanya sopan.
"Oh, kamu temannya itu? Saya ibunya Radea. Saya mau ketemu anak saya."
Mendengar itu, tentu saja Danil langsung mempersilakan wanita dan pria yang bersamanya itu masuk. Namun, jujur saja Danil terkejut saat mengetahui fakta bahwa wanita itu adalah ibunya Radea. Penampilan wanita itu terbilang gaul, apalagi dengan rambutnya yang diwarnai, sangat bertolak belakang dengan sifat pendiam dan tertutup yang dimiliki Radea.
*****
Sinar matahari yang masuk lewat celah-celah ventilasi jendela kamar menandakan matahari sudah kembali menggantikan bulan. Seorang cowok yang merasa terganggu akan cahaya itu menarik selimutnya sampai menutup kepala. Dia mendesah sebal karena tidur nyenyaknya diganggu.
Tok tok
"Danil, kamu di dalam?"
Danil menggeliat saat samar-samar suara itu masuk indra pendengarannya.
"Danil!"
Tok tok
"Hmm," lenguh Danil di tengah rasa kantuknya, tetapi dia sama sekali tidak beranjak.
"Danil? Mama masuk, ya?"
Tepat setelah kalimat itu terucap, seorang wanita paruh baya membuka pintu kamar Danil lalu melangkah masuk. Dia berdecak saat melihat Danil masih pulas di balik selimut. Airin, mama Danil menarik selimut putranya itu asal.
"Danil, kamu tadi malam pulang jam berapa?! Ini juga kenapa masih tidur bukannya kamu harus sekolah? Kamu bikin ulah apa lagi sampai Pengacara Tomi sibuk berurusan sama polisi? Kamu kenapa Mama Papa teleponin semalam nggak diangkat? Danil!"
Danil terlonjak kaget mendengar teriakan terakhir sang mama yang menyebut namanya. Cowok itu mengerjap-ngerjap meraup kesadaran penuh.
Airin memukul bahu Danil membuat sang empu yang masih ngantuk kebingungan. "Kamu ini, ya, kebiasaan bikin Mama Papa khawatir aja kerjaannya!"
"Aw, aduh! Ma, aku salah apaan, sih?! Aw!" Danil jalan kaki empat ke lantai karena Airin terus memukulinya.
"Kamu tadi malam pulang jam berapa? Mama tungguin sampai jam satu nggak pulang-pulang!"
YOU ARE READING
Introvert VS Ekstrovert ✔️
Teen Fiction(TAMAT) Danil, anak baru yang kebetulan duduk sebangku dengan Radea. Cewek aneh yang tidak punya teman satu pun. Danil yang punya sifat mudah bergaul, terus mengganggu Radea dan bertekad agar gadis itu mau menjadi temannya. Semakin lama, Danil sada...
35 || Cuma Teman
Start from the beginning
