O6. sup merah

418 150 53
                                    


Yoongi terbangun dari tidurnya, menatap langit langit kamar dengan nanar. Ia tak ingat apa yang terjadi semalam. Ia tidak ingat dia menangis kencang di pelukan seokjin.

Ia tak ingat ia meninju cermin hingga melukai jemarinya. Ia tak ingat tentang hari penobatannya. Ya, yoongi tak ingat. Atau mungkin lebih tepat disebut tidak mau mengingat hal yang memalukan.

Terlebih lagi seokjin sekarang sedang berdiri tepat di ambang pintunya, dengan pakaian rapi dan tidak lupa kipas kecil yang selalu ada di genggamannya. Ia menatap yoongi dengan senyum yang lebar.

"Apakah bayi ku sudah bangun?"

"Siapa yang bayi mu?" 

"Loh seseorang di atas ranjang besar itu bukannya menangis seperti bayi, sambil memelukku ya kemarin malam?"

Seokjin menyeringai. Sementara wajah putih yoongi memerah. Niatnya ingin melupakan kejadian semalam, tapi sial seokjin kembali mengingatkan. Yoongi memalingkan wajahnya, lalu melemparkan bantal empuk itu ke arah seokjin. Sayangnya bantal yang tidak ingin menyakiti wajah seokjin itu terjatuh dua senti tepat di depannya.

Ah, sial.

Seokjin terkekeh. Matanya menyipit kala bibirnya mengeluarkan suara tawa yang halus. Lelaki tampan itu berjalan menuju yoongi yang masih terduduk di atas ranjang.

"Aish, jangan sakit hati seperti itu dong" ucap seokjin lembut. "Aku kan hanya ber-can-da". Ucapannya yang segaja dibuat jeda, cukup membuat yoongi semakin jengkel mendengarnya.

Yoongi kembali memalingkan wajahnya, melihat ke arah jendela agar seokjin tidak dapat melihat wajahnya yang memerah atau pun tangannya yang mengepal geram karena telah di cap lemah.

Yoongi punya pemikiran, yang menangis itu lemah.

Yah, padahal memang itu hanya pemikirannya saja. Menangis itu bagian dari emosi. Dan itu seratus persen normal.

Andai ada yang memberi tahu hal itu pada yunki dan yoongi. Mungkin keduanya tidak lagi merasa harus menanggung semua beban sendirian.

Seokjin meraih selimut tebal milik yoongi dan menyibaknya, menyuruh laki laki muda itu untuk segera bangun dari tempat tidurnya. Yoongi mendengus kesal, ia ingin bermalas-malasan.

"Jadwal mu hari ini lumayan senggang"

"Oh, tumben. Biasanya kamu malah akan memperbanyak jadwal ku setelah ada acara" ucap yoongi sembari melempar tatapan sinis pada seokjin yang sudah berada di sampingnya.

Yah, seokjin pikir itu cara agar yoongi tidak manja dan siap beradaptasi dengan tugas raja kedepannya. Seokjin yang mendengar hal itu tersenyum kecut, juga sedikit terkejut juga karena yoongi ternyata mengetahui kebiasaan nya.

"Jadi, apa jadwalku hari ini penasihat raja?"

"Jadwal mu hari ini hanya sarapan pagi bersama ku. Dan membuka hadiah"

"Oh, apakah hari ini sup merah?"

"Hari ini sup merah spesial"

"Karena aku ulang tahun?" Tanya yoongi penuh selidik, sambil menaikkan satu alisnya.

"Bukan. Karena hari ini aku terlihat tampan" jawab seokjin dengan penuh percaya diri.

"Itu bukan sesuatu yang harus di rayakan seokjin"

"Loh tentu saja bukan, kalau itu merupakan suatu hal yang harus dirayakan, bukan kah berarti kita harus merayakannya setiap hari?. Karena setiap hari aku terlihat tampan"

Yoongi yang mendengar jawaban pria itu, terkekeh perlahan. Kemudian ia segera bangun dan melangkah  ke luar kamar untuk menuju tempat ternyaman kedua setelah kamarnya. Apa lagi kalau bukan kolam besar tempatnya berendam.

futago | ymWhere stories live. Discover now