O4. musubi

541 164 47
                                    


"Oh omong omong, kok kau tidak pernah bercerita, kalau kau punya sepupu perempuan?"

"Hah? Memang tidak punya!"

"Loh yang tadi?"

"Itu laki laki tahu!"

Yunki kemudian berpikir keras, "loh iya ya! Pantas tadi dia memanggilmu dengan sebutan hyung "

Yunki hampir tersedak bubur nya saat itu. Malu setengah mati karena salah mengira jimin adalah perempuan. Tapi bukan salah dia sepenuhnya sih, lihat saja jimin, saat kalian pertama kali melihatnya pun akan berpikir dia seorang perempuan. Sangat lembut, sangat cantik, dengan suara yang benar benar menenangkan.

Yunki berjanji pada dirinya sendiri akan mencari jimin untuk minta maaf nanti. Mungkin sekalian membawanya jalan jalan untuk melihat matahari tenggelam dan makan bakpau di perjalanan pulang.

"Omong omong luka di mata mu bagaimana?" Tanya hoseok. "Apakah darahnya sudah mengering?"

Yunki menyentuh luka yang masih segar itu, bibirnya meringis kesakitan, rasanya ternyata masih cukup perih. "Aku rasa ini akan sembuh dengan cepat, karena ini bukan luka yang terlalu dalam. Jangan khawatir".

"Hmm, baguslah kalau begitu. Nanti biar aku minta tolong pada ibu untuk membuat kan salep dari tanaman herbal" hoseok kemudian beranjak dari tempat duduknya dan pamit pergi pada sahabatnya.

"Hoseok, tunggu" cegah yunki sebelum hoseok sebelum anak laki laki itu sempat melangkah melewati pintu kayu itu.

"Ya?" Hoseok berbalik, menatap yunki dengan penuh tanda tanya.

"Terimakasih, atas semuanya"

Hoseok hanya membalas nya dengan seulas senyum "sama sama" . kemudian laki laki itu mengangguk dan berlalu meninggalkan ruangan yunki.

Yunki menghela napas. Entah lega, atau masih merasa perlu melepaskan beban yang mengganjal hatinya.

Masalahnya, sekarang dirinya benar benar sendirian. Tidak ada siapapun, seorangpun. Hanya dia, dan dirinya.

Yunki memejamkan mata, menghirup udara segar, menahan air matanya. Anak laki laki itu begitu kuat, tidak. Ia harus kuat. Tetapi tak dapat di pungkiri hatinya rapuh, namun hatinya bukan terbuat dari kaca, tidak mudah pecah. Punggungnya kecil, tapi menampung begitu banyak kesedihan mendalam.

Benar benar terasa tidak adil.

Benar benar terasa hampa.

Sendirian,

ibu... Yunki rindu.

Yunki sebenarnya belum benar benar mengikhlaskan, tentu saja. Baru kemarin ia memeluk ibunya sendiri yang bersimbah darah, tetapi ia tak bisa melakukan apa apa. Siapa yang bisa ikhlas jika berada di posisi itu?, Ya. tidak seorang pun.

ia sangat marah, kenapa nasib sial selalu menimpa dirinya?. Apakah ia pernah melakukan dosa besar?. Kenapa selalu saja timing nya tidak tepat?, Kenapa, yoongi tak mengakui nya?. Yunki sebenarnya kecewa, dan Yunki sebenarnya tidak baik baik saja.

Usianya masih lima belas tahun saat itu.

Rasanya begitu menyedihkan. Mengingat anak seusia yunki harusnya lebih mendapat perhatian kedua orangtuanya. Tetapi yunki malah kehilangan keduanya.

Salah kah bila yunki mengeluhkan hal ini terus menerus?. Salah tentu saja, ia masih termasuk beruntung masih diberikan nyawa, dan belas kasihan min yoongi pada waktu itu. Mungkin sebagian dari kalian akan menjawab seperti itu.

futago | ymWhere stories live. Discover now