Bab 11

1K 97 11
                                    

"Arghhh."

Aku terkejut, melihat appa mengambil pecahan kaca itu dari tanganku. Sehingga tangan appa berlumuran darah, aku terdiam memproses semua kejadian yang sangat cepat itu. Sejenak kepalaku menjadi pening dan mataku sedikit berkunang-kunang hampir saja aku oleng namun aku masih bisa mempertahankan kesadaran ku.

" Hoseok-ie bawa appa pada perawat, suruh obati tangannya." Aku menyuruh Hoseok untuk membawa appa untuk diobati. Karena kepalaku sangat sakit.

" Tapi kau Yoon....aku tak apa." Aku menyela perkataan Hoseok dan berusaha meyakinkan padanya bahwa aku baik-baik saja.

" Baiklah, kau jangan sampai menyakiti dirimu sendiri lagi atau aku tak akan menjadi sahabat mu." Ancam Hoseok, aku hanya mengangguk, tidak ingin mengatakan apapun karena kepalaku sangat sakit. Aku memilih berbaring diatas ranjang untuk menghilangkan pening sekaligus memikirkan perkataan appa.

Aku merasa sangat lemah, sudah tak berguna, menyusahkan lagi. Aku telah melukai appa karena kelakuan sendiri, aku benar-benar tidak pantas hidup.

Baru aku menutup mata, terdengar derapan langkah kaki mendekat. Aku tak tau pasti itu siapa, namun aku memilih berpura-pura tidur.

" Hyung."

Ahh ternyata Jungkook, adik kecil ku. Tunggu dia memanggilku hyung (?) Sudah lama ia tak memanggilku dengan sebutan hyung.

Apakah aku harus sekarat dulu, baru orang tua dan adikku sadar ? Apakah menunggu aku menyerah mereka akan sadar? Mengapa ini begitu menyesakkan untukku?

" Hyung, aku disini maafkan aku. Aku hanya bisa meminta maaf, pengecut sekali aku. Padahal selama ini salahku padamu begitu banyak hyung. Dan aku hanya meminta maaf padamu, aku janji hyung setelah ini aku akan menyangimu sebagai kakak. Aku akan menjadi adik yang baik untukmu hyung.

Hyung mau kan memaafkan ku. Aku tau, hyung sedang tidur tapi aku yakin di dunia mimpi hyung mendengar semua perkataan ku. Aku harap hyung jangan bertindak gegabah lagi, yang pantas dihukum bukan hyung melainkan diriku. Aku pamit hyung, Jaljjayo hyung."

Kemudian aku mau mendengar langkah kaki Jungkook semakin jauh dan keluar dari ruang rawatku.

Perkataan Jungkook sungguh membuatku tak berdaya, aku ingin pergi namun keadaan menyulitkannya. Appa, Jungkook mengapa kalian melakukan ini padaku?

Kalian selalu menghinaku dulu tapi disaat aku ingin pergi kenapa kalian menghentikannya? Apa mau kalian sebenarnya? Apa penderitaan yang kemarin aku rasakan belum cukup?

Tanpa sadar aku menangis, hati ini benar-benar sesak seperti ada yang menghimpit. Aku ingin menangis, meraung, mengeluarkan semua kelah kesuh.

Aku merubah posisiku menjadi duduk, airmataku mengalir tanpa henti. Apakah ini rencanamu Tuhan untuk menghentikan aku pergi dari dunia ini? Jika iya mengapa Tuhan? Mengapa saat benar-benar aku ingin menghilang dari dunia semua orang berlomba-lomba meminta maaf?

Hati ini sakit namun disisi lain aku senang, sedikit terharu dengan perkataan tulus yang diucapkannya.

Apa sakit di hatiku sembuh? Apa semua akan baik-baik saja selama ini? Apakah semua bisa kembali semula seperti dulu?

Dan aku harap monster ini keluar dari kepala ku. Sungguh kepalaku sakit karena teriakan itu.

Aku mengedarkan pandanganku dan aku melihat pecahan kaca yang tadi ku genggam.

Aku mengambilnya dengan perlahan.

" Kenapa kau sangat candu, dulu waktu aku kecil aku sangat takut untuk bersentuhan denganmu tapi sekarang kau yang selalu menemaniku. Apa aku telah gila sekarang? Aku kecanduan akan pecahan kaca dan cutter. "

Entah aku bertanya dengan siapa.
Aku pun tak tahu.
Aku hanya sendiri bukan?
Aku butuh pertolongan.
Tolong bantu aku!

" Arghhh, mengapa ini terasa sulit. "

Aku menggeram, marah dengan diriku sendiri karena tak berani membunuh diriku sendiri.

SHIT...

" YAK, MIN YOONGI letakkan kaca itu."

Oh shit, otomatis tanganku menjatuhkan pecahan kaca itu dan menoleh ke arah Hoseok yang menampilkan raut wajah marah.

" Min Yoongi kau tak ingat apa yang ku katakan tadi."

Dia bertanya dengan nada menuntut, tidak ada kehangatan yang ada hanya kemarahan.

" Hoseok, mengapa ini sulit? Mengapa aku tidak bisa membunuh diriku sendiri? " Tanyaku pada Hoseok.

" Yoongi-ah tak sadarkah kau? Saat ini keluargamu telah menerimamu, bukankah ini yang kau inginkan? "

Deg

Aku terhenyak, memang benar ini yang aku dambakan, kasih sayang appa, eomma dan Jungkook tapi ada sesuatu hal yang mengganjal dihati tapi tidak bisa aku ungkapkan.

" Tenanglah dan jangan pernah berpikir untuk membunuh dirimu sendiri karena jika sampai itu terjadi aku tidak akan memaafkanmu selamanya. " Ancam Hoseok namun diiringi dengan senyum yang terbit diwajah nya. Dasar aneh.

Aku hanya bisa mengangguk dan mencoba berdamai dengan keadaan, dan semoga setelah ini keluargaku tidak mengucilkanku lagi.

" Oh ya coba lihat tanganmu! " Pinta Hoseok.

Aku mengernyit bingung.

" Untuk apa? "

" Tadi kulihat kau mencoba melukai dirimu sendiri. "

" Tidak Hoseok, aku hanya ingin memegangnya saja. " Pembelaan ku hanya dibalas lirikan tajam oleh Hoseok. Aku tetap berusaha membela diri dan memperlihatkan tanganku, hanya ada luka yang tadi ku buat.

" Huh, baiklah kau berbaringlah dulu. Aku akan mengobati lukamu atau kau akan ku panggil dokter dan aku suruh untuk menyuntikkan obat bius padamu." Lagi-lagi Hoseok mengancamku yang membuatku mau tak mau menurutinya karena aku benci saat dokter membawa suntik.

(Jangan bilang-bilang jika aku takut pada suntik)

Kemudian dengan cekatan Hoseok mengobati tanganku. Memerban pelan tanganku, ya walaupun dia bukan dokter. Ku akui ia sedikit jago memerban tanganku.

" Yoongi-ah sejak kapan kau melakukan ini. Mengapa aku tak tau ? Aku hanya tau kau masuk rumah sakit dan mengira sakit demam saja." Hoseok bertanya disela kegiatan memerbannya.

" Semenjak aku JHS ." Jawabku seadanya.

" Itu sudah lama Yoon, tiga tahun yang lalu. Maafkan aku tak selalu berada di sisimu Yoon, aku tak tau kesakitan yang kau alami."

Hoseok mulai menitihkan air mata dan membuat aku bingung harus menenangkannya dengan cara apa.

" Kenapa kau sangat cengeng, huh?"

Aku berusaha untuk menghibur nya dengan kata-kata kasar ku, hanya cara itu yang terlintas di otakku. Dan ternyata berhasil ia tak jadi menangis.

Syukurlah, jika Hoseok menangis bisa malu aku.

" Bagaimana bisa aku tidak cengeng disaat sahabatku sedang berjuang antara hidup dan matinya."

Saat Hoseok menyeka air matanya dan ingus, dia sempat ingin bertanya padaku.

" Yoon, aku ingin bertanya serius padamu." 

Aku mengangguk mempersilahkan Hoseok untuk melanjutkan perkataan nya.

" Yoon maukah kau memaafkan keluarga. Keluarga mu memang salah namun mereka sudah menyesal atas perbuatan meraka."

Lirihan Hoseok membuatku kehilangan kata dan bingung harus menjawab apa.

" Aku tidak......








~TBC~

Gimana chapter ini?
Jangan lupa vote and comment yaaa... Hehehe

I Hate My Life || Yoonkook [√]Where stories live. Discover now