Bagian 5 - Intimidation

18.2K 1.3K 254
                                    

Masih terlalu awal untuknya bangun dari tidur lelapnya. Tubuhnya masih terasa nyeri, luka - luka yang masih tertutup plester ───bahkan ia tidak tau ada luka lainnya selain yang ia rasakan.

Kasur berukuran king size itu menopang tubuh kecilnya disana, ia melakukan sedikit peregangan untuk melemaskan otot - ototnya karena terlalu sakit untuk bergerak jika hanya semalam ia mendapatkan pengobatan di rumah. Kamar itu sepi, ia tak menemukan Doyoung namun suaranya beralih ke belakang, dapurnya sangat berisik disana. Terlihat pula banyak asap mengepul yang mengeluarkan bau harum di sebelah sana. Ia ingin beranjak dari kasur, namun lengannya belum mampu menopang tubuhnya, segerombolan pria itu sempat menarik kasar kedua lengannya hingga gadis itu terjatuh dengan mudahnya.

"Kamu sudah bangun?" Doyoung menemukan gadis itu dengan posisinya yang sedang duduk di atas ranjangnya, semangkuk bubur yang masih hangat itu ia bawa menggunakan nampan kecil beserta susu hangat juga sedikit buah buahan ia letakkan bersamaan dengan makanan yang lainnya.

"Sir,"

"No! Kejora don't move"

Ia meletakkan sebuah kursi di samping ranjang, menempatkan tubuhnya disitu sembari menatap Kejora dan semua luka - lukanya yang bertengger di bagian bibir, lengan, juga kakinya.

"Gimana perasaan kamu?"

Kejora masih berdiam menatap lelakinya disana, ia sedang berusaha mengumpulkan nyawa untuk sepenuhnya tersadar tentang dimana dan apa yang terjadi semalam.

"Sir,"

"Kenapa Kejora? Kamu butuh sesuatu?"

"Enggak. Aku cuma butuh kamu disini, Sir"

Doyoung mengulas senyumnya sambil meratakan anak rambut Kejora disana. "Saya disini, saya bersama kamu" ujarnya Doyoung. Raut menenangkan itu memang sebagai penyejuk hati untuknya.

Ia masih berusaha mengingat kejadian semalam, bagaimana ia berlalu dengan hantaman keras dari beberapa orang yang tak dikenal. Rasa takut, gelisah, khawatir, semua masih melekat diingatannya. Semuanya begitu menyakitkan dan dia berharap kejadian buruk itu akan segera menghilang.

"Maaf merepotkan Sir," Kejora meluruhkan seluruh wajahnya ke bawah pandangan. Tatapan sendu itu kembali bertemu ketika Doyoung menangkup wajah kecil gadisnya dengan lembut.

"saya yang salah, terlalu lama meninggalkan kamu disana"

"Kejora takut Sir,"

Saat kedua netra mereka saling bertemu Kejora seketika merasa lupa akan semua rasa sakitnya, ia benar - benar tidak perduli, ia harus merengkuh tubuh besar yang memiliki kehangatan berkali lipat daripada penghangat ruangan yang biasa dipakai. Baginya tak ada rasa hangat yang lain selain pria itu berikan untuknya.

Doyoung membalas peluknya sambil sesekali mengelus halus lekuk punggung Kejora yang semakin mengerat tubuhnya di dalam rengkuhannya bersama Doyoung.

Seperti rasa takut, akan sebuah kehilangan. Menjalar membesar membuat hingar - bingar di rongga dadanya. Seolah berteriak, ia adalah kepemilikan atas lelakinya saat ini.

"Kejora, saya berjanji.. saya nggak akan pernah meninggalkan kamu," Doyoung membisik di telinga gadis itu.

"Jangan pernah pergi dari saya."

"Ini perintah!"

Kedua sudut di pipinya tertarik dengan sempurna, membentuk sebuah senyum simpul di wajah perempuannya, Kejora memang betul - betul menawan ketika tersenyum.

"Sarapan ya?" Doyoung mencoba membujuk Kejora agar gadis itu mau mengisi perutnya walaupun hanya sesuap dua suap makanan yang masuk ke dalam mulutnya.

SIR | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang