[S2] Bagian 53 : Sweet Nothing.

2.5K 240 43
                                    

Aku lagi menulis buku harian. Mungkin di era sekarang banyak anak anak seumuranku udah nggak minat buat menulis diary, tapi menurutku itu perlu. Aku perlu mendokumentasikan semua yang terjadi setiap harinya. Aku ini agak pelupa, hehe mungkin karna kebanyakan makan micin.

Aku cukup tenang untuk beberapa hari ini. Aku harus melewati semuanya dengan kondisi kepala dingin. Terakhir, kemarin ketika Kak Zidane bilang sama aku kalau misalkan itu memang Ayah, aku harus menghadapinya dengan santai dan gak boleh buru - buru.

Kak Zidane bilang kalau aku melakukan itu dengan terburu buru, aku bisa melakukan kesalahan yang fatal karena langkahku yang salah, mungkin keluargaku nggak akan bisa selamat nantinya.

Yang harus aku lakukan saat ini adalah duduk tenang, dan mengidentifikasi masalahku dengan santai. Aku harus tau semuanya bermula dari mana dan kenapa yang aku temui ini selalu Ayah yang nggak mengenal aku ketika di luar  rumah.

Kemarin saat aku pulang bersama kak Zidane, Ayah juga baru pulang.. tapi kemeja Ayah kotak kotak bukan garis garis seperti yang aku liat kemarin.

Ayah sambil menyapaku dan mengajak aku masuk. Aku sambil senyum ke Ayah mencoba menutupi semua yang aku rasa, aku coba tenang pelan pelan.

Mima masak sayur sop buat makan malam kita saat itu. Ayah aku sama Mas Daffin ikut makan, dan setelah itu apa.. lagi?...

Ya apalagi??

Ah aku emang gak berbakat jadi detektif kalo kayak gini aja udah stuck di tempat.

Oh iya aku main ke kamar Mas Daffin, Mas Daffin lagi ngerjain PR Bahasa Indonesia, kalau PR ku sih sudah selesai. Mas Daffin itu tipe orang yang gak mau nyontek kalau belum nyerah. Tapi dia juga giat sama kayak aku. Dia selalu bilang "Jingga, jangan pamer kalau Pr belom selesai" ya udah abis itu aku pamer ke Mas Daffin dengan nunjukin buku Pr ku ke Mas Daffin.

Itu juga salah satu motivasiku biar semangat ngerjain Pr. Karena kalo Mas Daffin selesai duluan, dia bakal gangguin balik, kesel deh.

"Mas Daffin, Ayah tadi kemana ya? Bukannya tadi Ayah libur?" Aku tanya gitu sama Mas Daffin karena penasaran. Mas Daffin cuma jawab gatau, galiat, gaikut Ayah soalnya.

Kenapa jawabannya jadi kayak kereta api gitu, padahal tinggal bilang aja nggak lihat.

Aku ke kamar Mima, Ayah kebetulan lagi di kamar mandi. Mima lagi boboan di kasur sambil nonton tv. Aku ikut selonjoran sama Mima. Mima elus rambut aku sambil bilang. "Anak Mima kenapa nih tumben? Pengen manja manja ya?"

Aku jawab sambil ngedusel ke Mima "iya dong, aku gamau cepet - cepet gede. Mau disayang terus sama Mima sama Ayah sama Mas Daffin."

Mima meluk-melukin aku lagi. Emang situasi kayak gini tuh rasanya gak mau cepet cepet berakhir. Mima cium kening aku sambil usap usapin punggung. Habis itu aku tanya sama Mima.

"Mima, Ayah tadi kemana ya?" Tanyaku  Mima menaruh satu sisi bantal lagi untuk menopang sikunya.

"Ayah? Tadi Ayah ke tempat temennya"

Jawaban Mima nggak bikin aku puas habis itu aku tanya lagi.

"Dimana Mima?"

Mima merotasi bola matanya. "Di daerah mana ya.. Mima lupa, mau Mima tanyain Ayah?"

Aku langsung tepis ucapan Mima yang belum selesai.

"Eh enggak, gausah Mima!"

Aku langsung lompat dari kasur terus keluar dari kamar Mima. Pas aku buka kenop pintunya, aku kaget .. Ayah ada di depan mata aku.

Ayah cuma ngelilitin handuk di bagian pinggangnya sampai lutut.

"Ey ey ey.. Anak Ayah lihat apa sih??" Kata Ayah. Soalnya pas aku lihat Ayah telanjang dada aku langsung keluar kamar sambil tutup mata terus cengengesan.

SIR | DoyoungWhere stories live. Discover now