"Ya udah deh, hati-hati"

Gadis itu keluar dari rumahnya, menuju cafe, tempatnya janjian dengan seseorang yang sampai sekarang masih menginginkan sesuatu darinya.

Celine masuk ke cafe itu dan duduk di hadapan orang yang ternyata telah menunggunya.

"Celine, ternyata kau masih hidup, sayang. Auntiemu ini sangat merindukan dirimu" ucapnya sambil mengelus pipi Celine.

Celine menepis tangan orang yang memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'auntie'

"Apa mau mu?" Tanya Celine langsung, sebenarnya ia malas berhubungan kembali dengan orang yang telah membuat kedua orangtuanya pergi.

Tapi bagaimana lagi, ketika kabar kematian bohongan Celine di rumah sakit itu, bibi dan pamannya ingin melihat Celine dan kedua orangtuanya, tapi dokter hanya mengizinkan mereka bertemu kedua orangtuanya, tidak dengan Celine dan hal itu membuat kedua orang itu curiga.

Selama ini, mereka selalu berusaha mencari tahu tentang kebenaran dari kabar kematian Celine, dan ya beberapa waktu yang lalu bibinya mengirim pesan pada Celine untuk menemuinya sekaligus mengancam dirinya jika tidak menemui bibinya, mereka akan mencelakai orangtua angkatnya, sangat gila bukan ?

"Aku hanya ingin bertemu keponakanku yang ternyata sudah besar"

"Tidak usah berbasa-basi"

"Kau tahu saja, maksudku kemari, aku ingin kau menandatangani ini" ujar bibi Celine ~Vani Alvaero~ sembari memberikan kertas kepada Celine.

Celine mengambilnya, ia tahu isi kertas itu, pasti tentang harta kedua orangtuanya.

Dikertas itu jelas tertulis bahwa harta kedua orangtuanya, dari rumah, aset-aset yang ada seperti mobil, dan perusahaan akan diserahkan kepada Vani Alvaero sebagai saudara dari Fina Alvaero.

"Nggak akan pernah"

Sebenernya Celine tak pernah mempermasalahkan hal itu, toh ia juga tidak tinggal di rumah orantuanya, tapi ia tidak ingin semua harta orangtuanya yang diberikan kepadanya jatuh ketangan yang salah, apalagi orang jahat dan licik seperti paman dan bibinya itu.

Terlebih, kedua orangtuanya telah mempercayakan semuanya kepada Celine, dan hanya itu kenangan yang bisa Celine simpan. Di rumah itu lah, semua kenangan hidup Celine bersama orangtuanya tersimpan.

"Ooh, kau berani menolak rupanya. Kau mau kedua orangtua angkatmu itu bahkan saudara yang sangat kau sayangi menderita karenamu? Ayolah, kau sudah memiliki mereka dan kau tak perlu lagi memiliki harta orangtuamu"

"Aku bilang tidak ya tidak, jangan sampai bibi atau pun paman berani melukai kedua orangtuaku dan saudaraku, aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi untuk kedua kalinya"

"Oh ya? Kita lihat saja sampai kapan kau bisa melindungi mereka. Kau tidak akan selalu bersama mereka, sayang"

Celine menatap Vina tak suka, ia beranjak dari duduknya dan segera keluar dari cafe itu.

Celine mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Aku gak akan ngebiarin kalian nyakitin keluarga aku untuk yang kedua kalinya, kali ini kalian yang akan menerima akibatnya"

Celine memutar stir mobilnya mendadak membuat pengemudi lain mengklakson mobilnya.

Celine hanya mengabaikan itu semua, fokusnya hanya satu sekarang, cepat sampai di rumah yang sudah ia tinggalkan selama bertahun-tahun.

Sesampainya di tempat tujuan, Celine masuk ke rumah besar itu. Ia tersenyum, ketika ia membuka pintu rumah, ingatan masa kecilnya langsung berputar di otaknya.

Ia seakan-akan sedang melihat pemandangan dirinya dan kedua orangtuanya yang sedang mengejarnya.

Celine masuk ke kamarnya, semuanya masih sama, kamarnya masih menjadi kamar kecilnya dulu, dimana boneka-boneka memenuhi kasurnya.

Celine duduk di bibir kasur, ia memeluk boneka teddy bear kesayangannya ketika kecil dulu.

"Mom, dad, Celine kangen semuanya, Celine kangen kalian. Rumah ini, satu-satunya kenangan yang selalu mengingatkan Celine akan kalian, di setiap ruangan, Celine merasakan kehadiran kalian, Celine gak akan biarin rumah ini jatuh ke tangan mereka. Celine sayang kalian" gumamnya sambil terisak.

🌱🌱🌱

"Li, lo kenapa sih dari tadi murung terus? makanannya juga gak di makan"

"Li"

"Lili"

"CELINEEE"

Celine tersentak kaget mendengar panggilan Cia yang memekakan telinganya.

"Apaan sih, Ci?"

"Lo kenapa? Lagi ada masalah?" Tanya Cia to the point.

"Nggak, nggak pa-pa kok"

"Terus kenapa? Lo yang minta ketemuan di sini, tapi sekarang lo justru diam aja"

"Ehm, nggak ada apa-apa"

"Lo gak bisa bohong, Li. Gerak gerik lo sekarang menandakan lo lagi bohong sama gue. So?"

"Huftt, mereka ngancem gue, kalau gue gak tandatangani surat pemindahan harta orangtua gue ke mereka, mereka bakal nyakitin keluarga angkat gue, gue binggung, Ci. Gue gak mungkin ngebiarin mereka dapatin harta orangtua gue, apalagi rumah itu, rumah itu menyimpan sejuta kenangan saat gue masih kecil, ketika mereka masih hidup. Tapi gue juga takut. Gue tahu siapa mereka, mereka nggak akan main-main dengan ucapannya, gue gak mau keluarga angkat gue terluka gara-gara gue. Gue binggung, Ci. Gue gak tahu harus gimana"

"Mereka yang lo maksud paman sama bibi lo?" Celine mengangguk.

"Bukannya mereka tahunya lo udah mati"

"Mereka curiga sama kematian gue karena pada saat itu mereka hanya ketemu sama orangtua gue, selama ini mereka cari tahu semuanya dan mereka tahu gue masih hidup"

"Lo tenang aja, gue ada ide gimana caranya mereka bisa berhenti ngancem lo"

"Gimana? Satu-satunya cara cuman dengan buat mereka masuk ke penjara karena perbuatan mereka"

"Iya, tepat. Jadi,..."

TBC

05.06.2020

Cindy Caroline

CHIARA (Completed)✅✔Where stories live. Discover now