mencari tau?

288 210 312
                                    

Hari ini terpaksa aku harus buru-buru berangkat sekolah pagi pagi untuk menemui seseorang yang bisa membantuku membongkar semuanya. Yang awalnya aku selalu sampai sekolah kurang dari lima menit dan sekarang ada kemajuan lah ya walaupun hanya sepuluh. 

Setelah aku sampai kelas sorot mataku langsung tertuju kepada manusia not have akhlak yang sedang bergelut santay dengan ponselnya. Tanpa banyak babibu aku langsung berjalan kearah nya dan menarik dia dengan paksa menuju toilet. Berkali-kali dia berusaha memberontak tetapi aku juga semakin mencengkram kuat pergelangan tangan nya hingga kita sampai di toilet yang kebetulan masih sepi.

"Sakit BABI, kasar banget jadi cewek," makinya yang tidak tanggung-tanggung menatap ku melotot.

"Siapa pelakunya?!"

Ku lihat dia sedikit tersentak dengan pertanyaan ku, lalu menaikkan sebelah alisnya. Setelah itu kembali menunduk untuk meneliti lengan nya yang tadi aku tarik. Dengan geram aku menepis kasar lengan nya, dengan sorot yang tidak kalah tajam dari sebelumnya aku membalas tatapan nya.

"Mutiara siapa pela-

"gue gak tau, gue gak kenal, gue juga gak mau ikut campur...PUAS!?"

"Bullshit! Gue yakin Lo tau, cuma lo diem aja."

Aku semakin geram di buat nya kenapa sih dia gak mau jujur aja ke aku atau seenggak nya dia itu kasih petunjuk agar aku bisa berbuat apa, dari semalem aku terus bolak-balik menghubungi dia tetapi dengan santay nya dia menolak panggilan ku. Dan aku yakin dia pasti salah satu orang yang bakal bahagia kalau benar aku bakal di keluarkan dari sekolah.

"Ngeyel deh di bilangin, gue gak tau ANI. Gue tu gak seperti yang lo pikirin kalau gue itu anak indigo atau anak apalah yang lo sebut ke gue. Gue tu cuman nebak dan kebetulan tebakan gue bener, jadi ya itu gak salah gue dong," Geram nya sengit. kulihat dari wajahnya memang dia tak peduli dan tidak tau apa-apa, tapi aku tau dari matanya dia telah menuding seseorang tetapi sepertinya dia masih menimang-nimang pemikirannya. 

Dan..aku tidak akan  menyerah..aku harus tau siapa orang yang jadi sasaran targetnya.

"Oke, lo bilang lo cuma nebak kan..jadi sekarang tebak siapa pelakunya. Orang dalam atau luar? Cewe otau cowo? Hemm."

"Mending lo cari aman aja deh." 

Seketika aku melotot mendengar ucapannya, apa yang dia katakan...cari aman? Apa maksudnya. Apa aku harus mengalah dan rela di keluarkan dari sekolah? Atau aku harus mengakui kalau aku pencurinya? Seketika aku merasakan nyeri di hati dan mengangguk menimpali semua hal yang telah terjadi.

Dada ku terasa di remas kuat, seketika bayangan ayah terlintas di otak ku, senyum ayah ku yang ramah dan nasehat-nasehat ayah agar aku menjadi manusia bertanggung jawab. Dari sini memang aku telah menyimpulkan tidak ada orang yang mau mengahargaiku kecuali diriku sendiri. Dan aku percaya akan hal itu, mungkin setelah ini rasa empati ku terhadap orang lain akan sirna kalau pun benar aku akan di keluarkan dari sekolah.

Entah kenapa kedua tanganku mengepal erat, rasa emosi yang ada dalam diriku meletup-letup seperti air mendidih yang terus menerus dibiarkan di atas api yang membara, aku yakin sekarang mata dan wajahku memerah. Dan aku tahu di saat seperti ini ingin sekali aku mencari pelampiasan dan mencabik-cabik apapun itu yang mampu membuat diriku lebih tenang.

"No No No...bukan itu maksud gue," Seketika kepalan pada tanganku mengendur rasa panas yang ada di wajahku sedikit mereda, aku bisa melihat raut wajahnya yang sedikit lega melihatku bisa terkendali. "Gue gak nyuruh lo buat nyerah Ani, tapi gue cuma...emm-

Aku menggeyritkan dahiku penasaran dengan apa yang akan dikatakan Tiara selanjutnya, aku menatap dia intens tetapi dia seakan tidak memperdulikan ku dan malah mengalihkan tatapan nya. "Ck, lupakan! Gue cuma gak mau suudzon aja, jadi intinya lo kenal sama orangnya kalo lo tanya orangnya kek gimana atau ciri-ciri, gue gak bisa jelasin. Karna balik ke awal lagi gue ga mau suudzon jadi..i hope you're lucky."

Setelah mengatakan itu dia menepuk pundak ku pelan dengan maksud memberi semangat dan setelah itu ia pergi meninggalkanku dengan rasa penasaran, penasaran...dengan senyum miris yang ia tunjukkan kepadaku...

***

Mungkin memang bukan hal pertama lagi baginya, tetapi seakan telah menjadi makanan sehari-hari melakukan itu. Dengan langkah pasti ia membuka sebuah kotak hitam dan menemukan benda mengkilap yang mungkin semua orang ingin memilikinya. Dengan jari panjangnya ia mengambil benda itu, meraih tali dan mengikat nya ke sosok Gina. Sosok yang setiap harinya tersenyum meskipun salah satu dari anggota tubuhnya telah di amputasi.

"This is better, gril."

Bisikan halus ia lontarkan, lalu menatap intens sosok-sosok di sebelahnya yang seperti iri melihat Gina kesayangannya bahagia. Sebelum ia sempat mengambil belati untuk meredam amarahnya ia terlebih dahulu di kejutkan suara gemuruh yang terdengar jelas di ruangan pribadinya, ruangan yang seharusnya dia saja yang berhak memasukinya.

Dengan tangan yang masih membawa belati, ia berlari keluar kamar dan melihat apa yang terjadi.

See you next part❤

Disposisi Berkala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang