Jiheon gak langsung membalas apalagi mengiyakan apa pun. Diremasnya bagian lengan jaket Beomgyu sampai menutupi separuh wajahnya.

Duh, gak tahu ya, Jiheon cuman dikayak giniin aja kok rasanya mau nangis. Padahal dibayarin uang kuliah juga enggak, tapi gak tahu, rasanya terharu aja. Ternyata Beomgyu cukup berguna juga ya.

Singkatnya, setelah memakai jaket, mereka melancarkan aksi penyelundupan memasuki kamar asrama.

CCTV berada persis di gerbang pintu masuk tiap Tower Building, juga di tiap lantai di beberapa titik tertentu. Mereka cukup menghindari wajah—seenggaknya Jiheon—dari sorotan kamera secara langsung.

Entah antara memang sudah ngantuk atau takut keciduk beneran, selama menaiki tangga, gak ada satu pun yang bersuara. Tapi bukan berarti gak dugeun-dugeun juga itu jantung soalnya sesekali masih kedengaran suara penghuni kamar ketawa atau ngobrol, berarti masih ada yang bangun walau gak banyak. Tapi justru karena sepi itu kan makanya suara kedengeran jelas banget.

Mereka berdua melongok ke sekeliling begitu sampai di depan kamar Beomgyu. Sedari tadi Jiheon menahan diri biar gak bersuara.

Akhirnya mereka sampai ke kamar sang pemuda Choi. Astaga, mau tumpengan saja rasanya.

"Buset, gue kayak nyelundupin ganja aja." celetuk Beomgyu no filter. Mulutnya langsung dikeplak Jiheon.

"Berarti besok kita harus pergi pagi buta bareng demit ya," bisik Jiheon, masih takut suaranya keciduk sama tetangga kamar Beomgyu.

Tadinya Beomgyu mau protes kenapa gitu, tapi dia cepat sadar kalau mereka naik ke kamar aja selundupan jangan sampai ketahuan orang, apalagi ke luar.

Terpotong deh jatah bobo malam Choi Beomgyu, tapi ya sudahlah. Dibanding dia keciduk dan disangka berbuat yang iya-iya. Mending kalau cuman kena sanksi, kalau sampai Drop Out dari kampus, ditambah bakal di D.O dari Kartu Keluarga yang ada. Amit-amit...

Setelah membersihkan diri—Jiheon sih terutama—kemudian mereka bersiap untuk tidur.

Baru juga Beomgyu rebahan di kasur yang gak dipasang seprei, alias gak dipakai, tiba-tiba otaknya kepikiran sesuatu.

"Eh, padahal mah ya kan gue bisa ngehubungi tutor lantai gue buat minta tolong. Siapa tahu dia punya kunci cadangan atau ngehubungi tutor gedung asrama lo. Kenapa baru kepikiran sekarang ya...."

Nah.

Dengan kegelapan malam, Jiheon menoleh ke temannya itu dari jauh pula. "Gyu, jangan bikin gue mengingat masa lalu; gimana caranya gue bisa berteman sama Beomgyu, gue gak mau nambah beban pikiran."

Beomgyu meringis sambil merapatkan jaketnya—soalnya selimutnya dipakai Jiheon. "Malem, chingu-ya, besok Senin."


❏❏❏


Beneran matahari baru terbit, Beomgyu dan Jiheon sudah siap untuk kabur.

"Saingan sama satpam kampus ini mah," celetuk Beomgyu sempet-sempetnya.

Langsung saja Jiheon menarik Beomgyu supaya gak lelet. Habis gimana ya, namanya masih setengah ngantuk, Beomgyu belum puas tidurnya ):

Gak dijelasin sebelumnya, tapi mereka memakai tangga darurat yang letaknya persis ada di setiap ujung kamar. Paling dekat ada di samping kamar E24. Sekarang mereka juga melewati tangga yang sama karena biasanya jarang ada yang lewat sana—karena ya buat apa gitu?

Karena cenderung 'terbiasa', makanya mereka gak siap dengan kejutan. Alias papasan dengan seseorang persis di lantai tiga.

Jiheon yang jalan lebih dulu kaget, Beomgyu di belakangnya kaget. Cowok di depan mereka lebih kaget lagi—tepatnya sih kaget karena ada cewek juga mereka yang sudah rapih siap menimba ilmu sedangkan si cowok itu masih lusuh kayak gembel.

Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)Where stories live. Discover now